[ Rate: PG // yuta as kakak jaemin ]
.
.
.
.Dari pertama Jaemin memutuskan untuk berkuliah jauh dari rumah, dia sebenarnya hanya mempertimbangkan bagian penting di mana dia akan tinggal sendiri tanpa diawasi orangtua.
Tanpa diawasi orangtua? Di satu sisi terdengar seperti yang ingin melakukan sesuatu yang melanggar larangan papa dan mamanya, tapi di sisi yang lain juga bisa dilihat sebagai dia ingin hidup lebih mandiri, lebih dari saat masih SMA.
Walaupun begitu, kalau Jaemin yang sedang dibicarakan sih ya, kita bisa menyimpulkan dengan melihat satu sisi saja, dan itu adalah sisi yang pertama; ingin melanggar larangan.
"Kakak kan udah bilang, kalo pulang ke kostan tuh jangan kemaleman!" omel Yuta, kakak sulung Jaemin dan satu-satunya.
Jaemin yang sedang dimarahi itu hanya terkekeh sambil menggaruk belakang kepalanya, berusaha terlihat bersalah walaupun aslinya tidak sama sekali. "Gak kemaleman, ah! Masih jam 8! Anak kuliahan pulang jam segini kan, biasanya?"
"Iya kalo alasannya jelas! Apa alasanmu?"
"Numpang wifi."
"Di mana?"
"Ya di kafe depan supermarket situuu."
Yuta meringis keras waktu Jaemin menggunakan jarinya untuk menunjuk di mana kafe yang dia maksud itu, seakan Yuta bisa tau lokasinya hanya berdasarkan tunjukan jarinya. "Kenapa harus pake numpang wifi sih? Kalo mau pake internet ya kakak bisa tethering!"
Jaemin tidak membalas. Dia lebih memilih untuk segera masuk ke dalam kamar kostnya itu dan melepas semua barang bawaan lalu juga menyimpan jaketnya di dalam lemari, ketimbang menanggapi lebih jauh protesan kakaknya yang tidak bosan-bosan menarik urat hanya untuk memarahinya.
Tapi sebenarnya apa yang dilakukan kakaknya itu di sana? Di kamar kost miliknya padahal si kakak punya kost sendiri di tempat lain?
"Daripada bahas itu mulu, kakak nggak bosen apa, terus-terusan ke sini tiap hari cuma buat mastiin aku pulang gak kemaleman?" Jaemin mengutarakan keluhan yang sama dengan hari-hari kemarin, yang mana dia sebenarnya juga sudah mendapat jawaban dari sang kakak dari hari-hari kemarin juga. Tapi ya itu, dia belum puas.
Dia tidak akan puas, karena jawaban Yuta tidak pernah berubah: "Soalnya papa nyuruh aku monitor kamu, dekkk. Kamu tau sendiri kamu anak bungsu, anak kesayangan papa. Ya gimana kakak gak disuruh sering nyamperin kamu di kost?"
Huh. Jaemin mendengus. Alasan macam apa itu? Padahal, Jaemin yakin seharusnya Yuta tidak perlu membawa-bawa nama papanya sebagai alasan, karena perkara 'sering nyamperin' dengan benar-benar 'selalu' berada di kamarnya sampai bisa menyambutnya tiap pulang itu juga sudah sangat berbeda.
Kakaknya ini memang seprotektif itu. Suka terlalu sibuk dan panik sendiri kalau itu sudah menyangkut Jaemin, adik manis yang terpaut 2 tahun dengannya dan tahun ini menjadi maba a.k.a mahasiswa baru di universitas yang sama.
Kalau kalian mau tau, saat Jaemin mengumumkan kelulusannya dalam ujian masuk perguruan tinggi itu, dia mendapat dua reaksi yang kontrasnya sangat terlihat dari satu orang saja, dan itu kakaknya.
Kira-kira, seperti ini.
"Kakak! Aku lolos ujian masuk universitas!!"
Reaksi pertama, senyuman cerah. "SERIUS? SELAMAT!!! KAMU MEMANG ADIKKU!" Dilanjut dengan pelukan erat yang hampir membuat sesak. "Jadi? Dapet di mana?"
"Hehe! Sama dengan kakak!"
Dan reaksi berikutnya mulai muncul. Yuta terlihat seperti telah salah mendengar sesuatu di sana. "Di... mana? Tadi kakak kayaknya salah denger, lupa kapan terakhir bersihin kuping. Ya kali kamu samaan sama kakak---"
KAMU SEDANG MEMBACA
✩-MarkMin oneshots-✩
Fanfictionprompts ※O1. Never text him when you're sad ※O2. I hope we end up happy ※O3. I still see you in my dreams ※O4. You are the kindest ※O5. Mind ※O6. Imagination ※O7. A burden ※O8. The stars remind me that we're not together ※O9. I beg you please don't...