Eps 17. Persetujuan Hinata

353 51 0
                                    


Drrrrtttt drrttt!!!

Bunyi notifikasi ponsel. Naruto mengambil ponsel miliknya di kantong celana.

Naruto membuka pesannya.

Hinata melirik ke ponsel Naruto. Ia dapat melihat tulisan 'The King' yang mengirim pesan itu. Selebihnya lagi tak terlihat.

"Siapa itu?" Tanya Hinata penasaran.

Naruto langsung menutup layar ponselnya dan melihat wajah Hinata.

"Ah, pekerjaan."

"Oh, ya. Pekerjaan mu apa ,Naruto?" Tanya Hinata sambil tersenyum lebar.

"Umm... Ku punya usaha kecil sih, seperti mengkoordinasi bahan makanan pokok ke perusahaan perusahaan cepat saji. Hehehe... Kalau kamu?"

"Ah itu... Umm. Bekerja di perusahaan ayah ku." Hinata menjawab.

Kedua jawaban mereka memang benar adanya. Walau mereka bekerja sebagai bandar narkoba atau mata mata, mereka juga memiliki kehidupan nyata diluar sana. Sayangnya, beberapa orang mengganggap pekerja di profesi ini tak memiliki keluarga dan hidup sendirian.

Setelah itu, mereka berbincang mengenai banyak hal.

Waktu sudah menuju pukul empat sore. Naruto dan Hinata kembali ke ruangan Tenten. Tak lupa mereka membawakan tiga sebungkus ramen yang masih hangat.

Awalnya, perut Hinata berbunyi saat mereka berbincang-bincang, Naruto yang sadar langsung mengajaknya ke restoran terdekat. Setelah mendengar kabar bahwa Neji juga belum makan siang, akhirnya ia memutuskan untuk membungkus tiga ramen untuk dimakan bersama.

"Neji, ini makanan untuk mu." Kata Hinata mendekat dan memberi sebungkus plastik.

Neji menerimanya dan mengucapkan "Terima kasih."

Naruto dan Hinata menarik kursi mendekati ranjang Tenten.

"Mari makan! Itadakimasu minna!" Kata Naruto yang langsung membuka bungkus ramen nya.

Slurpp~~

Naruto memakan dengan lahap. Hinata dengan perlahan dan anggun. Sedangkan Neji tak kalah anggun dari Hinata.

Saat makan, tidak ada yang bersuara.

Sekarang tiga bungkus ramen telah habis.

"Kapan kalian berkenalan, Neji?" Naruto memulai percakapan.

"Dari..." Neji terlihat berdiam sebentar. Ia tahu bahwa tidak mungkin ia berkata sejujurnya (masuk kerumah Tenten dalam keadaan mabok) pada orang yang menyayangi Tenten, bisa bisa ia tak boleh bertemu dengan Tenten selamanya. "Dari Sakura. Aku meminta alamatnya."

"Oh, Sakura ya..." Naruto mengangguk.

'Dia mengenal Sakura?' tanya Neji dalam hati, karena ia tahu bahwa Naruto tak mungkin bertemu Sakura. Tenten pasti menceritakannya.

"Kau bekerja sebagai apa, Neji?" Tanya Naruto lagi. Nadanya lebih seperti mengintrogasi laki-laki bermata lavender didepannya.

"Perusahaan keluarga." Neji menjawab dengan santai. Ia berpikir bahwa kemungkinan besar Naruto sengaja mengintrogasi laki laki asing yang mendekati sahabatnya. "Kalau kau?" Tanya Neji membalas pernyataan Naruto.

"Umm... Aku membuat usaha kecil untuk mengkoordinasikan bahan pangan ke restoran cepat saji. Hehehe... Sepertinya pekerjaan mu lebih keren." Naruto tersenyum kearahnya.

"Ah, tidak juga." Kata Neji memberi senyuman khasnya.

"Lalu, kau umur berapa?"

"Dua puluh delapan tahun. Kalau kau?"

