36. TELANJANG DADA

10.6K 725 49
                                    


***
Dari Dzuhur hingga isya, Abel berada di Pondok, sekarang ia waktunya untuk pulang menemani Azzam tidur. Baru saja ia keluar dari Asrama, sudah terdengar gemuruh suara gugur di tengah gelapnya malam.

Bulukuduk Abel tiba-tiba berdiri tegak, rasa merinding menggerayangi tubuhnya, ia mengusap kasar tengkuk nya mencoba untuk memberanikan diri.

Abel sengaja berjalan melewati ruangan Azzam sekaligus untuk mengecek apakah Azzam sudah pulang atau tidak.
Ternyata, Azzam belum pulang ia masih duduk di kursi mejanya membuka-buka buku.

Abel menyertikan alisnya, ia celingak-celinguk memastikan tidak ada yang melihatnya. Bruk .... Azzam menoleh dengan cepat ke arah pintu.

"Sayang?" kaget Azzam.

"Kak? Maaf Abel lancang masuk ke ruangan kakak," ucap Abel dengan suara pelan kakinya perlahan mendekati Azzam.

"Duduk! Duduk!" Azzam menarik kursi di sampingnya memersilahkan Abel duduk.

"Kamu capek? Mau bobo? Mau pulang yah?" tanya Azzam bertele-tele, tangannya terulur mengelus dahi Abel, merangkul, dan memeluknya.

"Aku, tadinya mau lari ke mobil, tapi aku takut sendirian," Abel memgerucutkan bibirnya, tangan Abel memegang tangan Azzam yang melingkar di lehernya.

"Kamu kok berani masuk ruangan kakak?"

"Kan aku takut, makannya aku samperin kakak," manja Abel.

"Yaudah, kamu tunggu bentar yah kakak selesaiin dulu pekerjaannya sedikit lagi," tutur Azzam. Abel mengangguk paham.

10 menit kemudian ....

Azzam tak kunjung selesai, sementara Abel terus mengacak-ngacak ruangan Azzam, ia mengelilingi seluruh ruangan, semua benda sudah di jamah tangannya.

Setelah puas. Abel kembali duduk, terpampang jelas wajahnya yang sudah kusut karena ngantuk. Ia menyenderkan kepalanya ke bahu Azzam yang masih setia dengan buku dan kitabnya.

"Ngantuk yah?" tanya Azzam. Tangannya terulur untuk mengelus kepala Abel.

"Di luar hujan kak," lirih Abel sambil mengusap-usap tangan Azzam.

"Gimana kalo kita tidur di sini," usul Azzam.

"Gak mau," tolak Abek setengah merengek.

"Kenapa?"

"Pokoknya gak mau,"

"Yaudah iya," pasrah Azzam.

5 menit kemudian ....

"Udah selesai?"

"Alhamdulillah beres dek,"

"Cepet ayo pulang!"

"Di luar masih hujan, gak mau nunggu reda dulu?"

"Lama kak, aku ngantuk,"

'Kasian juga Abel, dia butuh istirahat,' batin Azzam.

Mereka berjalan keluar ruangan, hujan masih turun dengan derasnya, tampak Azzam yang sedang membuka jasnya, lalu menutupi kepala Abel dan dirinya agar tak terkena hujan.

"Pelan-pelan jalannya yah, nanti jatoh," pesan Azzam kepada Abel. Ia hanya mengangguk paham.

Mereka berlari menuju mobil di luar gerbang, Azzam membukakan pintu untuk Abel, di susul dirinya.

***
Mereka sudah sampai di rumah, tepatnya kini sudah sampai di kamar, Abel sudah mengganti sarung dan bajunya yang basah, ia langsung naik ke atas kasur.

"Kakak kenapa gak pake baju?!" protes Abel ketika mendapati suaminya bertelanjang dada. Abel tetap mendekat ia berbaring di samping suaminya yang hanya memakai sarung.

"Gerah dek," jawab Azzam sambil membenarkan posisinya menghadap Azzam.

"Kok gerah? Aku dingin loh,"

"Gak tau," singkat Azzam.

Abel menjadi bingung, malam ini ia harus memeluk nya atau tidak, karena ia merasa geli ketika melihat Azzam tak memakai baju.

Daripada bingung, Abel lebih memilih tidur terlentang menatap langit-langit, sementara tangan Azzam melingkar di perutnya.

"Kak Azzam, pake baju gih!"

"Kenapa?"

"Abel geli liatnya," gidig Abel.

Muncul ide jail di otak Azzam, ia sengaja membalikan tubuh Abel menghadapnya, lalu memeluknya dengan erat.

"Ih, kak Azzam jangan," ronta Abel.

"Kenapa? Kamu gak suka dada lagi?"

"Bukan gitu tap -----"

"Yaudah mulai sekarang jangan peluk dada lagi," Azzam berbalik membelakangi Abel.

"Ih, kak bukan gitu, maafin Abel," rengeknya.
Abel berusaha membalikan tubuh Azzam, tapi nihil hasilnya.

"Kak Azzam jangan belakangin Abel," ia terus berusaha menggoyangkan tubuh Azzam.

Tiba-tiba lampu berhenti menyala, ruangan menjadi gelap gulita, hanya ada cahaya kilat dari balik jendela yang tertutup geraian gorden.

"Tenang sayang, kakak nyalain hp," ucap Azzam sambil memeluk Abel dengan erat.

"Kak Azzam ...." lirih Abel.

"Sebentar sayang, mana yah tadi hp kakak?"

"Itu di nakas," suara Abel tampak ketakutan.

Sekarang kamar menjadi sedikit terang berkat dari cahaya hp, yang Azzam nyalakan.
Setelah mendapat pencahayaan, Abel dan Azzam kembali tidur.

Perlahan Abel menghadap Azzam, mau tak mau di situasi seperti ini ia harus memeluk dada Azzam yang tak menggunakan baju.

"Dek, ambilin kaos kakak gih di sofa!"

Abel turun dari ranjang, ia berlari ke sofa yang ada di sudut kamar, "ini kak, cepet pake!"
Azzam segera memakainya, karena ia tak tega juga melihat Abel yang canggung.

"Sini peluk!" Azzam merentangkan tangannya, Abel tersenyum lalu ia meletakan kepalanya di tangan Azzam.
_________________________________
Next or stop?

Tembus 20 komentar! Janji next besok✌

Ustadz Gantengku (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang