* * *
Warning!
Mohon maaf jika sikap tokoh Santri dalam cerita ini menyimpang dari kenyataannya🙏Dinda menyelimuti tubuh Abel agar dia merasa hangat, ketika Dinda mengecek suhu tubuhnya ternyata panas sekali.
"Hei kalian tidak sudikah untuk membantu kita sedikit saja?" Dinda memohon.
Tidak ada reaksi dari mereka, malah teman dekat Abel dan Dinda yaitu Maira dan Miska pun hanya diam saja.
"Abel? Abel?" Dinda menepuk-nepuk pipi Abel.
"Apa adaa yang sakit?" panik Dinda. Abel hanya menggeleng.
'Aku harus bicara sama Ustadz Azzam,' batin Dinda.
* * *
Dinda rela tidak mengaji isya hanya untuk menemani Abel di Asrama. Tadi maghrib ia sudah bicara dengan Azzam kalo Abel sedang sakit, demam nya tinggi.
Kira-kira apa jawaban Azzam?
"Kamu rawat Abel di Asrama, berikan dia obat dan makanan yang cukup, biarkan dia tidur di Asrama dulu, besok pagi saya akan jemput dia." Itulah jawaban Azzam.Sepulang mengaji Maghrib, Dinda langsung mengecek keadaan Abel, tidak ada yang berubah, semuanya masih sama, panas nya tak kunjung turun.
Semua Santriyah yang sudah selesai mengaji isya, pulang kembali ke Asrama. Ruangan kembali ramai dan terasa gerah karena hawa manusia.
Sungguh miris, tidak ada yang peduli dengan keadaan Abel sedikitpun, Abel kembali menggigil suhu thbuhnya semakin tinggi.
"Abel? Abel!" Dinda panik, sesekali temannya hanya melirik tanpa membantu.
"Maira, Miska, tolong! Tolong untuk kali ini saja ambilkan kompres untuk Abel, tolong ...." Dinda menempelkan kedua tangannya memohon tolong pada mereka.
Mereka hanya diam tak bergeming, Dinda tak menyerah ia meminta tolong pada santriyah lain. "Tiana! Tiana, Zea tolong ambilkan kompres untuk Abel, aku mohon kali ini aja," isak Dinda.
mereka malah tersenyum miring di sudut bibirnya, menatap Dinda dengan sinis.
"Tolong aku! Jika saja aku bisa beranjak pergi ke dapur aku akan lakukan sendiri, tapi aku tak tega meninggalkan Abel, sementara kalian tidak ada yang peduli sedikitpun padanya!" teriak Dinda.
Tiba-tiba Tia datang dari ambang pintu.
"Ada apa ini?" Tia menghampiri Dinda yang masih berdiri di hadapan Zea dan Tiana.
Semua Santriyah malah menertawakan Dinda.
"Kak? Kak Tia tolong ambilin kompres untuk Abel, kali ini aja aku minta tolong sama kakak sebagai ro'is di sini." Lagi-lagi Dinda memohon bantuan pada Tia.
"Aku? Aku di suruh ambil kompres buat dia? Hahahaha lawak ...." Tia tersenyum sinis.
Lagi dan lagi Santriyah tertawa lepas.
"Kak tolong ...," lirih Dinda.
Keadaan Abel benar-benar drop, ia setengah sadar antara ingat dan tidak ingat dengan apa yang sedang terjadi.
"Abel? Abel, kamu harus sadar Bel, kakak mohon." Simpati Dinda kembali lagi kepada Abel yang semakin kesini semakin parah.
Nafas Dinda tak beraturan, masih sesak karena emosi, menatap Tia dengan tajam, sama halnya juga dengan Tia.
"Awas aja yah! Kalian akan tau yang sebenarnya jika Abel itu ad---" Dinda menjeda perkataannya tatkala tangan Abel melingkar di pergelangan kakinya.
Abel menggelengkan kepalanya lemah, mengisyaratkan agar Dinda tak membocorkan rahasia besarnya selama ini.
______________________________________
Kangen?
😭😭😭😭😭
Minta coment sama bintangnya itu loooh😷hiks😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadz Gantengku (TERBIT)
Teen FictionOpen Pre-Order Novel Ustadz Gantengku 🌼(20-27 September 2021) Di Shopee: @DovelineStore Di Instagram: @Zia_ashadiya08 Di Instagram: @Dovelinepublisher Narahubung: 081290420711 "Satu pilihan yang menentukan masa depanmu, satu pilihan yang mencermink...