at your door (pt.5)

583 97 18
                                    

a/n. gws markminist

[ rate: T+ ]

.

.

.

"Jadi ...," Jaemin mengurut keningnya, "sebenarnya kakak ini niatnya apa, ya?"


"Niat?" Mark menyahuti. "Jalan-jalan. Kan tadi aku sudah bilang?"


Jaemin yang duduk di salah satu anak tangga yang menghadap ke sebuah danau lantas mengambil kerikil yang paling dekat dengan tumpuan tangannya, lalu melemparnya ke arah danau, "Ya iya! Tapi maksudnya kenapa harus sampai sejauh ini sih?! Aku bahkan tidak tau ini di mana!"


Jaemin tidak tau dia dan Mark, orang yang telah menyeretnya berlarian, saat ini sedang berada di mana. Setelah berlari lumayan jauh hingga ke halte dan beberapa kali ganti bus, Jaemin yang awalnya masih bisa mengenali jalan, jadi mulai tidak terlalu memerhatikan sekeliling. Karena telanjur lelah, dan juga karena Mark sepertinya sengaja mengambil rute yang berputar-putar. Tapi ternyata ....


"Ini di dekat apartemenku."


Oh. Ternyata Mark membawanya pulang.


Hah. Tunggu. Mark membawanya ... Apa?


"...! Kenapa kakak membawaku ke apart kakak?!" Jaemin, matanya membulat sempurna. Dia tau tentang Jeno, kakaknya, sering sekali bermain ke apartemen Mark, tapi dia? Beda cerita.


"Tidak ada alasan khusus. Kalau kamu mau pulang sekarang juga bisa kok. Aku tadi ke tempatmu naik taksi, jadi mobilku sekarang ada di apart," kata Mark, sambil terus menyibak rambut karena angin sedang bertiup kencang-kencangnya. "Tapi sudah sampai sejauh ini, kamu mau langsung pulang?"


"Iya! Aku disuruh ibu untuk jaga rumah! Kalau nanti ayah dan ibu pulang dan aku tidak di rumah—... Ponselku. Ponselku!" Jaemin merogoh isi kantong celananya yang tidak berisikan apa-apa. Dia memang tadi dibawa lari Mark tanpa sempat membawa apapun. Sempat memakai sepatu pun sudah sangat cukup untuk disyukuri. "Ponselku ...!! Aku tidak membawa ponselku! Aku tidak bisa memberitau ayah dan ibu kalau aku diculik kak Mark!"


Mark kelepasan tertawa mendengar Jaemin dan pilihan katanya. Diculik? Itu lucu. Memangnya Mark sampai meminta tebusan pada orangtua Jaemin? Kan tidak?


Tanpa ponsel dan dompet, Jaemin jadi tidak bisa pulang sendiri. Merasa tidak ada pilihan lain, Jaemin akhirnya menghela napas dan berpindah duduk ke tempat yang lebih dekat dengan Mark, yang tengah menggumamkan beberapa kalimat yang Jaemin kurang bisa dengar jelas.


"Apa?"


"Iya, aku tanya," Mark mengulang pertanyaannya, "kamu dan Jeno hubungannya baik, kan?"


Baik? Dengan Jeno? Baik kok. Tapi kenapa ... "Kok tiba-tiba?"


"Apanya?"


"Ya ... tiba-tiba tanya? Apa dia bilang sesuatu?"

✩-MarkMin oneshots-✩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang