"Kau harus lihat seberapa indahnya makhluk bernama unicorn itu, Han." Yugata berteriak dari tengah aliran sungai yang deras di tempat ia berlatih dengan Han. "Gerakan kuda itu indah, seperti menari setiap ia bergerak." Teriaknya lagi sebelum tubuhnya terendam ombak tinggi dari arah Cygnus.
Ombak besar yang dikendalikan Cygnus meredakan suara ocehan Yugata yang tidak hentinya berteriak, menceritakan pengalamannya sebagai seorang siswa. Riak air danau masih deras setelah serangan angsa tadi hingga akhirnya Yugata kembali muncul, melompat keluar dari dalam air menciptakan riak air yang lebih besar.
Belum sempat Yugata menapakkan kakinya ke permukaan air, serangan ribuan tetas air yang sangat tajam turun menghujam ke arahnya. Dengan sigap dan cepat Yugata menghindari serangan Han, mencari titik-titik kosong di permukaan danau. Latihannya kali ini cukup menantang, ia hanya boleh bergerak di permukaan dan menyelam ke danau mencoba memulihkan luka dengan cepat tanpa bantuan chakra Raka.
"Ku sarankan tutup mulut cerewetmu itu dan periksa kondisi badan." Han menjawab sebelum menggerakkan tangannya untuk kembali memberikan serangan pada Yugata. Pria dengan kumis tebal itu mewarisi ketangkasan gurunya -Tobirama Senju untuk menciptakan jutsu-jutsu aneh yang ampuh untuk menyerang musuh.
Makhluk yang terlihat seperti sekumpulan ganggang, katak dan binatang-binatang kecil di danau muncul kurang dari lima meter di depan Yugata. Tubuh makhluk itu berongga yang dari tiap rongganya itu melontarkan ratusan kerikil dan kaca-kaca kecil yang perlahan merobek kaos putih yang dikenakan Yugata.
Yugata menenggelamkan dirinya ke dalam danau, menggerakan jarinya cepat lalu meniupkan udara kuat ke arah makhluk yang sekarang berada di atasnya. Ganggang dan binatang dalam air lain berhamburan disusul dengan Yugata yang menutupi rusuk kirinya yang terkena serangan Han, cahaya hijau bersinar dari telapak tangan kanannya untuk menyembuhkan cedera itu.
Tangan kiri Yugata sigap untuk menghadapi serangan lain namun segera ia menghela napas lelah saat siulan Han terdengar, tanda latihan selesai. Yugata melompat keluar dari permukaan danau, bersandar di bawah sebuah pohon dengan baju basahnya. Han berjalan ke arah Yugata dengan Cygnus di sampingnya.
"Makhluk apa yang memangsa unicorn?" Tanya Han ikut duduk. "Bukan sesuatu yang baik sepertinya." Yugata memejamkan mata menghindari sinar matahari cerah siang itu. "Dalam buku pertahanan terhadap sihir hitam darah unicorn bisa memberikan kehidupan abadi, tapi tentu dengan konsekuensi bahwa pelaku akan mengalami sesuatu yang lebih buruk dari kematian."
"Mengajar siswa kelas 1 yang merepotkan?" Han bertanya yang disambut dengan tawa Yugata. "Aku belum punya jawaban, banyak yang harus kubaca dan ku cari tahu." Yugata berdiri untuk mengganti baju basahnya dengan piyama yang ia kenakan sebelum dibawa Cygnus untuk latihan.
"Aku curiga ini masih ada hubungan dengan troll yang masuk pada malam Halloween kemarin, Si Turban itu pasti juga terhubung dengan ini semua." Lanjut Yugata berjalan mendekati Cygnus, bersiap kembali ke kastil.
"Hati-hati, maaf aku tidak bisa bantu banyak. Sampai jumpa minggu depan." Han melihat Cygnus yang mengepakkan sayap putihnya. "Hati-hati juga di desa." Yugata menteng baju basahnya lalu memegang lembut bulu-bulu halus Cygnus untuk kembali ke kamarnya di kastil.
Arloji di samping tempat tidur Yugata menunjukkan pukul empat, sudah terlalu pagi jika Yugata harus kembali tidur. Setelah menaruh pakaian basahnya, Yugata melirik tempat tidur Nina yang masih tertutup kelambu. Langit di luar masih gelap dengan salju yang mulai turun.
Perlahan Yugata membuka jendela di sisi kanan tempat tidurnya, sedikit salju masuk ke kamar mereka. Ia melompat keluar jendela, merayap di dinding kastil dengan jubah hitam sebelum ia merubah dirinya menjadi seekor elang.
