Di pagi hari yang cerah, kamu sudah bersiap-siap dengan seragam olahraga sekolahmu sambil menuruni anak tangga lantai dua rumahmu. Di tengah perjalanan menuju meja makan, tampak Reikan Ali Fujimoto- Adikmu yang terpaut tiga tahun. Rei panggilan akrabnya.
"Kakak latihan lagi ya hari ini?" tanya Rei yang sebelumnya menutup mulut tatkala harus menguap sambil mengusap perut.
Kamu tersenyum dan mengangguk pelan menatap adik kesayanganmu itu.
"Kaa-san lagi pergi ke Konbini bersama Tou-san untuk membeli keperluan dapur dan kulkas. Kakak mau kubuatkan roti sandwich tidak apa-apa? Atau mau kupanaskan sisa makanan semalam?" tanya Rei sambil berjalan menuju wastafel kemudian mencuci wajah dan mencuci kedua tangannya hingga bersih dan wangi. Memang, biasanya Rei yang selalu membuat makanan ketika tidak ada orang tua mereka di rumah. Kamu jarang sekali memasak dan Rei tidak masalah dengan itu karena Rei sangat suka memasak. Jadi, sering sekali kamu menjadi juri dadakan jika Rei membuat menu baru yang diterima dirimu dengan senang hati. Tapi, bukan berarti masakan buatanmu tidak enak, hanya saja masakannya masih jauh atau *uhuk* kalah *uhuk* dibandingkan buatan Rei. Kamu sendiri terkadang iri dengan kemampuan Rei yang jarang sekali gagal dipercobaan pertama ketika membuat masakan membuat hatimu menangis.
"... Ka.. Kakak!"
"A-ah? Ya-ya? Ada apa, Rei?" tanyamu gelagapan membuat Rei hanya bisa menghela napas dan menggeleng pelan kepalanya melihat Kakak perempuan yang disayanginya itu selalu melamun.
" Haah..., Ini. Sandwichnya dimakan dulu. Kakak dari tadi kebanyakan melamunnya," gerutu Rei pelan membuatmu terkekeh kecil.
"A-ah iya,"
Keduanya kini tengah duduk berhadapan di meja makan dengan kamu yang tengah memakan sandwich dan Rei yang memakan masakan semalam yang sudah dipanaskan. Untuk beberapa saat, keadaan hening hingga Rei akhirnya melontarkan pertanyaan yang mengganggunya sejak tadi.
"Kakak... Latihan- ah maksudku, ekskul kakak, gimana? Kakak bisa?"
Kamu yang tengah menikmati sandwich buatan Rei dengan sepenuh hati berhenti sementara untuk menyuapi dirimu lagi dan menelan sisa kunyahan di mulutmu sebelum menjawab pertanyaan Rei.
"Alhamdulillah. Iya, Itu seru! Dan sangat menyenangkan.. Walau capek juga sih," Ucapmu jujur membuat Rei menghembus napas lega.
"Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu. Tapi kalau kakak capek. Ga usah terlalu memaksakan diri. Ingat. Kakak sendiri juga tubuhnya lemah," Ucap Rei serius membuatmu hanya bisa mengangguk dan tersenyum pahit.
Yah... Memang yang dikatakan Rei benar dan kamu tidak bisa membantah hal itu. Walau kamu menganggap dirimu kuat, tapi tidak dengan fisikmu yang tidak bisa mengikuti kemauan hatimu.
"Tapi kak... Laki-lakinya. Laki-lakinya gimana?" kali Ini, Rei bertanya dengan nada lebih serius dengan aura yang tidak mengenakan membuatmu sweatdrop dan tidak nyaman.
"Mereka baik kok,"
"Beneran?? Ada menggoda kakak? Atau catcalling? Kalau kakak ga bisa melawannya biar aku saja yang ke sa- tidak. Hm.. Aku tidak mungkin bisa langsung segera ke sana. Ah! Iya kakak bisa menelepon polisi atau memanggil guru- ah! Tidak, tunggu! Memangnya guru di sana mau membantu?! Hm-"
"Daijobu yo Rei-kun. Mereka baik-baik kok. Kalau ada yang menggoda langsung di tegur (hajar) senpai-senpai! Tahu sendiri kan? Kakak mana mungkin ke tempat yang banyak laki-lakinya jika tidak ada keamanan yang pasti dan perempuan!" Ucapmu memotong celotehan dan kekhawatiran Rei.
Rei yang Mendengarnya hanya bisa menghela napas.
