80. TITIK TERANG

6.2K 576 90
                                    

* * *

"Iya sebentar!!!" sahut Abel sambil lari tergopoh menghampiri pintu.

Ceklek ...
"Maaf, ada perlu dengan siapa yah?" tanya Abel.

"Dengan Mbak," jawab si pemuda itu.

"Owh, silahkan duduk."

Sekitar 20 menit mereka berbincang-bincang. Rupanya pemuda itu di perintahkan oleh Ihfad untuk memberikan informasi mengenai Aulia.

"Besok?!" menolog Abel tak percaya.

"Iya besok, jika tidak siap besok. Yaudah gak papa," jawab Pemuda itu.

Abel sedikit merenung, bagaimana jika Azzam tidak mengizinkan nya pergi apalagi dengan lelaki. Tapi kali ini niatnya hanya untuk menyelesaikan masalah, Abel ingin menyelidiki siapa sebenarnya Aulia.

"Nanti saya izin dulu sama suami, jika saya di izinkan saya akan pergi. Tapi jika tidak saya tak bisa berbuat apa-apa," jelas Abel.

"Baiklah kalo begitu, saya pamit."

* * *

"Kak Lia?!"  Abel langsung berdiri menghampiri Aulia yang baru saja pulang.

"Kak? Kak Azzam kapan pulang?" tanya Abel.

"Nanti malam katanya," jawab Aulia.

Sejenak hanya ada keheningan, mereka saling beradu pandang, Abel tidak melihat adanya aura jahat pada diri Aulia.

"Saya ke kamar dulu," pamit Aulia.

Abel masih mematung. 'aneh, padahal aku tak menemukan adanya sifat jahat pada Aulia, tapi kenapa cerita Ihfad terasa nyata dan itu benar-benar terjadi,' batin Abel berucap.

* * *
Keesokan harinya ...

Ceklek!
Abel membuka pintu kamar mandi, masih lengkap dengan handuk yang di lilitkan di tubuhnya ia celingak-celinguk mencari keberadaan Azzam.

Terdengar gemuruh suara kendaraan roda empat di bawah. Cepat-cepat ia menarik handuk milik Azzam untuk menutupi bagian tubuhnya, lalu ia berlari ke arah Balkon. Benar saja ternyata mobil Azzam sudah melaju pergi menuju Pondok.

"Yaaah? Kok Kak Azzam gak bilang kalo berangkat nya pagi-pagi. Padahal aku mau minta izin, semalam gak sempet karena aku ketiduran," gumam Abel yang masih berdiri menatap jalanan yang lengang.

Setelah memakai baju dan kerudung, ia pun mengambik hpnya lalu duduk di tepi ranjang.

Assalamualaikum Kak?

Kak? Aku mau minta izin, aku mau keluar rumah.

ada keperluan penting yang harus aku selesaikan, Kakak gak usah khawatir karena aku di temani teman perempuan aku.

Kakak izinin gak?

Tring ... tring ... tring  ... tring ...
4 notifikasi pesan WhatsApp masuk ke handphone Azzam.

Waalaikumsalam.
Iya sayang, Kakak izinin kamu pergi.
Hati-hati di jalannya yah?

Trining ...
Abel langsung membaca balasan pesan dari Azzam.

"Alhamdulillah, Kak Azzam izinin aku," gumam Abel sumringah.

Beneran Kakak izinin aku pergi?

Iya sayang, Kakak izinin kamu pergi😙

B

uru-buru Abel mengambil tas, lalu ia segera turun ke bawah setelah membaca pesan dari Azzam.Langkahnya tiba-tiba terhenti, tatkala ia melihat Aulia yang sedang mengepel di ruang tengah.

Abel berjinjit-jinjit melewati Aulia. "Abel mau kemana?" tanya Aulia menghentikan kegiatan mengepelnya sejenak.

"Aku ada keperluan, pamit yah? Assalamualikum?"

* * *

"Mau pesan apa?" Abel menoleh ke samping menatap lekat wajah sahabat yang menemaninya.

"Minum aja, sambil nunggu teman kamu datang," jawab Maira teman sekolah Abel.

Waktu yang tepat. Ihfad datang bersamaan dengan makanan yang telah Abel pesan, kebetulan Ihfad sedang pulang dari Pondok, jadi ia bisa  keluar kemanapun ia mau. begitu sampai mereka tidak langsung berbincang, Abel mengajak Ihfad dan pemuda yang pernah datang ke rumahnya untuk makan-makan terlebih dahulu.

"Jadi bagaimana kejadian sebenarnya?" tanya Abel di sela makannya.

Ihfad menarik nafas panjang, ia mulai menjelaskan tentang kejahatan yang Aulia lakukan. Maira dan pemuda yang di bawa Ihfad memilih duduk di meja lain, atas perintah Abel.

"Cukup!" Abel tak kuat untuk mendengarkan penuturan Ihfad, ia menangis membungkam mulutnya.

Maira datang menghampiri berdiri di sebelah kursi Abel. "Kenapa? Ada apa?" panik Maira.

Ihfad diam tak banyak bicara, ia memalingkan wajahnya yang merah padam menahan kekesalan.
"Kita pulang sekarang?" tanya Maira.

* * *

Bagitu sampai di rumah. Abel langsung masuk ke dalam, ia tersentak kaget melihat Azzam yang sedang berdiri tegak melipat tangan di dada, menatap tajam ke arahnya. Abel berusaha menelan salivnya kasar.

Di belakang Azzam tampak Aulia yang sedang menyapu sedikit melirik ke arahnya. "As--assalamualaikum?" lirih Abel nyaris tak bersuara.

"Waalaikumsalam!"

Azzam menarik tangan Abel menaiki tangga, dengan kasar ia mencengkram tangan Abel. 'Ada apa? Bukannya Kak Azzam mengizinkan aku pergi?' batin Abel ketakutan.
_________________________________

Zam, mata lo udah buta yah semenjak kehadiran Aulia. Lo gak sadar dengan perubahan mood Abel akhir-akhir ini?

Please lah, gue ngomong sebagai Zia bukan Author lo! Hargai perubahan hormon pada Abel.

Ustadz Gantengku (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang