Eps.3 Dua dunia

999 83 18
                                    


Ting! Muncul notifikasi dari ponsel ku.

Naruto: Ten. Sekarang.

Aku yang sedang mengunyah makananku langsung mengetik untuk menjawab pesan di layar ponselku.

Tenten: Biasa?

Naruto: Untuk permen.

Tenten: Oke.

Dengan secepat kilat ku menghabiskan sisa makanan di piringku, menaruhnya di tempat cucian dan berganti pakaian. Dress panjang berwarna hitam pekat dengan motif sabrina dibagian atasnya, sepatu hak hitam dan tas tangan berwarna senada merubah penampilanku. Rambut gelombang ku, ku lepas begitu saja.

Ku berjalan ke halaman rumah dan berbalik, sekali lagi ku perhatikan rumahku, hanya memastikan agar tidak ada yang kurang. Rumah dua lantai dengan panjang 40x40 meter. Bagian atas terdapat balkon yang dapat dilihat dari bagian depan dan ada jendela bening besar sebelum balkon, itu kamarku. Ada tanaman tanaman rapih di halaman rumah, tembok gerbang yang tinggi, parkiran mobil bawah tanah dan pintu rumah yang terkunci rapat.

Kemudian, aku memasuki mobil sport hitam ku, pintu gerbang terbuka otomatis. Menekan gas dan mobilku melaju kencang.

Langit biru malam dihiasi bintang-bintang berkelip. Gedung gedung tinggi bercahaya menerangi gelapnya malam dan jalan raya yang sepi disertai alunan musik klasik di mobilku.

Aku suka suasana ini.

BRUMMMM....

________________________

Sampai. Didepan ku terdapat sebuah bar besar. Aku berjalan memasukinya. Warna warni lampu disko langsung menyinari seluruh ruangan ditambah bau alkohol yang menyengat. Seperti inilah kehidupanku.

Seorang laki laki bersurai kuning melihat ke arahku dari meja bar. Ia mengenakan kemeja hitam dan celana senada. Aku tahu jelas siapa. Naruto. Aku pun berjalan kearahnya.

"Naru. Lama?" Tanya ku mengawali percakapan.

"Hati-hati mengendarai mobil mu. Walau itu mobil sport bukan berarti kau bisa seenaknya mengebut sembarangan." Cerewetnya seperti biasa.

"Jalanan sepi tau." Kata ku sambil berjalan bersama Naru ke sebuah ruangan dibelakang dapur koki.

"Kau sudah mengambil permennya?" Tanya ku lagi.

"Sudah aman semua."

Kami menutup ruangan rahasia itu. Ruangan itu kedap suara dan tidak ada siapapun selain kita berdua. Kita hanya menunggu sampai sesosok lain datang.

Kreeetttt...

Suara pintu terbuka. Tidak dari pintu awal yang aku masuki. Kemudian tiga orang masuk.

"Aman kan?" Kata seseorang yang baru masuk. Ia seorang laki-laki berambut putih panjang dan terlihat separuh baya.

"Aman." Jawab Naru.

"Baiklah. Biarkan wanita itu yang menukar disana." Kata si kakek itu lagi sambil melihat kearahku dan menunjuk ke arah pintu kakek itu masuk.

Kakek itu berdiri dan aku mengekornya sambil membawa barang yang ia maksud. Aku berjalan ke pintu meninggalkan Naru dan dua penjaga si kakek.

Cklek. Bruk.

Tiba-tiba si kakek mencekik leherku cukup keras dan mendorongku kedinding. Kemudian ia mulai menggunakan tangan yang tersisa dan mulai meraba pahaku. Kedua tanganku berusaha menarik tangan kakek yang ada di leherku.

"Cepat berikan!" Teriakku sebisa mungkin.

"Tak secepat itu, sayang." Bisiknya tepat disamping telingaku.

Be Free With You (Nejiten) FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang