'ZRASTTT.....' sudah berjalan kurang lebih sekiranya satu jam, tetapi langit tidak mau berhenti menangis.
Narcissa dengan tatapan matanya yang terus nengarah pada orang lain yang sedang sibuk, terlihat suntuk dan jenuh.
"Hey dengarkan aku, sudah berapa jam saat kita berada di perapian, kau menghabiskan anggur sangat banyak. Kukira saat kau mengajakku kekamar kau akan tidur." Kata Cissy.
"Si sialan itu, Fudge!, baru saja mengirimkanku surat resmi dari kementrian sihir. Aku berharap burung hantunya meneduh di suatu tempat disaat hujan deras seperti ini." Balas Lucius.
"Apa perlu sampai mengirimkan jumlah uang yang tidak sedikit untuk kementrian sihir?" Tanya Narcissa.
"Aku adalah penyihir yang dermawan." Jawab Lucius santai.
"Pengalihan isu, strategimu sangat bagus untuk membersihkan namamu alih alih menggunakan alasan imperius dan uang."
Entah kalimat Narcissa bermaksud untuk memujinya atau menghinanya. Karena Lucius Malfoy membuat alasan klasik yang dapat mempengaruhi seluruh dunia penyihir dengan alasan dirinya diberi kutukan Imperius oleh pangeran kegelapan. Tetapi sepertinya suaminya itu menanggapinya dengan berbeda.
"Kau harus bangga dengan suamimu. Kalau kau tidak bisa tidur pergilah mendongeng kekamar Draco. Anakmu baru pulang kan?" Tanya Lucius dengan kedua mata yang sama sekali tidak ia alihkan kemanapun. Melainkan hanya menatap kertas dan pena, sesekali berpindah fokus ke bak tinta.
"Dia sudah berumur dua belas tahun Lu." Ucap Narcissa.
"Nah! Itu yang aku pikirkan tadi saat kau mengadakan pesta penyambutan ala ala dirimu yang gagal itu. Dia sudah terlalu besar untuk merayakan hal kecil seperti ini." Oceh Lucius lebih mirip seperti menceramahinya.
"Aku tidak kuat mendengar ceramahmu disini. Mumpung malam belum terlalu larut aku akan melihat mereka berdua."
Narcissa pergi meninggalkan suaminya seorang diri didalam kamar, sementara ia berjalan sendirian di antara ruangan ruangan yang hanya terpancar pencahayaan dari lilin lilin ataupun lampu lampu yang minim cahaya.
'Tok...! tok...! tok...!'
"Draco? Apa kamu sudah tidur? Ibu masuk ya...."
'Krettt...' Narcissa melongokkan wajahnya kedalam, dan didapatinya Draco sudah tertidur lelap dibalut dengan selimut hijaunya.
Ia pun kembali menutup pintunya, dan melanjutkan perjalanan ke lantai tiga.
Saat dikamar Cassie. Ia tidak mengetuk, melainkan langsung membuka engsel pintunya yang ternyata tidak terkunci karena beberapa waktu yang lalu Draco keluar dan masuk lewat sana.
Cassie terkejut bukan main saat melihat wajah ibunya yang melongok dari daun pintu.
"I- ibu?!"
"Oh, kau belum tidur rupanya. Tumben pintu kamarmu tidak terkunci. Ngomong - ngomong kamarmu gelap sekali nak...." Kata Ibunya.
"Belum lama ini Draco abis dari kamarku. Dan.... lilin llin ini padam karena aku membiarkan jendela kamarku terbuka, angin yang kencang jadi masuk kedalam." Jawab Cassie.
"Apa angin juga dapat memadamkan api yang terkurung di dalam kaca?" Tanya Narcissa saat melihat lampu minyak yang pecahan kacanya berserakkan di beberapa tempat.
"Ibu, ibu mau apa?" Cassie bertanya karena bingung saat Ibunya mengeluarkan tongkat dari dalam kantung jubah tidurnya.
"Memperbaiki kamarmu yang seperti kapal pecah."
Narcissa membuat kembali adanya cahaya di dalam kamar Cassie yang suram hanya dengan sekali menggerakkan tongkat. Saat itu juga dia melihat kedua mata putrinya sembab dan merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malfoy and The [Secret Daughter]
FanfictionJANGAN BACA CERITA INI KALAU GAMAU SAKIT HATI!!! "Apakah Ibu ingat? Ibu selalu mengatakan bahwa aku akan terus bersinar terang seperti bintang." Suaranya yang bergetar bergeming mengsisi seluruh ruangan, darahnya berdesir kencang di dalam tubuhnya...