Part 27 | Sebuah Tragedi

1K 53 9
                                    

Devi dan Dara bergegas pulang dari Desa Batu Goyang pukul 19.00 WIT, sebenarnya mereka sudah berangkat dari pukul 17.00 WIT, tetapi karena terjadi masalah dengan transportasi yang ditumpanginya akhirnya mereka harus menunggu sampai selesai diperbaiki, padahal perjalanan mereka baru dimulai. Dan sekarang Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIT rombongan Devi dan Dara beserta anak buah kapal lainya masih terus berlayar menerjang ombak, kegelapan, dan dinginnya udara pantai yang terus menusuk ke sekujur tubuh.

Devi merasa semuanya berjalan lama dan sangat melelahkan. Baginya yang melelahkan bukanlah kunjungannya, melainkan perjalanan yang membuatnya lelah dan membosankan. Ia sudah tak tahan lagi berada diatas kapal ini, badannya berusaha rileks dengan mata terpejam, disertai gelombang kantuk yang tiba-tiba datang melingkupinya. Pada akhirnya Ia pun tertidur dengan bersandar ke barang bawaannya.

"Dokter..." Baru saja tertidur Dara sudah membangunkan Devi yang terlihat sedang melawan rasa kantuk yang berat.

"Dok..." Dara terus menggerak-gerakkan tubuh Devi agar terbangun.

"Hah ada apa, Dar." Devi bangun dengan membelalakkan matanya sambil membenarkan hijabnya.

"Masih lama tidak Dok perjalanannya?" tanya Dara dengan suara gemetar.

"Saya ngga tahu Dar, mungkin masih lama." Jawab Devi dengan nada lemas sambil menggelengkan kepala dan mengamati kesekitar yang gelap sekali, hanya lampu kapal yang menerangi sepanjang perjalanannya malam ini.

"Saya sudah nggak kuat, Dok. Dingin banget." Ujar Dara dengan kondisi sudah menggigil dan tangan menelangkup ke badannya. Devi pun memeluk Dara berusaha memberikan kehangatan, tapi Ia kaget ketika memegang tubuh Dara yang ternyata demam tinggi.

"Astagfirullah, Dara! badan kamu demam tinggi, kenapa nggak bilang dari tadi sih." Antara kesal dan tidak tega, Devi langsung melepaskan sweter yang dipakainya dan cepat memakaikannya ke tubuh Dara.

"Makasih Dok. Tapi nanti Dokter jadi kedinginan dong." Ujar Dara merasa tidak enak.

"Tenang aja, saya sudah kebal sama cuaca dingin." Padahal Devi sebenarnya juga suka pusing dan kedinginan jika menaiki transportasi laut, namun Ia abaikan kondisi dirinya demi Dara.

"Nih minum yang banyak, Dar." Ujar Devi menyodorkan air mineral kepada Dara.

"Makasih, Dok." Dara langsung meminum air tersebut.

"Pak ada yang bawa selimut ngga? teman saya soalnya lagi demam." Panggil Devi kepada salah satu anak buah kapal.

"Sebentar ya saya cari dulu."

"Cepetan ya, Pak."

"Oh ada, tapi selimut pantai yang tipis." Bapak itupun membawakannya ke Devi.

"Alhamdulillah, makasih ya pak." Dengan segera Devi menerima selimut itu dan membalutkannya ke tubuh Dara.

"Sama-sama. Apakah mau saya buatkan minuman hangat?" ujar bapak itu menawarkan bantuan.

"Boleh deh, Pak. Tapi tidak merepotkan bapak kan?"

"Sama sekali tidak merepotkan."

"Makasih banyak ya, Pak." Bapak itu hanya mengangguk tersenyum lalu pergi membuatkan minuman hangat untuk Dara.

"Dar kamu makan ya supaya badan kamu nggak lemas." Bujuk Devi.

"Tapi saya belum lapar, Dok."

"Tapi terakhir kamu makan tadi siang, Dar. Nih saya cuma ada roti lumayan buat ngisi perut," Devi memberikan sebungkus roti yang Ia bawa tadi, "dihabiskan ya, Dar." Dara hanya mengangguk lemah.

Menuju Surga KeduakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang