What Would You Do? (Kuroo Tetsurou X Reader)

4. Adapted

"(Name)-chan! Gimana dengan aktivitas klub mu?" Ucap Himawari ceria setelah membuka bekal makanan miliknya.

Siang itu, sehabis Himawari dan Hayasaka menunggu (Name) yang melaksanakan ibadah sholat-nya di ruang kosong kelas yang terkadang di pakai oleh murid-murid untuk beristirahat ataupun bekerja kelompok bersama, mereka memutuskan untuk duduk dan menghabiskan waktu di taman belakang sekolah yang indah dan asri.

(Name), Hayasaka dan Himawari duduk di kursi panjang yang tersedia di sana sambil membawa bekal dan makanan masing-masing yang di beli di kantin dan vending machine sebelumnya.

Omong-omong di SMA Nekoma, mereka mempunyai banyak ruang kosong di gedung yang menjadi fasilitas untuk murid-murid seperti bekerja kelompok bersama, diskusi bersama, tempat istirahat dan terkadang menjadi ruang rapat untuk aktivitas klub. Yang pasti, murid-murid yang memakainya harus bertanggung jawab akan kebersihan dan kerapihan serta peralatan yang berada di sana.

"Ya. Itu baik. Tapi aku masih harus berjuang untuk bisa beradaptasi dan lebih giat lagi dalam memahami olahraga voli. Para senpai dan anggota lainnya semangat sekali ketika mereka bertemu dengan bola. Apalagi Miiko-senpai dan Yuuma-senpai serta Nekomata-sensei, Naoi-san dan yang lainnya baik padaku dan memaklumi aku yang masih ceroboh dan agak lamban. Aku jadi malu dan merasa tidak enak. Tapi alhamdulillah, sedikit demi sedikit sudah mulai terbiasa karena dibantu dan diajari oleh Miiko-senpai dan Yuuma-senpai," mendengar jawaban (Name) yang pada awalnya tidak terlihat antusias dan kini malah semangat untuk berbicara membuat Himawari dan Hayasaka tersenyum senang.

Melihat betapa imut dan polosnya (Name) dan pronounce Jepangnya yang terkadang hampir menggigit lidah membuat mereka gembira. (Name) mereka sudah mulai membuka diri walau tak mereka sangka akan secepat ini. Mereka juga terkejut ternyata (Name) orang yang banyak berbicara. Bukan mereka komplain, tapi mereka kira (Name) orang yang sangat tertutup dan irit berbicara (yah walau ini memang benar karena terkadang (Name) lebih banyak mendengar).

Himawari dan Hayasaka senang karena mereka jadi tahu lebih lagi mengenai sahabat baru mereka ini.

"Begitukah? Aku senang Mendengarnya jika (Name)-chan senang dan berjuang," balas Himawari ceria setelah selesai mengunyah isi bento miliknya.

"Ya. Tapi, jika (Name) merasa kesulitan feel free untuk membahasnya ataupun meminta bantuan pada kami. Kami siap membantumu," Ucap Hayasaka dengan senyum khas miliknya sambil mengusap pelan punggung (Name).

(Name) yang mendengarnya pun termenung sebentar dan setelahnya tersenyum senang. Bersyukur dan berterima kasih karena bisa mendapat teman sebaik dan setulus Himawari dan Hayasaka.

"Te-terimakasih! Ka-kalian ji-jika ada masalah atau mau cerita ke aku pun aku sena- tidak, maksudku aku siap Mendengarnya!" Ucap (Name) gugup disertai dengan wajah memerah yang membuat Himawari dan Hayasaka berpikir 'imut' dan wajah keduanya yang kini diam-diam memerah serta menahan senyuman.

"Uhum! Ten-tentu saja! Kan kita sahabat," balas Himawari dengan senang. Mendengarnya, Hayasaka mengangguk setuju dan (Name) masih dengan rasa tidak percayanya bahwa kedua orang ini yang cantik, keren, supel dan populer mau berteman dengannya bahkan menganggapnya sahabat. Rasanya saat ini (Name) ingin menangis karenanya ketika tiba-tiba membayangkan kehidupannya dulu saat tinggal di Indonesia. Tapi, (Name) menahannya karena tidak ingin dikira aneh oleh kedua sahabat barunya.

Alhamdulillah Ya Allah... Aku senang. Terima kasih. Aku sangat senang karena apa yang Engkau berikan padaku meski pada awalnya aku harus mengalami hal yang tak menyenangkan. -batinmu terharu.

"Wah (Name)! Mau dicicipi berapa kalipun masakan Adikmu seperti masakan di resto! E-enak sekali," Ucap Hayasaka terharu setelah mencoba bento buatan (Name). Himawari pun mengangguk setuju kagum dengan kehebatan Rei yang memang 'Wah' jika soal masak memasak meski usianya yang terbilang muda.