بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
Penantian bukan hanya berdiam diri. Beri aksi untuk mendapatkan reaksi. Semua membutuhkan waktu untuk bertemu pada titik berharga dengan melakukan tindakan nyata.
~N a l u r i~
🌼🌼🌼
Gulita membalut penuh langit. Satya baru saja keluar dari cafe, karena teman-temannya menagih traktir. Tujuannya kini pulang, sudah cukup bersenang-senangnya hari ini.
Ia mulai melajukan motornya. Angin berhembus kencang menusuk hingga kedalam tulang. Matanya terfokus pada arah jalan di depannya.
Ekor matanya seketika beralih pada sesosok perempuan yang sedang menenteng sesuatu. Dari belakang ia menilik sesosok itu yang tak asing lagi baginya. Ia menyisih pada pematang jalan lalu menghadang siapa sosok perempuan yang sedang berjalan sendirian di hari petang.
Kemudian ia menghentikan motornya berlanjut dengan melepas helm full face miliknya. Benar dugaannya, untuk apa dia keluar malam-malam begini.
"Dari mana?" Tiba-tiba Satya membuka suara saat sesosok itu tepat di samping motornya.
Seketika ia menoleh mendengar suara lontaran yang ia anggap untuk dirinya. "Loh Satya, dari mana?"
"Lah ditanya balik."
Ariana tersenyum jengah, bisa-bisanya ia malah berbalik tanya. "Anu... Tadi dari toko kue."
Satya mengangguk pelan, kemudian matanya melirik sekilas barang yang dibawa Ariana.
"Mau aku antar pulang Ann?" Sejurus Satya menawarkan jasa, hitung-hitung juga untuk PDKT.
Ariana tersenyum lagi. Ah... Murah senyum sekali gadis itu. "Emang gak pa-pa? Gak ngerepotin?"
Satya hanya menggeleng kemudian naik keatas motor. Sementara Ariana hanya terdiam memperhatikan Satya. Baru kali ini ia melihat Satya memakai hoodie dengan topi hitam. Biasanya jika di sekolah ia terkesan rapi.
"Nungguin apa? Cepetan keburu malem."
Dasar Ariana, kenapa ia harus membuat Satya menunggu lama. Sedang ia sudah siap mengantarnya.
Cepat-cepat ia menaiki motor. Tangannya tak menaut pada pinggang Satya. Satya menghargai itu, ia tak akan mengebut. Senyamannya saja. Padahal dalam lubuk hatinya yang terdalam ia menginginkan sebaliknya.
Segera ia gas motornya, lalu melaju menyusuri kemerlip kota malam hari. Dingin. Angin masih setia menyapu jalanan dengan kencang. Ariana yang tak memakai pakaian hangat itu pun merasa kedinginan. Ia berkali-kali menggosokkan kedua tangannya guna mengurai rasa dingin. Seharusnya saat-saat seperti ini bisa menjadi kesempatan untuk Satya. Sayang, Satya tidak peka.
"Astagfirullah Ann! Sampai lupa, rumah kamu dimana?"
"Jalan pahlawan ada perempatan belok kiri lurus aja."
Hanya kata oke yang Satya lontarkan. Ia kemudian memacu motornya. Ia tak ingin membuat Ariana kedinginan, belum lagi Salwa yang menunggunya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naluri
RomancePerubahan judul! Judul awal it's not wrong Ketika mimpi berubah menjadi kenyataan dengan skenario yang berbeda. Raga yang sama namun nama, sifat dan penampilan berbeda. Tapi apa rasa itu sama? Maksudnya getaran yang dirasakan Satya malam itu. *** G...