⚠️ Alur cerita maju mundur⚠️
Hatinya hancur, tubuhnya lemas. Hanya sedikit tenaga yang masih tersisa dalam dirinya. Ia gunakan tenaga itu untuk berlari, menuruni tangga dengan tergesa - gesa, dengan nafas yang hampir habis.
"HENTIKAN!"
Teriaknya, ia menjatuhkan diri di kaki Ayahnya, dengan berlutut ia memohon untuk berhenti menyakiti temannya.
Berulangkali gadis itu mencoba memberi sinyal pada Ibunya, namun sayang seberapa keras Ibunya mencoba Ayahnya dengan sadisnya masih tetap melayangkan sabuknya yang tidak pernah meleset."KUMOHON AYAH! KUMOHON! WALAU AKU TIDAK TAHU APA YANG DIA PERBUAT KUMOHON HENTIKAN! HIKS...!" Jari - jari yang gemetar kesulitan untuk menyeka air mata.
"JIKA ITU SANGAT MEMBUAT AYAH KESAL AYAH BISA MELEPASKANNYA, MEMBUATNYA BEBAS DAN MENCARI PERI RUMAH YANG BARU."
"CASSIE...!" Lucius tidak akan pernah melepaskan Dobby sampai kapanpun, bahkan hingga akhir hayatnya dia akan terus berada di rumah ini bersama rahasia yang secara tidak sengaja di ketahui oleh si kecil Dobby.
Teriakan Dobby semakin menjadi, hingga sudah mencapai ambang batas. Gendang telinga Cassie seperti ingin pecah, tidak kuat untuk mendengarnya lagi, ini sangat menyakitkan. Saat Ayahnya bersiap mengulurkan tongkat saat itulah Ayahnya berkata,
"CRUCIO!"
****
Bak musim kemarau, matanya terasa kering seperti gurun pasir. Air yang mengalir deras dari pelupuknya perlahan mulai asat. Bagaikan ruh yang keluar dari raganya Cassie terbaring lesu di lantai kamarnya.
Berlutut pun tak mempan, menangis tidak ada harganya dimata Ayahnya. Yang paling membuatnya marah saat itu adalah kutukan itu. Pada akhirnya Dobby berakhir di Dungeon, tempat yang jauh berada di bawah manor.
Gadis itu menutup wajahnya dengan tanganya, pertanyaan yang terus memutar di sekililing otaknya. Entah apa kesalahan yang sudah dilakukan oleh Dobby. Cassie mulai bangkit dan berjalan lunglai rasanya seperti seorang anak balita yang baru belajar berjalan kakinya mati rasa. Tak lama wajahnya terperangah melihat Draco duduk di tepi ranjangnya.
"Kapan kau masuk?"
Draco mulai mengingat - ngingat, "Entahlah, tapi sudah lumayan lama aku disini."
Cassie mengangguk - ngangguk "Kau sudah lumayan lama disini? Tapi kau tidak mencoba mambangunkanku dan tetap membiarkanku tetap tidur disini?" Ia menunjuk lantai kamarnya.
"Oh, aku minta maaf soal itu. Ngomong - ngomong, jangan tersinggung." Draco menggigit bibir bawahnya dengan tatapan kosong, seperti sedang memilah milah kata.
"Apa?"
"Cass... aku rasa kau tidak perlu berlebihan, aku tidak tahu kenapa kamu membelanya mati - matian dan berusaha untuk melindunginya seperti itu.
Memang menakutkan melihat Ayah murka seperti itu, aku pun juga takut. Tapi... mungkin saja memang Dobby melakukan kesalahan jadi wajar kalau-"
"Wajar?! Wajar Draco?! Sebetulnya apa yang mereka ajarkan padamu? Kau benar benar tidak memiliki belas kasihan sedikitpun ya. Dia adalah temanku Draco! Orang yang paling mengerti aku di rumah ini! Bahkan bukan kau sekalipun!" Kata Cassie memotong pembicaraan Draco yang belum terselesaikan dengan mimik wajah yang heran.
"Hey dengar! Kenapa kamu memotong pembicaraan ku sih?! Kamu sendiri kan lihat?! Ayah marah seperti itu bukan tanpa sebab Cas! Dobby pasti melakukan hal yang membuatnya marah jadi wajar saja kan jika Ayah menghukumnya?" Draco terengah - engah setelah berbicara panjang lebar yang hanya membuat wajah Cassie semakin memanas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malfoy and The [Secret Daughter]
FanfictionJANGAN BACA CERITA INI KALAU GAMAU SAKIT HATI!!! "Apakah Ibu ingat? Ibu selalu mengatakan bahwa aku akan terus bersinar terang seperti bintang." Suaranya yang bergetar bergeming mengsisi seluruh ruangan, darahnya berdesir kencang di dalam tubuhnya...