Part 26 | Dokter Pedalaman

1.3K 67 7
                                    

Devi POV

Tok...Tok...Tok...

"Permisi, dok." Sambil terus menggedor-gedor pintu.

"Iya bentar." Sebelum aku keluar aku memastikan dahulu mengintip dari jendela depan, setelah ku lihat yang datang ternyata adalah seorang Ibu paruh baya yang terus mengetuk-ngetuk pintu rumah dinas milikku dengan nada tak beraturan.

"Siapa, ya?" gumamku.

Aku yang tadinya sedang tidur menjadi terbangun karena panggilan itu. Padahal waktu setempat masih menunjukkan pukul 01.40 pagi, dengan mataku yang masih berat aku membukakan pintu dan melihat siapa yang datang menemui ku.

"Ada apa ya, bu?" aku bingung padahal ini masih jam istirahat, ada seorang Ibu-Ibu datang kemari. Apalagi ini masih jam 01.40 pagi, suasana masih gelap, dan jalanan juga sepi sekali.

"Dok dikampung sebelah ada orang yang mau melahirkan. Tolongin, dok." Ibu itu terlihat begitu panik saat mengucapkannya dan ternyata tengah malam begini Ia mencari ku untuk membantu proses persalinan.

"Yaudah kita kesana sekarang ya, bu. Tunggu sebentar saya mau kedalam dulu." Mendengar ada orang yang mau melahirkan, aku segera bergegas masuk kembali kedalam untuk mengambil peralatan. Tidak peduli rasa kantuk ku yang seketika hilang.

"Iya, dok. Cepat ya." Setelah siap, aku langsung menggandeng Ibu tersebut dan lari menuju kerumah pasien. Karena jalanan yang gelap, aku menyalakan senter terlebih dahulu, takutnya nanti ada ular atau binatang malam yang tiba-tiba melintas. Mengingat bahwa sepanjang jalan adalah kebun milik masyarakat yang banyak ditumbuhi pepohonan dan rumput-rumput liar.

Sebelum kerumah pasien, aku menjemput dahulu perawat yang akan membantu ku nanti. Setelah itu kami bertiga langsung berangkat bersama melewati jalan yang sepi, rusak, dan remang-remang.

"Habis ini belok kemana, bu? ayo cepat, bu." Aku bingung karena belum tahu persis rumah pasien yang akan melahirkan dimana. Sedangkan Ibu itu tertinggal di belakangku, dia terlihat begitu capek karena berlari.

"Ke kiri, dok." Kata Ibu tersebut dengan nada terengah-engah, namun tidak berhenti berlari.

"Ayo, bu. Semangat." Aku Langsung menggandeng kembali Ibu tersebut agar tidak tertinggal lagi.

"Masih jauh nggak, bu?"

"Lumayan jauh, ini belum ada setengahnya, dok." Tutur Ibu tersebut.

"Hah? belum ada setengahnya, bu?" aku kaget, padahal keringat ku sudah mulai keluar tetapi belum ada setengah perjalanan juga katanya, lalu Ibu itu tadi dari rumah berangkat jam berapa yang membuatku heran.

"Iya, dok. Habis ini masih belok kiri lagi terus belok kanan, lurus, baru kalau sudah kelihatan lautnya hampir dekat pokoknya, dok." Jawab Ibu tersebut dengan menunjukan jalan.

"Oh rumahnya sekitar laut ya, bu?" Ujar perawat yang merupakan penduduk asli sini. Dia bernama Adara, atau biasa di panggil Dara.

"Iya. Sebenarnya sudah dipanggilkan mama biang tetapi kebetulan orangnya sakit dan nggak bisa membantu untuk melahirkan." Cerita Ibu itu. Dengan berlari kecil agar cepat sampai, mereka juga sambil ngobrol banyak hal.

"Hah? mama biang itu apa ya, bu?" aku tidak mengerti apa maksud yang dikatakan Ibu tersebut.

"Mama biang itu kalau disini istilahnya dukun beranak, dok." Kata sang Ibu.

"Ohh gitu, memangnya dari dulu orang sini kalau melahirkan suka ke dukun beranak gitu ya, bu?" ucapku kembali bertanya.

"Iya, apalagi yang rumahnya jauh dari rumah sakit dan puskesmas. Tetapi meskipun sudah ada Dokter atau Bidan biasanya masih banyak yang melahirkan dengan bantuan mama biang." Aku mengangguk paham tentang kebiasaan yang memang sudah mendarah daging di daerah ini.

Menuju Surga KeduakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang