Eps 24. Dirimu yang Sesungguhnya

399 49 0
                                    

“Mag nya kambuh lagi. Baru saja selesai makan dan minum obat. Kalau dia sudah bangun akan saya kabari lagi, tante.”

“Oh, mag ya. Dia memang sering sakit sejak kecil. Tolong dijaga ya. Oh ya, tolong kabari dia, ini kabar buruk dan baik. Ayahnya kecelakaan dan masuk rumah sakit Kyoukai. Dia sudah sadar sekarang dan sangat ingin menemuinya.”

APA?!!! Dia ada dirumah sakit ini?!

Tapi suara ibunya sangat senang… Apa ayahnya…?

Setelah menutup telepon, Neji mendekatiku.

“Sudah jam 9, sepertinya ku dan Hinata akan pulang dulu. Kabari ku kalau dia sudah bangun.” Neji tersenyum dan pergi bersama Hinata.

POV Naruto OFF

Hinata mengekori Neji di lorong kamar. Lorong begitu sepi tanpa ada yang lewat seorangpun. “Mengapa kita pulang?”

“Sebentar lagi Tenten pasti bangun.”

“Lalu? Bukan itu kabar baik?”

“Biarkan mereka punya waktu bersama. Lagi pula aku siapa?” Pertanyaan Neji membuat Hinata seketika diam ditempat.

“Saat dia bangun, aku tidak lebih dari seorang mata-mata yang menghianatinya, bukan?” Lanjutnya tersenyum dengan wajah sendu. Kedua mata lavender bertemu.

“Apa maksudmu Neji?”

“Aku hanya… takut tidak bisa melindunginya. Bukankah semakin dia dekat pada kita, semakin hidupnya dalam bahaya? Bukankah lebih baik membiarkan dia membenciku?”

Hinata hanya bisa diam. Ia tak menjawab apapun.

“Kita ini mata mata ingat?” Suara Neji sangat pelan namun terbaca dari gerakan bibirnya. “Aku tidak mau kehilangan orang yang kusayangi lagi. Kehilangan ayah atau kau, Hinata, dia, dan semuanya. Lebih baik membiarkan dia pergi sebelum ku mencintainya lebih dalam dan membuatnya lebih menderita.”

__________________________

Pukul 11 siang

Gadis berambut coklat mulai memperlihatkan iris matanya. Cuaca siang cukup mendung. Seorang pria berambut kuning menggunakan headphone masih terlelap di sofa dekat jendela.

“Naru? Naruuu!!” Naruto kaget dan terbangun, ia langsung tersenyum dan mendekati gadis itu.

“Akhirnya kau bangun.”

“Aku pikir ku sudah disurga. Hahaha.”

Naruto mengambil ramen yang ada disamping ranjang Tenten dan menyuruhnya makan dan beristirahat lagi.

“Kau harus berterima kasih pada seseorang… pada banyak orang juga sih.”

“Hmm? Siapa?”

“Nanti kau akan tahu. Oh ya, ada berita buruk. Ibumu tadi bilang kalau ayahmu kecelakaan dan mereka ada disini.”

“Apa? Kecelakaan?!’

Naruto menceritakan soal penyakit mag dan isi pesan ibunya. Tak lama setelah itu Tenten mencari ponselnya dan menelepon ibunya. Suara ibunya terdengar khawatir mendengar penyakit Tenten, namun setelah membicarakan kabar ayahnya, suara ibunya berubah bahagia. Ayahnya ada di dua lantai dibawahnya. Ia mengganti bajunya dengan kemeja putih dan celana jeans yang selalu ia bawa di mobil Naruto.

Ia berjalan menyelusuri lorong sendirian, Naruto hanya menunggunya di kamar rawat. Saat berada didepan pintu kamar ayahnya, ia berhenti sejenak menguatkan diri. Ia mengingat beberapa perkataan menyakitkan dari ayahnya yang mungkin akan ia dengar lagi sekarang.

Tok tok tok.. kreeettt

“TENTEN!” Tenten melihat kebawah saat memasuki ruangan, namun teriakan itu membuat matanya mencari siapa yang menyambutnya.

Suara pria itu begitu semangat. Ia terduduk di ranjang pasien, banyak balutan kasa dan luka memar disekujur tubuhnya, disampingnya terdapat ibu Tenten berbalut dengan senyuman bahagia yang telah lama hilang.

Pria itu melebarkan kedua tangannya. Tenten kebingungan dengan maksud pria itu.

“Maafkan ayah, Ten. Maaf… Biarkan aku memeluk putri kerajaanku sekali lagi.”

Tenten mengerti. Ayahnya telah mengingat semua masa lalunya. Ia langsung berlari memeluk ayahnya dan ibunya memeluk mereka.

“Ayah? Benarkah ini ayah?”

Ayahnya tersenyum dan mengelus kepala anaknya. Tangisan bahagia mengisi ruangan.
­­­­­­­­­­­­­_____________________

Naruto: Temui aku didepan rumah sakit.

[›.‹] TBC.

Be Free With You (Nejiten) FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang