71. MELEPAS RINDU

6.1K 541 26
                                    

* * *

"Eh, kok malah kamu yang masak?" cengir Aulia.

"Gak papa," singkat Abel.

Ia membawa semangkuk sup, lalu di taruhnya di meja makan. "Kakak udah makan?" tanya Abel.

"Belum."

"Yaudah sini! Makan bareng."

"Waah, makasih."

Aulia duduk di tempat biasa Azzam duduk, ia lahap sekali memakan masakan Abel.

"Kak Lia? Abel mau tanya boleh?" tanya Abel di sela makan nya.

"Iya."

"Mmm, tadi ada kurir yang datang, Kakak pesan barang?" tanya Abel sedikit kaku.

Uhuuk .... uhuk .... uhuk ....
Aulia meraih gelas berisi air. "Hati-hati kak," ucap Abel menepuk-nepuk punggung Aulia pelan.

"Eu-enggak, saya cuma beli gamis aja," gugup Aulia.

"OoOh," singkat Abel lalu melanjutkan makannya.

* * *

Abel duduk di sofa sambil memainkan Handphone-nya, sesekali ia tersenyum ketika Azzam mengirim pesan tentang gombalan padanya. Bahkan suara tawanya sampai terdengar oleh Aulia yang berada di ruang tamu.

Karena penasaran Aulia pun mengendap-ngendap berjalan ke arah ruang tengah, ia mengintip dari balik lemari kaca yang besar ukurannya. Sempat Aulia membaca pesan yang di kirim Azzam.

"Lebay," pelan Aulia berucap.

Tanpa di duga, Abel menoleh ke arah Aulia membuatnya kaget bukan kepalang karena keciduk mengintip isi pesan dari Azzam.

"Ngapain sih Kak?" Abel menengadahkan kepalanya menatap Aulia.

"Eu-enggak, saya kira kamu kerasukan, kok tawa-tawa sendiri." Aulia cengengesan.

Abel memutar bola matanya malas, ia pun beranjak dari duduknya pergi ke kamar untuk melanjutkan chatan.

* * *

Malam hari, tak seperti biasanya umi malam ini tidak datang menghampiri Abel ke kamarnya, biasanya umi selalu datang ke kamar setelah sholat isya. Membuat tanda tanya di benak Abel.

Saat ia menuruni tangga tak sengaja berpapasan dengan Aulia."Mmm, Abel? Ustadz Azzam kapan pulang?" tanya Aulia pecicilan.

Abel sedikit kaget mendengarnya. "Memangnya ada perlu apa?" Nada bicara Abel sedikit cuek.

"Mmm anu Bel, sa-saya mau belajar mengaji sama Ustadz Azzam," ucapnya sedikit canggung.

"Ooh, mungkin 3 hari lagi," ucap Abel.

Aulia mengangguk kecil. "Abel ke rumah Umi dulu." Ia pun pergi meninggalkan Aulia sendiri.

Di rumah mertuanya, tampak sangat sepi. Terdengar dengkuran halus dari arah kamar Umi, Abel memberanikan diri untuk masuk, terlihat Umi yang sedang terbaring lemas di atas kasur masih menggunakan mukena.

"Umiii ...," lirih Abel

"Naak, sini Nak!"

Abel pun duduk di atas kasur.
"Maaf Umi gak bisa nemenin kamu tidur," lirih nya.

"Umi sakit?" Abel menatap lekat wajah umi.

"Umi udah gak muda lagi Nak, biasa lah penyakit orang tua ...," lirih Umi.

"Apa yang sakit Mi?"

"Gak ada Nak."

"Umi jangan bohong, mata Umi keliatan sayu, tubuh Umi lemas dan panas," tutur Abel.

"Ini penyakit biasa Nak, udah gak usah khawatir."

"Biar Abel pijitin yah?" Tanpa di suruh Abel segera memijat pelan kaki Umi yang tampak bengkak, Dari dulu memang Umi memiliki penyakit asam urat.

* * *

Jam sudah menunjukan pukul 21.03
Umi tampak sudah tertidur lelap, Abel beringsut turun dari ranjang, ia mencari keberadaan Aulia untuk memberitahu bahwa dirinya tidak tidur di rumah malam ini.

Setelah memberi tahu Aulia, Abel pun segera kembali ke rumah Umi untuk menemani tidurnya malam ini.

1 pesan baru dari Ustadz Gantengku.

[sayang, kamu belum tidur?]

Itulah pesan yang di kirim dari Azzam.

"Vc aja yah?" Abel menekan tombol kamera, tak berapa lama tampaklah wajah tamvan Azzam di layar handphone.

[Hai cantik.]

"Lebay." Abel tersipu malu.

[Malam ini tidur di kamar Umi?]

"Enggak, biasanya Umi yang tidur di kamar aku. Tapi berhubung Umi lagi sakit jadi aku temenin malam ini."

[Pasti asam urat nya datang lagi.]

"Iya, soalnya kakinya bengkak."

Azzam tertegun, ada rasa khawatir dalam hatinya.

[Umi udah minum obat?]

"Belum Kak."

[Nanti pagi, Umi harus minum obat yah. Obat nya ada di laci nakas.]

"Iya kak."

[Hari Sabtu kakak pulang yah?]

"Loh? Bukannya perjanjian sampai hari minggu?"

[Kakak khawatir sama Umi, di rumah gak ada lelaki. Kalo kenapa-napa mau minta tolong sama siapa?]

"Iya juga sih," gumam Abel.

[Sayang?]
[Udah suci belum?]

"Ish apaan sih." Abel tersenyum kikuk.

[Hahaha ... yaudah kalo gitu Kakak tutup telpon nya yah?]

"Iya kak."

[Assalamualaikum bidadari surgaku?]

"Waalaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh."

Telpon pun di matikan.
_____________________________________

Iyi geceler🙏 vote sama komen jangan lupa. Juga jangan pada kabur sebelum tau ending konfliknya. Nyesel baru tau rasa!👊

Ustadz Gantengku (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang