Musim panas 1992
King's Cross, London.
"Koran?" Tawar kakek tua yang berdiri dengan badanya yang bungkuk di pinggiran peron seraya membawa tas jinjing berisi banyak sekali surat kabar yang dimuat dari London Times.
Orang yang di tawarinya itu hanya menatapnya dengan ketus hingga sang kakek menundukkan wajahnya dengan mengurungkan kembali tangannya yang terulur.
"Muggle!" Cibirnya sambil lalu, yang tentu saja tidak dimengerti oleh orang tua itu.
'Psssssssttttt'
Kereta berhenti, suara rem yang mendesis dengan uap yang mengepul ngepul di udara. Ia berdiri tegap dengan wajahnya yang angkuh.
"Hannah....!!!" Teriak seorang wanita yang berdiri bersampingan dengannya. Wanita itu di kejutkan dengan putrinya yang berlari keluar dari dalam gerbong kereta.
Lucius yang merasa terganggu berpindah sisi ke arah lain. Saat berjalan mencari tempat tunggu yang nyaman ia mendapati Draco bersama teman temannya keluar berjalan beriringan.
"Ayah!" Teriak Draco dari jauh.
Draco berlari, Crabbe dan Goyle juga ikut berlari dengan kedua pipinya yang bergoyang goyang.
"Mr. Malfoy!" Panggil Crabbe dengan nafasnya yang naik turun.
"Perkenalkan! sa- saya Vincent Crabbe... huh- huh-" Nafasnya masih tidak beraturan. Ia mengulurkan tangan untuk bersalaman namun Goyle menepisnya dengan cepat.
"Saya Gregory Goyle tuan! Anda pernah bertemu dengan saya saat berkunjung ke rumah untuk menemui Ayah." Kata Goyle sangat bersemangat.
"Ohh.... saya ingat, kau anak laki laki yang menangis minta dibelikan sapu kan...? Haha, Kau sudah tambah tinggi namun sepertinya perutmu belum kempes juga."
Crabbe yang mendengar tentang cerita singkat yang dilontarkan Mr. Malfoy tertawa terbahak bahak dengan Goyle yang memasang wajah malu.
Tak lama datanglah seorang pria dewasa lagi berpakaian serba hitam yang tak kalah gelapnya dengan Lucius. Topi hitamnya pun bertengger di atas kepalanya.
"Mr. Malfoy." Sapanya ramah kepada Lucius. Yang ternyata adalah Ayah dari Gregory, yaitu Goyle Sr.
"Saya melihat anak saya sedang mengobrol dengan temannya disini, ternyata ada anda juga. Apa dia mengganggumu Lucius?" Tanyanya.
"Oh tentu saja tidak!" Jawab Lucius dengan ramah. Namun setelahnya ia menambahkan gumaman kecil yang sepertinya masih bisa di dengar. "Tidak terlalu..."
Tuan Goyle menangkap mata Draco yang sedang melihatnya.
"Wah lihat! anakmu sudah sangat besar. Terakhir aku berkunjung kerumahmu beberapa tahun yang lalu... sepertinya saat itu Draco masih berumur tujuh atau delapan? Aku tidak yakin. Kau sangat beruntung memiliki putra semata wayang yang tampan dan rupawan."
Pujian dari Ayah temannya tidak begitu penting untuknya, namun tetap saja Draco dengan sopan harus membalas perkataan Tuan Goyle.
"Terimakasih sir, tapi sepertinya anda keliru di rumah kami masih ada yang lebih baik dari saya. Dia-"
'Grep!'
Lucius menarik tangannya dengan kencang ke arahnya. Ia dengan kikuk berkata "Yang dimaksud adalah Ibunya. Haha~" Katanya dengan tawa yang hambar.
"Draco, mari pulang." Ajak Lucius padanya. "Maaf, sepertinya kami terburu buru. Ibunya sudah membuat kejutan khusus untuknya."
"Jika diberitahu sekarang itu namanya bukan kejutan lagi." Cibir Draco dengan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malfoy and The [Secret Daughter]
FanfictionJANGAN BACA CERITA INI KALAU GAMAU SAKIT HATI!!! "Apakah Ibu ingat? Ibu selalu mengatakan bahwa aku akan terus bersinar terang seperti bintang." Suaranya yang bergetar bergeming mengsisi seluruh ruangan, darahnya berdesir kencang di dalam tubuhnya...