***
Malam hari ...
Sunyi, dan sepi, itulah yang terasa di kamar Azzam, ia melirik ke tempat dimana biasanya Abel tertidur, lalu tersenyum tipis menyembunyikan kesedihannya.Malam ini Dinda harus berusaha bujuk Abel, agar ia pulang.
"Abel, kamu harus pulang sekarang, Gak baik kamu diemin suami selama ini! Kamu itu udah ngaji kitab Adabul Mar'ah, kamu tidak seharusnya bersikap seperti ini kepada Ustadz Azzam, dia kesepian."
"Kak? Jangan paksa aku lagi, sekali aku gak mau ya gak mau, kenapa sih kakak mau aja di suruh sama Ustadz Azzam, kenapa hah? Katanya gak mau ikut campur urusan orang, tapi kakak terus ganggu aku, capek tau gak dengernya!?" Abel benar-benar emosi.
"Walaupun Ustadz Azzam itu sudah menjadi saudara kakak, tapi kakak gak pernah bersikap akrab atau apa itu, kakak tetap bersikap khidmat seperti biasanya, karena bagaimana pun itu Ustadz Azzam tetap guru kakak."
"Ck," decak Abel kesal.
"Kamu tau? Semalam kamu sedang tidur terus merintih-rintih memanggil nama Ustadz Azzam." Dinda menatapnya sengit.
"Untung aja kamu tidur sama kakak, kalo sama yang lain bisa heboh malam itu, karena kamu cium dada kakak, terus panggil-panggil Ustadz Azzam lagi," tutur Dinda.
"Apa?! Aku cium dada kakak?"
"Iya lah," ketus Dinda.
Abel terdiam.
***
Hari ini hari Rabu.
5 hari sudah Abel menginap di Pondok, sepertinya kali ini Azzam benar-benar merindukan Abel. Karena tak sedikit pun Abel menampakan diri di hadapan Azzam setelah kejadian itu.Hari yang cerah, matahari bersinar terang, pohon-pohon dan semilir angin yang indah, Azzam akan melakukan hal yang nekat untuk menjemput Abel.
kali ini Azzam sudah tak mampu membendung rasa rindunya, sehingga hal yang di larang Abel, di langgarnya, contohnya: memasuki Asrama hanya untuk bertemu dirinya.
Pagi, sekitar jam 09.01 Azzam berjalan menyusuri lorong panjang menuju Asrama, terlihat di depan Asrama banyak Santriyah yang sedang melakukan kegiatan piket tapi tak terlihat tanda-tanda Abel ada di sana.
Azzam berdiri di belakang Raisa yang tengah sibuk menyapu, "ekhem ..." dehem Azzam.
"Ustadz?" Kaget Raisa.
Kegiatan para Santriyah tiba-tiba terhenti, manyalami tangan Azzam sudah pasti itu penyebab nya."Katanya ada yang sakit, sampai 5 hari ini gak ngaji?" Tanya Azzam berpura-pura tidak tahu.
"I--iya Ustadz, Abel ada di dalam, silahkan masuk." karena gugup ia keceplosan menyebut nama Abel.
Azzam pun masuk ke Asrama, terlihat Abel yang sedang debat dengan Dinda karena masalah 'memakan bubur'.
"Abelia, di makan gak buburnya! Kamu keras kepala banget jadi orang, buburnya udah dingin tuh," kesal Dinda, beberapa kali ia menyodor-nyorokan nya ke hadapan Abel tapi sebaliknya dengan Abel.
"Aku gak mau makan bubur kak Dinda yang comel, yang cantik, yang imut." Abel memutar bola matanya.
"Udah deh gak usah muji-muji, makan tuh bubur, kalo belum di makan ya bodo amat. Sakit sakit!" Dinda nampaknya sudah habis kesabaran.
"Ekhem ..." Azzam berdehem, rupanya ia menyaksikan percek-cokan mereka dari tadi.
"USTADZ ?!" serentak mereka berucap.
Azzam duduk di hadapan Abel, "kenapa gak di makan bubur nya?" Tanya Azzam di iringi senyuman.
Mau marah gak bisa, mau nolak gak bisa, Abel pasrah dalam keadaan ini, karena para santriyah masih memandangi mereka di luar jendela, di dalam hanya ada Raisa dan Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadz Gantengku (TERBIT)
Teen FictionOpen Pre-Order Novel Ustadz Gantengku 🌼(20-27 September 2021) Di Shopee: @DovelineStore Di Instagram: @Zia_ashadiya08 Di Instagram: @Dovelinepublisher Narahubung: 081290420711 "Satu pilihan yang menentukan masa depanmu, satu pilihan yang mencermink...