1. Manager

140 21 3
                                    

"Ah! Fujimoto-san, bisa tolong ikut sensei sebentar?" Ucap Bu Sena, Wali kelas tempat (Name) berada.

(Name) bertemu Bu Sena setelah ia selesai pergi ke kamar mandi dan melihat gurunya itu pun juga keluar dari kamar mandi di saat yang bersamaan. Pas sekali saat melihat (Name), Bu Sena memikirkan hal yang perlu didiskusikan dengan anak didiknya yang satu ini.

(Name) pun hanya mengangguk mengerti sebagai jawaban membuat Bu Sena hanya bisa tersenyum maklum melihat tingkah (Name) yang terlihat diam dan acuh tak acuh terhadap sekitarnya.

.



.





.

"Ini, formulir ekstrakurikulermu. Sudah seminggu kamu berada di sini kan? Sepertinya kamu tidak mau mengambil formulirmu ini. Apa kamu masih bingung mau ikut ekskul yang mana atau masih belum terbiasa dengan lingkunganmu?" tanya Bu Sena dengan penuh perhatian menatap (Name).

(Name) hanya bisa mengangguk kaku dan tersenyum canggung.

" Ne, sensei. Maafkan aku,"

"Tidak apa-apa, Fujimoto-san. Tapi bagaimana dengan suasana sekolahmu? Jika ada masalah, tolong beritahu sensei ya! Mengerti? Kau juga harus ikut ekskul. Karna itu wajib. Ingat? W. A. J. I. B," ucap Bu Sena penuh pengertian dan semangat. Berusaha agar setidaknya (Name) terlihat lebih semangat dalam menjalani masa-masa sekolahnya.

Melihat kebaikan dan ketulusan yang (Name) terima dari Bu Sena membuat (Name) merasa terbebani. Dirinya, baru kali ini merasa begitu diperhatikan oleh gurunya. Berbeda sekali dengan sekolahnya dulu... Ah. Sudahlah. Tak terlalu baik untuk dirinya mengingat masa lalu yang ingin dikuburnya dalam-dalam.

Meski begitu, (Name) masih belum bisa menerima dan mempercayai kebaikan dari Bu Sena yang membuatnya sedikit merasa bersalah. Mau bagaimanapun juga, hati (Name) masih perlu waktu dan masih waspada dengan orang-orang yang baru dikenalnya dan orang sekitarnya.

"Alhamdulillah. Baik, sensei. Terima kasih atas waktu dan Pengertiannya," ucap (Name) kali ini dengan menampilkan senyum tulusnya yang baru pertama kali dilihat oleh Bu Sena membuat wanita berumur 30-an itu terdiam sebentar. Kemudian, setelahnya Bu Sena tersenyum senang.

" Begitulah? Syukurlah kalau begitu. Oh iya, Fujimoto-san. Alhamdulillah itu artinya apa?"

Mendengar pertanyaan dari Bu Sena membuat (Name) sedikit terkejut. Sepertinya gadis itu kelepasan dan berbicara lancar tadi. Yah. Itu bukanlah hal buruk dan bukan sesuatu yang perlu ditutupi karna malu atau apa. Jadi, (Name) pun menjawab dengan ceria.

"Itu bisa diartikan sebagai ungkapan syukur kita kepada Allah. Itu berasal dari agama yang ku anut. Sensei," kata (Name) dengan malu-malu.

"Hooh.. Begitu ya. Terima kasih. Yasudah, kalau begitu kamu bisa kembali ke kelasmu. Atau kau ingin pergi ke kantin? Maaf, apa sensei menahanmu terlalu lama?"

Mendengar rentetan pertanyaan dari Bu Sena membuatmu tersenyum kecil.

"Tidak apa-apa, sensei. Saya mau kembali ke kelas kok. Saya tadi sempat bingung Harus melakukan apa setelah beres dari kamar mandi tadi. Hehehe,"

Bu Sena pun mengangguk mengerti kemudian tersenyum. "Baiklah kalau begitu. Jangan lupa di isi ya formulir ekskul mu!"

"Insya Allah. Baik, sensei. Kalau begitu saya permisi dulu,"
.




.




.

"Hei Kuroo! Bisa tolong ke sini sebentar?" Ucap Miiko, salah satu Manager Klub Voli laki-laki Nekoma kelas 2 yang seangkatan dengan Kuroo.

What Would You Do? (Kuroo Tetsurou X Reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang