Sebuah piringan hitam berputar dengan cepat, menghasilkan lantunan musik klasik yang enak di dengar. Sesekali wanita berambut pirang itu bersenandung mengikuti iramanya dengan langkah kaki yang juga mulai mengikuti ketukanya.
Ketika tubuh dan pikirannya sedang terbuai di bawah langit langit atap yang di setiap sudutnya terdapat ornamen bergaya vintage, tak lama suara lain mengalahkan musik itu. Samar samar terdengar seperti jeritan.
"ARGHHHHHHHH!"
'Bruk! '
Satu buah buku mantra terjatuh dari genggamannya, mengenai lantai yang di poles dengan bersih.
' Klotak... Klotak... Klotak...'
Sepatu flat nya berbunyi, ia berlari mencari keberadaan dimana suara itu berasal.
"STOP IT!" Cassie berteriak, gadis itu menghadangnya. Entah pukulan keberapa yang akan di lakukan ayahnya.
Serpihan gelas gelas kaca berhamburan dimana mana, ada beberapa noda darah yang menetes di lantainya. Tubuhnya terasa lemas, tulang tulangnya dengan secara tiba tiba seperti mati rasa. Apa yang dilihatnya saat ini benar benar menyakitkan mata. Seperti deja vu, kejadian seperti ini terus terjadi di rumahnya.
"Stop.. it." Ulangnya lagi dengan kedua tangan yang mengepal dengan keras.
Sedangkan orang lain yang tubuhnya terlihat memar biru - biru kemerahan menyembunyikan diri di belakangnya. Dengan tangan yang memegang bajunya yang lusuh, matanya yang besar melirik kearah tuannya dengan ragu ragu.
"Apa yang kau lakukan?" Tuan Malfoy bertanya pada putrinya yang saat ini menjadi tameng pelayannya.
"Aku?" katanya, "Harusnya aku yang bertanya! apa dengan kekerasan akan membuat perasaan Ayah jauh lebih baik? Eh?!"
Raut wajahnya yang memelas benar benar membuat Cassie prihatin. Dobby masih berdiri di belakangnya dengan sekujur tubuh yang gemetar.
"Dia tidak lebih dari seorang sampah kecil yang menjijikan!" terangnya.
Dentang jam berbunyi, jarum jam yang berhenti di angka dua belas menunjukkan waktu sudah memasuki tepat siang hari. Lucius terlihat menggerutu, Tak lama Ayahnya pergi meninggalkannya masih dengan cibiran yang tetap keluar dari mulutnya, pandangannya pun tak luput dari Dobby.
"Ayo!" Cassie menarik tangan Dobby dengan segera membawanya pergi ke suatu tempat.
"Masuklah..." Ajaknya, Dobby hanya menurut dan berjalan bersamanya, menyelusuri lorong lorong yang terkadang minim pencahayaan.
"Cassie... Cassie tidak perlu menghawatirkan Dobby." Katanya.
Gadis itu hanya memamerkan senyumnya, "Jika Ayah seperti itu lagi, lain kali gunakanlah sihirmu. Maka aku tidak perlu membalutkan perban di tubuhmu yang terluka."
"Dibanding dengan itu bagaimana perasaan Cassie? Apakah sudah jauh lebih baik?"
Cassie memundurkan wajahnya seolah terkejut.
"Jelas aku marah! Ayah selalu melakukan intimindasi kepadamu, aku sadar mereka tidak memperlakukanmu dengan baik bukan?"
"Bukan, bukan itu!... umm- ya,,, walau terkadang Dobby merasa seperti itu. tapi itu adalah tugas Dobby melayani keluarga ini dengan baik, jika ada sesuatu yang tidak sengaja itu tetap menjadi kesalahan Dobby karena lalai."
Cassie terdiam dalam beberapa detik... bisa dilihat rahangnya yang mengeras, dan bibirnya yang pucat. Mata biru es nya semakin bercahaya karena terpantul cahaya mentari. Cassie pun berkata dengan suaranya yang tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malfoy and The [Secret Daughter]
FanfictionJANGAN BACA CERITA INI KALAU GAMAU SAKIT HATI!!! "Apakah Ibu ingat? Ibu selalu mengatakan bahwa aku akan terus bersinar terang seperti bintang." Suaranya yang bergetar bergeming mengsisi seluruh ruangan, darahnya berdesir kencang di dalam tubuhnya...