"Sama denganmu. Tinggal dimana?"

"Di jalan Kusei 3. Bagaimana dengan mu?"

"Jalan Watari 1. Sudah pernah bertemu berapa kali dengan Tenten?"

"Em... Empat kali." Jawab Neji. Naruto tak henti-hentinya mengintrogasi Neji.

"Hei... Bolehkah kita berfoto bersama?" Hinata membuka suara, lebih tepatnya memotong pembicaraan mereka sebelum semakin parah. Ia segera mencari ponsel miliknya untuk mencairkan suasana.

Ckrekkk!

Terdapat foto Naruto dengan kemeja biru yang baru saja ia beli, ia menatap kamera dengan wajah kaku. Hinata dengan peace dan wajah Neji tak kalah kaku dari Naruto. Tak lupa mereka juga memfoto Tenten yang masih belum sadar. Rambut Tenten tergerai begitu saja setelah operasi.

Setelah melihat foto, Hinata terlihat sedikit kecewa. Naruto yang paham membuka suara.

"Baiklahh!! Ayo foto ulang."

Akhirnya setelah berfoto entah yang ke berapa kalinya, Naruto merangkul Neji dan Neji tersenyum khasnya ke arah kamera, sedangkan Hinata dengan senyuman manis dan menggenggam tangan Tenten.

Sekitar pukul enam sore Hinata dan Neji berpamitan pulang meninggalkan Naruto bersama dengan Tenten.

Hinata melangkahkan kakinya masuk kedalam mobil putih milik Neji. Neji mulai menyalakan mesin mobilnya.

"Neji." Panggil Hinata. Hal itu membuat Neji menoleh ke kursi penumpang.

"Hm?"

"Kau menyukai Tenten, ya?"

Pertanyaan Hinata hanya disambut tatapan dari sang laki-laki Hyuga disebelahnya. Ia sama sekali tak bergeming.

"Sudah kuduga." Kedua sudut bibir Hinata tertarik ke atas. Wajahnya sangat manis sekarang.

"Dari mana ka-?"

"Benar kan tebakan ku. Aku ahlinya ,Neji." Kata Hinata memotong pertanyaan Neji. Hinata terlihat sangat bangga dengan keahliannya.

"Dari mana?" Neji mengulangi pertanyaan yang belum terjawab.

"Baiklah.

Pertama..."

POV Hinata.

Aku berjalan bersama Naruto di lorong menuju kamar Tenten. Setelah sampai didepan pintu, terdapat kaca kecil yang tembus ke dalam ruangan. Ku melihat Neji tersenyum khas nya ke arah Tenten. Ku rasa Naruto juga melihatnya, karena itu ia mengintrogasi Neji.

Kedua, Neji sering tersenyum akhir-akhir ini.

Ketiga, ummm... Saat pembicaraan di cafe...

"Tenang, aku juga menemukan orang yang ku cintai." Jawab Neji tersenyum lagi.

Neji tak pernah berurusan dengan jatuh cinta sebelumnya. Bahkan ia jarang berurusan dengan banyak gadis.

POV Hinata OFF

"Sudah pasti ini Tenten." Kata Hinata setelah menceritakan bukti yang ia dapat.

"Aku sangat menyetujui hubungan mu." Pernyataan Hinata langsung membuat Neji menatap serius manik lavender lawannya.

"Dia gadis baik. Aku mendengar banyak hal tentang masa lalunya."

Tiba-tiba Neji mengingat perkataan Tenten tentang masa lalunya.

"Kau tau, aku bukan orang baik..." Tenten menatap kebawah dan menghela nafas kasar. "Semua berawal dari penculikan. Pemaksaan. Percabulan...

"Masa lalu? Coba ceritakan."

Kalau ada saran bolee yakk.. (comment aja/ chat bole) aku sangat menerima saran" kalian buat belajar lebih baik lagi next nyaa 🙃

[›.‹] TBC.

Be Free With You (Nejiten) FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang