27

371 41 8
                                    

"Udah dong,katanya ngga bakal nangis" jimin berdiri dengan mengusap kepala dahyun yg menangis dipelukan minyoung.

Kedua orang tua jimin dan dahyun tengah berada di bandara mengantar kepergian jimin yg hendak menuju melbourne itu.

Dari setengah jam lalu dahyun terus menangisi jimin yg hendak pergi itu. Ia bahkan tak mau menatap dan dipeluk jimin.

"Jimin pergi juga mau kuliah dub, jangan ginih ahh" ucap minyoung mengingatkan

Ia kesal karna anaknya itu tak bisa diberi nasihat. Bahkan seojoon sudah angkat tangan menenangkan anaknya yg menangis itu.

"Udah ya, nanti jimin cepet balik ko sayang.." ucap booyoung membuka suara. Ia merasa iba melihat dahyun yg sesenggukan.

"Liat gue," jimin menepuk punggung dahyun yg membelakanginya,namun gadis itu menggelengkan kepalanya menolak.

"Sayang,ngga boleh ginih" ucapnya

Melihat tak ada tanda2 dahyun menghentikan tangisnya,jimin memberi kode pada minyoung untuk melepas pelukannya pada tubuh dahyun. Minyoung menganggukan kepalanya mengerti.

Dengan segera jimin menarik paksa tubuh gadisnya itu dan memeluk paksa juga. Dahyun hanya diam tak berani berontak.

"Hey,dengerin gue,"

Jimin menungkup wajah putih yg sembab itu dengan kedua tangan besarnya. Membuat dahyun mau tidak mau menatap wajah jimin dengan mendongak.

"Siapa yg suruh nangis gnih?" Ucap jimin datar membuat dahyun menggelengkan kepalanya cepat.

"Liat! Ngga ada yg nangis kecuali lo"

Dahyun melengkungkan bibir nya ke bawah hendak menangis kembali,namun melihat tatapan datar jimin yg seperti laser itu membuatnya menahan tangis. Takut ditanya...

"Gue pergi cuman bentar. Gue pasti balik,ngga usah nangis. Kalo lo nangis gnih gue ngga bisa pergi dub," jelas jimin mengusap wajah basah dahyun.

"Satu tahun itu bentar,oke? Gue bakal sering hubungin lo. Ngga usah takut,ngga usah nangis lagi"

Dahyun menahan tangisnya dengan memeluk jimin erat. Sungguh ia tak ingin berjauhan dengan kekasihnya itu.

"10 menit lagi jim" ucap hyungsik membuat dahyun kembali menangis mendengarnya. Ia bahkan mengeratkan pelukan nya pada jimin tak mau lepas.

"Lepas dulu,"

"Ng-ngak Maw--" isak dahyun

"Yaudah gue ngga jadi pergi" ucapnya santai membuat dahyun seketika melepaskan pelukannya dan menatapnya.

"Ja-jangann"

Sungguh,meskipun ia sedih tapi ia tak mau menahan kepergian jimin. Ia akan mencoba ikhlas melepaskan kekasihnya itu menggapai cita citanya.

"Yaudah, jangan nangis. Masa mau pisahan nangis...seneng dong," kekeh jimin melihat dahyun terus mengusap pipinya yg basah.

"Nah,gtuh. Coba senyum?"

Dahyun menarik sudut bibirnya terpaksa menuruti ucapan jimin,namun bukannya senyum yg terbit ia kembali merasakan air matanya menetes membuat jimin tertawa dan memeluknya.

"Udah ....udah...."

"Gue pergi dulu,tunggu gue pulang ya? Jangan jadi cewek nakal,jangan nganjen lagi. Gue tau apa yg lo lakuin disinih, jadi jangan macem macem," peringatan jimin memebuat dahyun mengangguk

"Mau ngomong nggak?" Pasalnya dahyun terus diam dan menangis tanpa mengucapkan kata apapun padanya.

''Apa? Hem?" Tanya jimin melihat dahyun mengangguk.

DAHMIN:*possesive boyfriend*:Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang