Tw // heavy mention of death, suicidal
.
.
.
.
.
.
.Mark pernah bilang dia sangat mencintai Jaemin dengan sepenuh hatinya. Mark mencintai Jaemin dengan sangat, sampai Mark juga pernah bilang, Mark bersedia memberikan Jaemin segalanya yang dia punya jika Jaemin meminta.
Dan Jaemin mengingatnya dengan sangat baik, terlebih waktu dia mulai terpikirkan sesuatu begitu dia memikirkan lebih dalam lagi tentang pekerjaan apa yang diampu Mark.
"...mesin waktu, katamu?" Mark mengulang omongan Jaemin yang menurutnya sangat tiba-tiba. Dan sulit dipahami.
Mark mengira, Jaemin sedang mengerjainya dengan niat yang terlalu besar. Jaemin, sepulangnya Mark dari kerjanya di lab pribadi milik seorang teman, langsung menyambut Mark dengan segala bentuk jamuan. Pijatan di pundak pun Jaemin tawarkan, yang mana Mark iyakan saja tanpa banyak mengira.
Apa Jaemin tidak pernah menyambut kepulangan Mark dengan baik selama ini? Tidak juga, tapi kali ini yang dia lakukan bisa dibilang sedikit berlebihan. Terakhir Mark ingat mendapat penyambutan semacam ini dari Jaemin, hmm... Mungkin, di minggu-minggu pertama pernikahan mereka?
Pada pengulangan Mark yang barusan, Jaemin mengangguk, walaupun Mark tidak bisa melihatnya karena Jaemin yang berdiri di belakang supaya bisa memijat pundak si yang lebih tua.
"Untuk apa?" Mark bertanya.
Dan Jaemin menjawab, "Aku ingin ke masa lalu."
"Iya, lalu apa?"
Mark terus mendesak, apalagi saat dia sadari Jaemin juga terus menghindari pertanyaannya. Mark butuh jawaban jelas. Mesin waktu bukan sesuatu yang mudah untuk dibuat. Kalau Jaemin menginginkan perjalanan waktu hanya karena bosan, Mark kan masih bisa atur liburan keliling dunia! Ingat apa kata Mark saat dia bilang dia mencintai Jaemin dengan sangat? Jika Jaemin meminta, Mark bisa memberikan Jaemin segalanya.
"...aku ingin bertemu dengan diriku yang masih kecil," jawab Jaemin pada akhirnya, yang Mark rasa Jaemin sudah tidak akan memberikannya jawaban yang ditutup-tutupi, "...dan... Membunuhnya."
Mark membalikkan badannya, membuat Jaemin mengambil langkah mundur. Dia lihat Mark menatapnya seram.
"K-kamu yang bilang, kamu akan memberiku segalanya kalau aku meminta...." Jaemin berusaha membela perkataannya dengan omongan lama Mark, yang sebenarnya juga masih berlaku, tapi sepertinya tidak untuk yang masalah satu ini. "Aku tau yang aku minta ini pasti sulit, tapi setidaknya aku ingin kamu mencoba. Hasilnya kan belum ada yang tau...."
"Bukan cuma itu masalahnya! Kalau kamu yang masih kecil benar kamu bunuh, lalu bagaimana denganmu? Kamu juga mungkin bisa—...!!"
Mati.
Jaemin mungkin bisa mati.
Mark tidak melanjutkan omongannya begitu sadar peringatannya itu kemungkinan tidak akan berpengaruh besar, mengingat Jaemin yang dia kenal dari lama memang selalu bisa dengan mudah membercandakan kata mati, mati, dan mati lagi.
Mungkin, permintaan Jaemin kali ini pun bisa jadi bukti bahwa kata-katanya dari dulu itu sebenarnya bukan sekadar candaan.
Jaemin dari tadi hanya menjatuhkan tatapannya ke lantai. Bibir bawahnya yang digigit keras lama-lama jadi meneteskan darah. Dia tidak berani terus menatap Mark yang pasti sekarang masih memberikannya tatapan yang menahan marah.
Mark hampir tidak pernah marah, masalahnya. Jadi Jaemin tidak tau bagaimana menghadapi amarahnya kalau kedapatan sedang kejadian.
Ya, Jaemin yakin, Mark sekarang ini sedang marah. Mark boleh jadi selama bertahun-tahun ini sudah bisa memaklumi cara pikirnya yang sukar ditebak dan seringkali membuat pusing, tapi semua ada batasnya. Dan Jaemin yakin, inilah batasnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/131919611-288-k338226.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✩-MarkMin oneshots-✩
Fanfictionprompts ※O1. Never text him when you're sad ※O2. I hope we end up happy ※O3. I still see you in my dreams ※O4. You are the kindest ※O5. Mind ※O6. Imagination ※O7. A burden ※O8. The stars remind me that we're not together ※O9. I beg you please don't...