" Hahh..., tapi jujur saja kak. Kalau ada apa-apa telpon aku atau Kaa-san dan Otou-san. Janji! " tunjuk Rei dengan sendoknya ke arah wajahmu membuatmu refleks memundurkan kepala kebelakang dan mengangguk patuh. Rei yang melihatnya pun tersenyum. Setidaknya, sebagian dari hatinya merasa lega melihat respon darimu.
Rei- Adikmu itu begitu khawatir denganmu dan diam-diam tanpa kamu sadari dirinya semakin protektif sejak kejadian yang menimpamu di Indonesia. Sebelum akhirnya memutuskan diri dan keluarga pindah ke Jepang. Jujur saja, tidak hanya Rei yang menjadi protektif, akan tetapi Kedua orang tuamu juga. Apalagi ayahmu yang tidak terima dan marah atas apa yang menimpamu sedangkan ibumu menangis sedih dan memelukmu dengan erat serta mengusap kepalamu dengan lembut sambil mengatakan maaf dan menyesal apa yang terjadi padamu.
Pengalaman pahit dan menjadi trauma tersendiri bagimu saat menjadi remaja SMP di sekolahmu dulu, menjadikan kamu anak yang tidak banyak bicara, pendiam, dan mengurung diri. Rei dan kedua orang tuamu hanya bisa khawatir, berdoa, dan memberikanmu berbagai fasilitas untuk membantumu memulihkan diri. Saat itu, kamu ingin dibawa ke psikolog bahkan ada rencana ke psikiater akan tetapi kamu memutuskan untuk tidak pergi dan merasa bahwa kamu cukup di rumah dan memulihkan dirimu dengan caramu yang tentunya tidak menyimpang.
Sebenarnya, kamu masuk ke sekolah seperti anak-anak lainnya yang di tahun pertama. Akan tetapi, karena kamu membutuhkan pemulihan diri akibat rasa depresi dan perasaan lainnya yang membuat kehadiranmu tertunda hingga baru-baru ini kamu bisa hadir ke sekolah. Kepala sekolah dan beberapa guru termasuk Bu Sena- wali kelasmu tahu mengenai kondisimu dan mengharapkan semoga kamu bisa pulih dan tidak terkendala dalam menerima pelajaran dan menikmati masa mudamu.
Chapter 3.1- Curios
Halo! Apa kabar? Semoga kamu dalam keadaan sehat dan baik! Omong-omong seperti judul Part cerita ini akan memuat beberapa chapter. Sebenarnya awal Part ini sih interaksi antara Kuroo dan Bokuto ^^ tapi oh Well... Mungkin Insya Allah di beberapa chapter ke depan baru ada interaksi mereka? Who knows 😂
Thankyou yang sudah datang membaca, memberikan vote dan comment. Kehadiran kalian sangat berarti untuk ceritaku ini. (ya karena cerita dibuat untuk dibaca kalo ga ad yg baca ya gimana ya #slap #pundung).
Ahh ku harap kalian stay positive! Stay healthy! Stay strong! Pokoknya apapun itu, ku harap kalian mendapat yang terbaik! Jika ada kesedihan atau mengalami hal buruk ku harap kalian bisa bertahan dan bersabar! Ku harap setelahnya akan ada hal yang baik yang datang😊💜 Tuhan tidak akan meninggalkan hamba-Nya jika mereka mengingat-Nya, memohon pada-Nya, dan berpikir yang baik-baik tentang diri-Nya.
Karena, pasti, di setiap kesulitan pasti ada kemudahan.
PLEASE KEEP STRONG, HEALTHY, POSITIVE, GANBATTE!!! 💪💜💕
Jika kamu merasa dirimu sendiri dan tidak adil atas apa yang terjadi padamu ingat saja, itu tanda Tuhan mencintaimu karena Dia ingin lebih dekat padamu dan ingin kamu mengingat lebih banyak diri-Nya. (ini juga berlaku untukku sih. Friendly reminder lah ya) ^^.
Last but not least maaf jika ada typo, penulisan, atau kata ataupun informasi yang salah. Jika ada, tolong beri tahu yaa biar aku bisa merevisinya ^^.
Thankyou.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Would You Do? (Kuroo Tetsurou X Reader)
Fanfic"Today or ten years later What Would You do?," "Kenapa kau menanyakan hal itu?," "Jawab saja," "Haah... Baiklah. . . Aku? Aku bahkan tidak tahu apakah setelah berbicara denganmu aku masih hidup atau-" "Hei... Kenapa bicaramu menyeramkan seper...