Dari kejauhan Yugata bisa melihat tiang-tiang di lapangan quidditch yang terlihat kehilangan jiwa saat tidak ada siswa-siswi yang penuh semangat dan keringat menyemangati tim asrama mereka. Memutari hutan terlarang, mengintip kehidupan hewan-hewan gaib dunia sihir dari sela daun pepohonan yang tumbuh lebat.
Di danau hitam Yugata menurunkan ketinggian terbang, merasakan dinginnya percikan kecil air di bawah sayapnya untuk kembali ke lingkungan kastil. Ia menikmati pemandangan indah kastil yang dihujani salju saat malam hari, hanya suara angin dan kepakan sayapnya yang terdengar.
Yugata merubah bentuk tubuhnya menjadi seekor burung gereja saat memasuki area taman di tengah-tengah kastil. Ia mengamati tanah yang perlahan tertutup sempurna dengan salju, serta bagaimana beberapa pengajar di Hogwarts saling bercengkrama saat bertemu di lorong ketika melakukan patroli.
Cahaya dari lentera-lentera yang tergantung di lorong memberikan kesan hangat di dini hari. Suara pelan alunan musik terdengar dari dalam kastil menarik perhatian Yugata. Ia menggerakkan badannya cepat, membersihkan bulu-bulunya dari salju. Ia terbang ke sebuah jendela di area terlarang yang Dumbledore sebutkan di awal tahun ajaran.
Yugata kembali merubah wujudnya menjadi seekor tikus berwarna abu-abu untuk masuk ke dalam kastil dan berlari menuju lantai terlarang itu. Setelah melewati ratusan tangga bergerak, Yugata sampai di lorong kosong mengarah pada sebuah pintu kayu yang sedikit terbuka. Alunan musik lembut semakin terdengar jelas di setiap langkah kecil yang Yugata ambil dalam wujud tikusnya.
Yugata mengendap masuk dengan waspada, memindai seisi ruangan. 'ANJING!' Raka berteriak kencang di kepala Yugata. Langkah kaki kecil tikus abu-abu itu terhenti, mencerna pemandangan yang ia saksikan. seekor anjing berkepala tiga tidur dengan sebuah harpa yang melayang tidak jauh dari anjing besar itu. 'Pakun juga pasti akan lari jika ia melihat binatang ini.' Raka memiringkan kepalanya, menyandarkan sisi wajahnya yang lain.
Yugata berjalan perlahan mengelilingi anjing yang tidur dengan liur yang menetes. Di balik badan besar hewan itu terdapat sebuah pintu jebakan yang terbuka, anak perempuan yang sekarang masih berbentuk tikus itu mengamati dengan lekat apa yang berusaha anjing ini lindungi.
"Kau yakin perlindungan ini cukup, Albus?" Suara Profesor McGonagall terdengar dari bawah pintu jebakan. "Bukankah lebih baik jika kita memberi perlindungan di seluruh bagian kastil? Jika benar Kau-Tahu-Siapa mengincar batu itu, kementerian dan auror juga seharusnya dilibatkan." Lanjutnya terdengar sangat khawatir.
Wujud tikus abu-abu yang Yugata gunakan sekarang sudah kembali berada di pintu masuk ruangan di sayap kanan lantai tiga itu. Suara Professor Dumbledore terdengar semu "Pertahanan ini cukup, Minerva. Batu itu akan ku tempatkan di tempat yang sulit untuk dijangkau, tidak semua penyihir bahkan akan bisa melihat batu itu." Suara langkah kaki dua penyihir itu terdengar mendekat.
"Jika kita melibatkan auror dan Kementerian, semakin besar kemungkinan kaki tangan Pangeran Kegelapan akan tahu keberadaan batu itu." Lanjutnya, suara parau Profesor Dumbledore kini terdengar jelas menandakan bahwa mereka sudah keluar dari balik pintu jebakan.
Yugata berlari secepat mungkin kembali menuju tangga sebelum Profesor Dumbledore dan Profesor McGonagall melihat seekor tikus berkeliaran di kastil.
Matahari mulai menunjukkan sinarnya ketika Yugata mencapai halaman kastil. Dengan cepat ia merubah wujudnya menjadi seekor elang dan kembali terbang menuju jendela kamarnya yang masih sedikit terbuka.
Harry potter dan seluruh karakter serta dunianya milik J. K. Rowling
Naruto dan dunianya milik Masashi Kishimoto

KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Shinobi and The Half Blood Prince
FanficYugata Hayashi, anggota ANBU berusia 11 tahun terbangun di dunia yang tidak pernah dia ketahui keberadaannya. Menepati janji leluhurnya sebelum pergi meninggalkan dunia sihir. Menyatukan dua dunia yang saling bertolak belakang ketika harus berada da...