8. Kamu siapa?

39 14 5
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Ketahuilah di balik jiwa yang tegar terdapat hati yang rapuh.

~N a l u r i~

🌼🌼🌼

Sebuah mobil melintas dengan angkuhnya itu mampu membelah kerumunan hanya dengan suara klakson yang nyaring didengar.

Pahatan besi mengkilap silau menyilap mata. Memukau sepasang mata untuk sekedar melihat rautan besi buatan manusia.

Tanpa disangka seorang pria jakung keluar dengan memesona. Semua perhatian terpaku padanya.

"Woi!!!!" Beberapa orang berlari kepadanya.

"Perasaan baru kemaren sakit, masuk-masuk udah ganti mobil aja." Satya hanya mendengarkan saja kemudian melangkah memasuki area kelas. Temannya mengikuti saja.

Satya meletakkan tasnya kemudian duduk dengan teman-temannya. Biasanya jika para lelaki berkumpul seperti ini, pasti mereka membicarakan kegemaran atau yang lainnya, kecuali menggunjing karena itu bukan ciri-ciri seorang lelaki sejati.

Mentari semakin menyengat. Banyak siswa telah datang, sebentar lagi pasti bel berbunyi. Termasuk Ariana, tak biasanya ia datang hampir terlambat seperti ini.

Kepalanya menunduk dalam-dalam, membiarkan rambutnya itu menutupi sebagian wajahnya. Ia duduk di bangkunya dengan masih menunduk.

Satya merasa ada yang aneh dari Ariana. Sekilas ia melihat wajah Ariana yang terlihat lelah, matanya juga sedikit merah. Ia menjadi irit bicara, ia akan angkat suara jika penting. Yang Satya amati, jika ditanya ia hanya menggeleng dan mengangguk selebihnya ia memilih diam.

Bagaiman tak mengamati, Satya punya dua mata yang masih normal, apa lagi Ariana duduk tepat di depannya. Sulit untuk pura-pura tidak tahu.

Setelah pelajaran selesai Satya pergi ke depan kelas, tepat didepan papan tulis. Niatnya adalah menangkap gambar papan tulis tersebut. Dirinya sedang malas mencatat semua tulisan berisi angka tersebut, tulisan yang membuat kepala pening, mata kunang-kunang, dan ngantuk dadakan. Kalau ada yang mudah kenapa harus yang sulit.

Satya mengambil langkah mundur untuk mengambil foto dengan frame yang jelas. Saat yang bersamaan Satya merasakan dirinya menubruk sesuatu di belakangnya.

Benar saja saat ia membalikkan tubuhnya ia mendapati Ariana sedang terduduk di lantai memunguti lembaran kertas yang dibawanya.

Satya yang merasa bersalah ikut membantu memunguti lembaran kertas itu. Tapi saat ia hendak mengambil lembar foto di sampingnya dan mencoba melihatnya, dengan segera Ariana merampas foto itu dari tangan Satya.

Satya yang mendapat perlakuan tersebut memaklumi. Ia tak memaksa, mungkin itu privasi yang tak harus semua orang tahu. Termasuk dirinya.

Saking kalang kabut merebut foto itu dari Satya ia sampai melupakan kertas yang ada di tangan Satya--meninggalkan Satya terduduk sementara dirinya berdiri dengan tergesa mengambil langkah.

Satya yang melihatnya pun segera memanggilnya. "Anna, ketinggalan."

Ariana berbalik menatap Satya yang sedang berjalan ke arahnya.

NaluriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang