38. SALAH FAHAM

9.7K 641 112
                                    


Warning⚠
Cerita ini hanya fiksi, mohon maaf jika tokoh Azzam dalam cerita ini agak menyimpang dari kehidupan nyatanya. Jadi mohon di maafkan jika sikap Azzam kasar pada Abel.

Degh!

"Kak Azzam ...," Abel menutup mulut. Ia tak habis pikir, mengapa Azzam bisa mengingkaru janjinya.

"Kamu pasti udah lakuin itu kan sama Ustadz Azzam, waaah selamat yah Abel kamu akan segera menjadi ibu." Dinda menyenggol lengan Abel, bisa-bisanya hal seperti ini di anggap candaan.

Berbeda reaksi dengan Abel, Dinda malahan senang ketika tau Abel hamil.

"Lakuin apa?" tanya Abel sambil menyeka air matanya.

"Yaaaa ittu ... ci-ciuman, pelukan---" Belum sempat Dinda jelaskan secara rinci Abel sudah berlari keluar Asrama.

Langkah Abel terhenti, mendapat banyak Santriyah yang rupanya sedari tadi nguping pembicaraan mereka berdua dari jendela Asrama.

"Abel? Kamu hamil?"

"Hamil?"

"Kamu hamil anak siapa?"

Rentetan pertanyaan masuk ke telinga Abel, membuat ia semakin panas. Karena tak nyaman, ia segera berlari menjauhi kerumunan semua orang.

* * *

Abel membantingkan tas selempang ke atas kasur. Azzam yang sedang memakai kemeja membelakangi Abel tersentak kaget.

Abel menangis dengan penuh penyesalan. "Kak Azzam jahat ... kak Azzam ingkar janji sama Abel!" histeris Abel.

"Kamu kenapa sayang? Ada apa?" Azzam menatap panik mata Abel.

Abel menepis tangan Azzam yang akan memeluknya. "Jangan sentuh Abel! Abel benci sama kakak! kakak udah ingkar janji!"

Jleb!

Hati Azzam bagai teriris tajamnya pisau, ia tak bisa berkata-kata ketika melihat Abel yang bersikap kasar padanya.

"Kamu kenapa? Jelasin sama kakak!" Azzam sedikit menaikan volume suaranya.

"Jangan sentuh Abel!" Abel mundur hingga beberapa langkah.

"Aku HAMIL! puas kak puas?!" teriak Abel.

Degh!

"Ha-hamil?" Tak hanya Abel tapi, nyatanya Azzam pun tak percaya ketika mendengar jawaban Abel barusan.

"Pergi kak! Abel mau sendiri! Pergi!"
Abel mendorong dada Azzam keluar kamar.

Azzam segera menarik tangan Abel, memeluknya kuat-kuat. Tangis Abel semakin pecah .

"Istigfar sayang, istigfar ...."

Elusan tangan Azzam di punggungnya membuat Abel sedikit lebih tenang dan mereda dari amarahnya.

Seketika keadaan menjadi hening, hanya terdengar isakan Abel yang menenggelamkan wajahnya di bahu Azzam.

Drttt .... drrttt .... drrttt ....

Getaran hp membuyarkan keheningan, Abel langsung melepaskan pelukannya ia berlari lalu tengkurap di atas kasur.

[ .... ]

"Waalaikumsalam."

[ .... ]

"Iya Kak, saya  jalan sekarang."

[ .... ]

"Iya kak, waalaikumsalam,"

Perlahan kaki Azzam melangkah menghampiri Abel yang tampak masih menangis. "sayang? Kakak ke Pondok dulu yah," Azzam mengusap lembut punggung Abel.

Tak ada jawaban dari Abel, Azzam pun keluar kamar ia segera berangkat ke Pondok.

* * *

Ia tak percaya begitu saja, pasti Abel sedang becanda, makannya Azzam tak begitu menganggap serius perkataan Abel.

Ia duduk di kursi, dalam pikirannya bimbang, antara percaya atau tidak, dirinya tak sedikitpun melihat aurat Abel, sedangkan Abel pula tak pernah melihat auratnya.

"Bagaimana bisa? Abel tiba-tiba hamil saja, dasar konyol,"  kekeh Azzam.

Ceklek ....

Orang yang di suruh Azzam untuk datang ke ruangannya pun tiba, dia adalah Tia, setiap seminggu sekali pasti harus ada laporan mengenai Santriyah.

"Kemarin banyak yang gak menghafal nadzom, alasannya tak masuk akal. Kamu, selaku Ro'is yang sehari-hari memgawasi mereka mungkin kamu juga tau kesehariannya. Apa mereka ada yang pecaran? Atau malas-malasan?" tanya Azzam menyelidiki.

Biasanya Tia langsung menjawab, menyerahkan kertas berisi rentetan nama Santriyah yang ketahuan pacaran.

"Ini yang pacaran Ustadz." Dengan gugup Tia menyodorkan selembar kertas ke hadapan Azzam.

Azzam membacanya dengan teliti, ia malah galfok pada nomor 6 yang tertulis nama Abel dan Ihfad di sana.

"Afwan Ustadz ... saya pernah lihat Abel dan Ihfad keluar dari kamar mandi berdua dalam keadaan sepi, karena saat itu para Santriyah sedang mengaji, suasana begitu sepi," tutur Tia.

"Yang benar?" Azzam meneliti.

"Iya Ustadz, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri," jawab Tia.

* * *

Azzam pulang lebih awal dari waktu biasanya, wajahnya tampak merah padam, membuka pintu pun seperti mendobraknya. Untung saja Abel sedang di dapur, jadi ia tak begitu mendengar suara keras yang di timbulkan benturan pintu.

Azzam berjalan dengan cepat ka arah sumber suara dentingan piring. Meski menyadari kedatangan Azzam tapi Abel tak sedikitpun menoleh atau menyapanya.

Sreett  ....
Azzam membalikan badan Abel dengan kasar. PLAK .... tamparan keras mendarat di pipi mulus Abel. PLAK .... untuk yang kedua kalinya tamparan mendarat di pipi kanan Abel.

Bagai di sambar petir di siang bolong, Abel sungguh tak menyangka jika Azzam akan berbuat sekasar ini padanya. Sambil memegangi pipi, Abel menangis histeris menatap Azzam dengan sendu.

Grek!
Azzam mencengkram keras tangan Abel.
Sementara Abel sudah sangat ketakutan.
"Anak siapa yang ada di rahim kamu?!" bentak Azzam.

"Termakan hasutan siapa amarah kakak sampai meluap-luap seperti ini?!" teriak Abel.

"Jawab!" Azzam mendorong tubuh mungil Abel dengan kasarnya.

"Kakak jahat! Anak yang Abel kandung ini anak kakak!" Akhirnya Abel kuat untuk menjawab pertanyaan Azzam. Dengan sekali bentakan ia mampu membuat Azzam membisu.

"Bohong! Apa yang kamu lakukan di kamar mandi bersama Ihfad? Apa?!" bentak Azzam.

Tangis Abel semakin pecah. "Beraninya kakak menuduh orang tak bersalah! Jika kakak tak mau tanggung jawab atas kehamilan ku?! Kenapa kakak nikahin aku! Hah?!"

"Anak yang ada di rahim kamu itu bukan darah daging aku!" Azzam menekan setiap perkataannya.

"Bisa-bisanya kakak tak mau bertanggung jawab atas kehamilan aku! Kakak benar-benar jahat!" isak Abel.

"Diam! Jangan berani meminta pertanggung jawaban kepadaku! Siapa yang menghamili kamu?! Minta pertanggung jawaban padanya! Camkan itu!"

Azzam menatap Abel dengan sirat penuh kebencian. Lalu ia meninggalkannya dalam keadaan menangis.

__________________________________

Coment jangan lupa ...

Ustadz Gantengku (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang