6

589 62 1
                                    


.
.
.
.

Taeyong tidak menyangka kalau Ten sejak dua jam yang lalu ternyata telah terhubung dengan benda yang akan menghancurkannya berkeping-keping.

Ten sendiri sama terkejutnya dengan Taeyong, bahkan tubuhnya telah berkeringat pucat saat melihat benda itu ada di tubuhnya.

"Ten maafkan aku, seharusnya aku tak memakaikanmu piyamaku. Sial!, si rambut silver itu ternyata sudah lebih dulu menaruh benda ini ke semua pakaianku yang ada di mansion" jelas Taeyong.

"Lupakan maafmu Taeyong, sekarang singkirkan benda itu cepat!" pintah Ten. Taeyong tertunduk entah karna apa, tapi Ten tau apa penyebabnya.

"It's okay Taeyong, jika kau tak bisa menghentikannya. Tapi kau bisa kan membantuku melakukannya?" tanya Ten.

Taeyong mengangkat kepalanya tak percaya.
"Kau sejauh mana mengetahui bom itu Ten?" Taeyong tak menjawab dan malah bertanya balik.

"Akan aku jawab, tapi nanti setelah kau membantuku. Ini sulit aku jinakan karna benda ini ada dipunggungku" jawab Ten.

"Baiklah, sekarang aku harus apa?" tanya Taeyong. Ten sejenak melirik benda itu dari pantulan cermin.

"C-4 rupanya" ucap Ten.

Taeyong sebenarnya hanya menguji Ten. Ia jelas tahu jenis bom itu dan bagaimana cara menghentikannya, tapi di balik itu semua Taeyong marah bukan main karna si rambut perak bertindak diluar ekspektasinya. Tapi dia juga lega karna kepala pria itu sudah tak berbentuk lagi.

"Bom ini biasanya khusus digunakan dikemiliteran dan daya ledaknya tinggi. Taeyong tolong ambilkan laptop itu" pintah Ten.

Melihat apa yang Ten lakukan, Taeyong sangat mengaguminya luar biasa.

"Bom ini sudah aktif sejak dua jam yang lalu karna getaran dan waktunya tinggal tiga menit lagi, kau harus membuka penutup botolnya dan memotong kabel berwarna biru" jelas Ten.

"Biru?" tanya Taeyong ragu.

"Karna jika merah, justru kaan meledak" jawab Ten.

"Tapi..." Ten beralih menatap Taeyong, membuatnya tidak memelanjutkan ucapannya. Bagaimana tidak, Ten menggenggam kedua tangannya.

"Percayalah padaku, bukan karna warna aku memutuskannya. Tapi kaitan kabel itu, ke mana pusatnya, warna bukan akhir dari keputusan Taeyong. Jadi jangan jadikan itu pilihan" jelas Ten.

"Baiklah kalau begitu" ucap Taeyong.

Ten bisa membaca raut keraguan di wajah Taeyong. Dan Ten sekali lagi meyakinkan Taeyong, menggenggam tangannya lebih erat dari sebelumnya.

"Keluargaku berasal dari kemiliteran, meskipun appa pengusaha tapi kakekku selalu mengajarkan kami dunia kemiliteran. Dan aku sudah mengenal bahkan menggunakan beberapa jenis bom yang ada di seluruh dunia ini" jelas Ten meyakinkan.

"Sesungguhnya, aku sudah tahu lebih banyak siapa kau Ten. Dan jangan berpikir aku meragukanmu dan tak percaya padamu Ten"

Ten sudah tidak kaget dan meragukan ucapan Taeyong ini, karna sudah jelas Taeyong tidak akan gegabah dan muda percaya pada orang yang baru dikenalnya untuk di jadikan anggota bahkan tangan kanannya? Dia pasti akan mencari bagaimana dan apa latar belakang dari anggotanya.

"Sebagai catatan S̄eụ̄x. Kau satu-satunya yang aku inginkan untuk menjadi partner, entah itu partner in crime atau partner in l..."

"Satu menit lagi jika kau masih bicara maka kau tak akan pernah bisa menjadikanku partnermu, Taeyong" Ten menyela ucapan Taeyong, karna jika tidak maka dirinya akan mati bahkan sebelum sempat membunuh bahkan menemukan Tiway.

Complicated Love [Taeten]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang