Chapter 19 : Dia Pencurinya

33 5 0
                                    

Matahari sudah lama terbenam saat Yugata berhasil keluar dari hutan terlarang. Satu hal yang ia nikmati saat menjadi burung adalah bulu-bulu yang selalu menghangatkan tubuhnya ketika terbang bahkan dengan angin dingin yang masih berhembus kencang di malam hari.

Burung gereja yang membawa sobekan kain ungu itu terbang mendekati sebuah ruangan terbuka di kastil, tempat Yugata mengerjakan tugas bersama siswa lain. Ia menaikkan pandangannya dari tugas ilmu mantra yang merepotkan ke arah jendela terbuka yang memperlihatkan pemandangan halaman dimana ia dan teman-temannya biasa melakukan pelajaran sapu terbang.

Seekor burung gereja lalu hinggap di jendela yang berada di samping kiri Yugata duduk. Yugata lalu berpura-pura menulis sesuatu di kertasnya, membiarkan burung gereja yang merupakan bunshinnya itu menaruh sobekan kain dari cengkraman kukunya.

Burung itu lalu pergi menjauh sebelum Yugata menonaktifkan bunshinnya lalu mengamati sobekkan kain yang kotor karena tanah dan salju. "Kalian punya 15 menit sebelum kembali ke asrama masing-masing." Suara Snape memecah keheningan aula tempat seluruh siswa belajar.

"Maaf, Profesor. Tapi bukankah yang seharusnya mengawasi kami malam ini ada Profesor Quirrel?" Tanya seorang siswi dengan seragam berwarna hijau. 'Seharusnya begitu, tapi Si Gagap itu pergi dan belum kembali."

Yugata menggelengkan kepalanya ketika menyadari bahwa Quirrel lah yang menghisap darah unicorn di hutan terlarang, memasukkan troll dan sekarang ingin mencuri batu sialan itu. Tangannya bergerak cepat menulis di atas kertas sambil terus mencoba menyusun rencana untuk mencegah Quirrell mencuri batu bertuah.

Perjalanan kembali ke asrama benar-benar ramai, Nina yang terus menabrak siswa lain karena tidak bisa berhenti membaca buku bacaan anehnya dan pikiran Yugata yang terus berputar memikirkan bagaimana caranya untuk menghentikan Quirrel.

"Apa yang harus kita lakukan? Dumbledore tidak disini untuk menghentikan Snape." Yugata bisa mendengar bisikkan Ron dari ratusan siswa yang bergerombol menuju asrama. Ia menghembuskan napasnya jengkel ketika trio biang kerok itu berjalan mendahului nya masih dengan suara bisik-bisik mereka yang masih bisa Yugata dengar dengan jelas.

'Kita tidak bisa membiarkan mereka menghadapi Si Turban itu langsung' Yugata terus berjalan menuju asrama dengan Nina. "Sebetulnya aku kasihan dengan Profesor Quirrel." Kata Nina penuh simpati. "Aku bertugas untuk merapikan beberapa buku setelah kelasnya, dan aku melihat bagaimana dia terlihat kesakitan dan terus membenarkan turbannya. Sepertinya dia sakit keras." Wajah Nina benar-benar menunjukkan simpati, mata birunya memandang Yugata sedih.

'Apakah dia mencuri batu dan minum darah unicorn karena sakit?' Raka ikut menyelidiki. "Benarkah? apa di dunia sihir tidak ada obat untuk sakit kepala?" Tanya Yugata. "Sepertinya itu bukan sakit kepala biasa." Jawab Nina, ia lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Yugata. "Aku bersumpah aku melihat turbannya bergerak, seakan-akan ada sesuatu yang menggeliat di kepalanya. Mungkin ia kena kutuk." Bisiknya.

"Siapa yang mau mengutuknya?" Selidik Yugata. "Mungkin penyihir hitam di Afrika, kau tahukan dia selalu bercerita bahwa turbannya merupakan pemberian seorang pangeran di Afrika."

"Mungkin saja dia menyelamatkan pangeran itu dari penyihir jahat dan terkena kutukan saat menyelamatkannya. Dan sebagai hadia dia diberikan sebuah turban." Yugata mengangguk mencatat pendapat Yugata di dalam pikirannya. "Ya, mungkin saja."

Di asrama Yugata melakukan rutinitas persiapan tidur seperti siswa lain, mengatur untuk memastikan Quirrel benar-benar akan mencuri batu bertuah yang dilindungi Dumbledore dan McGonagall. Yugata duduk di tempat tidurnya sambil membaca sebuah buku yang ia taruh di pangkuannya. "Sebaiknya kau cepat tidur dan mengurangi membaca hal-hal aneh."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hidden Shinobi and The Half Blood PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang