14. Tak sama

20 1 0
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Tanpa tersadar bahwa hal kecil yang terjadi pada hidup seseorang adalah pesan tersirat untuk masa berikutnya.

~N a l u r i~

🌼🌼🌼

Masa bodoh dengan perjalanan pulangnya, ia segera meminta berhenti sopir kemudian turun berlari berlawanan arah dengan lalu lintas perjalanan pulang.

Ia berlari secepat mungkin di tengah-tengah hujan deras, bajunya basah kuyup dan pikirannya sekarang kacau memikirkan apa yang terjadi pada adiknya itu.

Jarak antara bus Satya dan Salwa cukup jauh ia sudah berlari cukup jauh tapi tak menemui bus yang dinaiki Satya.

Saat sedang fokus berlari tiba-tiba ponsel Satya berdering yang ia tempatkan disaku celananya, segera ia angkat barangkali sesuatu mengenai hal tentang Salwa.

Ia menepi di bawah pohon yang cukup rindang agar terteduh.

"Halo."

"Sat, lo tenang dulu. Bus adek lo jatuh ke jurang, gua barusan di kasi tau anak bis belakang. Lo boleh khawatir tapi keselamatan lo harus utama Sat."

Detak jantung Satya saat itu juga berdentum hebat. Pikirannya semakin kemana mana dirinya tak tenang. Tanpa ambil pusing ia memutuskan telepon dan lanjut berlari secepat hingga sesekali terjatuh.

Dari kejauhan ia melihat keramaian disertai dengan asap mengepul, ia yakin bahwa di sana tempat kecelakaan terjadi.

Tangisnya pecah, hatinya seakan runtuh melihat bus itu terguling dan terbakar. Ia hanya bisa melihat tanpa berbuat apapun.

Dengan tangan yang lemas ia berusaha menghubungi pamannya agar segera mengetahui berita tersebut.

"Om Salwa kecelakaan di jalan puncak." Ia hanya berucap sedikit karena tak kuasa dengan keadaan yang ada di hadapannya kini.

"Satya...." Seseorang memanggilnya dari belakang kemudian Satya berbalik, seseorang itu adalah guru yang paling dekat dengan Salwa. Segera guru itu merangkul Satya agar tenang dan tabah. Ia mengelus punggung Satya yang tengah menangis.

Tak lama kemudian bala bantuan datang agar segera mengevakuasi korban yang ada di dalam bus.

Satya turun ke bawah melihat adiknya tapi tak terlihat sama sekali. Ia semakin khawatir.

"Pak adik saya mana pak," teriaknya kepada petugas evakuasi.

"Sabar, kita sedang dalam proses pencarian."

Satya beralih tempat siapa tau ia menemukan tubuh Salwa dengan kondisi sebaik-baiknya. Tetapi saat ia memilah bongkahan besi dari bus tersebut ada jasad dengan sekujur tubuh berwarna hitam. Ia yakin itu bukan Salwa. Satya segera berteriak agar segera dievakuasi.

Sudah satu jam berlalu tetapi ia tak menemui tubuh adiknya. Ia sedikit putus asa kemudian memilih duduk dekat pohon menghadap jurang.

Ia menghirup bau hujan yang bercampur dengan asap kebakaran sembari termangu bagaimana keadaan adiknya.

Tiba tiba ada sesuatu menepuk pundak Satya dari belakang. "Come on boy, stop meratapi kalau gak di cari Salwa gak akan ketemu, percaya sama om kondisi Salwa akan sebaik baiknya saat kita temuin."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NaluriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang