* * *
Baru saja mereka duduk di sofa, tiba-tiba handphone Azzam berdering, tertera nama 'Ustadz Fadil' di layar handphone.
"Kak Azzam ada telpon!" ucap Abel
setengah berteriak, Azzam menghampiri nya dengan segelas air di tangannya.
Ia meletakan gelas berisi air putih itu di meja, lalu pergi ke ruang tamu untuk mengangkat telponnya.Beberapa menit menunggu Azzam, akhirnya Azzam pun kembali. Mengabarkan bahwa ia akan pergi ke Banten bersama Abi dan Ustadz Padil.
Abel menghela nafas dalam-dalam."Ia, gak papa nanti Abel bisa tidur di temenin sama Umi." Terasa begitu berat untuk melepas Azzam keluar kota, apalagi dengan jarak yang jauh.
Baru seminggu setelah kecelakaan itu, Azzam sudah kembali di tugaskan keluar kota. Melihat raut wajah Abel yang seketika menjadi murung, Azzam segera memeluknya.
"Berapa lama di sana?"
"Mungkin lima hari," jawab Azzam sedikit manja ia menenggelamkan wajahnya di leher Abel.
"Gak papa deh, anggap aja ini ngabuburit."
"Hem?" Azzam menolog tak mengerti.
"Kakak 'kan lagi puasa bikin dede bayi, karena aku sedang haid. Setelah Kakak pulang dari Banten nanti Kakak bisa langsung buka, karena mungkin aku sudah suci setelah Kakak pulang." tutur Abel.
Azzam tersenyum setelah mendengar penuturan Abel yang mampu membangkitkan semangatnya.
"Sayang." Cupp .... kecupan hangat mendarat di bibir mungil Abel.
"Lanjut di kamar yuk! Gak enak di sini di liat Aulia," cengir Azzam.
"Dasar mesum," ledek Abel.
Mereka pun pergi ke kamar, katanya sih ingin melanjutkan, tapi entah itu melanjutkan apa. Author gak tau.
* * *
Besok paginya, Azzam sudah bersiap untuk berangkat ke Banten, ia dan Abi nya sudah masuk ke dalam mobil. "Daaah ...." Azzam melambaikan tangannya dari dalam mobil.
"Daaah, semoga selamat sampai tujuan," sahut Abel.
Mobil Azzam pun melaju, rumah terasa sepi, dan hening. Di jam yang mendekati waktu dzuhur biasanya Aulia sedang tidur. Abel sama sekali tidak ada teman untuk bicara. Ia berjalan lunglai menaiki tangga, sang penyemangat telah pergi meninggalkannya untuk beberapa hari terakhir.
Bruk!
Ia membantingkan tubuhnya di atas king size yang empuk, menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong.* * *
1hari setelah di tinggalkan Azzam, hari-hari Abel terasa hampa, terasa sungkan untuk di jalani, setiap malam nya ia selalu di temani Umi, terkadang ia yang sengaja tidur di kamar Umi.
Pada hari itu, pekerjaan rumah sudah beres. sudah selesai sarapan, Abel pun pergi ke kamarnya. Tak lupa ia pamit pada Aulia. Abel memutar sholawat berjudul Albi Nadak.
Merasa jenuh terus berdiam diri di kamar, ia pun memilih untuk duduk di Balkon kamarnya, menikmati udara pagi yang segar, di temani cahaya matahari yang menghangatkan.
Tiba-tiba ia mendengar orang berteriak 'PAKET!'
Ia berpikir sejenak sambil mengamati orang berjaket hitam, celana jeans hitam, dan topi dengan tangan yang memegang sebuah kardus berukuran sedang itu.
"Perasaan aku gak delivery, kok ada yang antar paket?" gumam Abel.
Tak lama kemudian, Aulia datang tergopoh membuka pagar besar rumahnya, terlihat ia sedikit mengomeli sang kurir pengantar paket. Entah apa masalahnya. Setelah sang kurir pergi. Aulia bertingkah aneh, seperti sedang ada yang di sembunyikan, ia mengendap masuk ke dalam.
Ketika Aulia mendongakan kepalanya menatap ke arah Balkon dengan sigap Abel berlari ke dalam kamar, ia bersembunyi di balik pintu kaca sekaligus jendela kamarnya.
"Aneh? Kenapa dia sembunyi-sembunyi?" gumam Abel.
* * *
Sore hari ..."Kak Lia tumben kok gak masak sore ini?" gumam Abel sambil menuruni tangga menuju dapur.
"Kak Lia!" panggil Abel.
"Iyah," sahut Aulia dari kamarnya.
Abel berdiri di ambang pintu kamar Aulia."Kak? Tumben Kakak gak masak sore ini biasanya kan rikat banget," canda Abel.
"Euuu --- bahan makanan di kulkas udah abis," alasan Aulia.
"Abis? Perasaan kemarin-kemarin baru belanja." Abel sedikit kaget mendengar nya.
"Bentar aku cek dulu." Abel melongos pergi ke dapur.
Ia membuka kuklas, terlihat masih ada bayam, wortel, kol, brokoli, kangkung, dan semacamnya.
"Segini di bilang habis? Ini kulkas rumahan, bukan kulkas Restoran yang selalu penuh." Abel memutar bola matanya malas.
"Mungkin dia malas masak karena gak ada Kak Azzam, dasar caper!" gumam Abel.
Ia pun membawa bahan masakan itu ke meja dapur, lalu segera memasak nya karena cacing dalam perutnya berdemo.
____________________________________Selamat malam, Abel dan Azzam menyapa. Udah pada tidur belum?
Terus, udah pada baca cerita baruku gak?
IG|| @Zia_Ashadiya08
Follow yah🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadz Gantengku (TERBIT)
Fiksi RemajaOpen Pre-Order Novel Ustadz Gantengku 🌼(20-27 September 2021) Di Shopee: @DovelineStore Di Instagram: @Zia_ashadiya08 Di Instagram: @Dovelinepublisher Narahubung: 081290420711 "Satu pilihan yang menentukan masa depanmu, satu pilihan yang mencermink...