Pusing

1.2K 138 11
                                    

Beep beepㅡ!
A little letter for you, precious ones!
Enjoyy~

|

◈ ━━━━━━━ ⸙⸙ ━━━━━━━ ◈

Sudah menjadi kebiasaan bagi Jimin untuk menunjukkan barang A hingga Z kepada Seokjin dengan harapan kakaknya itu akan membelikan apapun yang ditunjukkannya padanya. Yang Jimin belum mengerti adalah Seokjin sudah terlampau lelah dengan omong kosong Jimin bahwa dia sangat membutuhkan semua benda dengan harga melambung tinggi itu, sudah lelah dengan pola pikir Jimin yang selalu berpikir bahwa apapun yang dia lakukan, dia akan selalu berada di atas, di puncak hidupnya. Sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa dia juga bisa tiba-tiba terjun bebas ke bawah bahkan hingga ke dasar jurang kehidupan jika dia terus seperti ini.

"Kak Jin udah gak sayang Jimin lagi!"

"Bukan gitu konsepnya, Jimin sayang.." sudah sekian kalinya Jimin mengucapkan kalimat bahwa Seokjin tidak menyayanginya hanya karena Seokjin tidak memenuhi keinginannya kali ini. Terlalu lelah dengan semua ini, Seokjin hanya menghembuskan napasnya selagi tangannya memijat pelipisnya yang berdenyut begitu tajam.

"Terus? Kenapa gak boleh? Kan sepatunya murah, kak."

"Jimin, murah menurutmu itu bisa jadi terlalu mahal buat seseorang di luar sana. Kenapa gak kamu pikirin mereka yang kekurangan aja daripada kamu buang-buang uang cuma karena nafsu mata aja?"

"Kak, rezeki itu udah ada yang ngatur. Rezeki kita semua udah ada yang jamin, kenapa kita jadi harus pusing mikirin rezeki orang? Bahkan mikirin rezeki sendiri aja harusnya gak perlu."

".....gak gitu konsepnya, Jimin.... ya ampun ini anak."

"Ih kak Jin nih, kalau gak mau beliin yaudah bilang aja. Emang kak Jin udah berubah sekarang."

"Yaudah deh iya terserah kamu, terserah. Kakak pusing. Di kantor banyak masalah, pulang bukannya istirahat tenang, malah harus ngadepin kamu."

Jimin yang mendengar itu sedikit kesal. Tidak, nyatanya dia merasa sangat kesal. Tidak pernah sekalipun dia merasa dikhianati seperti ini. Terlebih oleh keluarganya sendiri. Tidak memiliki minat untuk menjawab kembali ucapan sang kakak, dia hanya mendengus kesal sebelum kemudian beranjak pergi dari ruang kerja Seokjin, berjalan dengan langkah yang dengan sengaja dia hentakkan cukup keras untuk menyalurkan rasa kesalnya pada lantai yang tidak bersalah.

Tanpa dia duga, sesampainya di kamarnya sendiri, Jimin menemukan hal menarik ketika dia memeriksa media sosialnya. Cuitan Seokjin benar-benar menarik perhatiannya. Seperti Jimin yang dikenal orang-orang, dia selalu memikirkan dirinya sendiri dan tidak pernah memperhatikan keadaan sekitarnya. Termasuk perasaan orang lain. Seokjin, sebagai kakaknya pun harus merasakan itu. Di saat dia telah pusing dengan percakapannya dengan Jimin, namun kali ini dia juga harus menghadapi sifat menyebalkan Jimin di media sosial. Sepertinya hidup Seokjin tidak pernah membosankan karena adik tirinya itu.

Jimin menjadi dirinya sendiri, memutuskan untuk mengganggu sang kakak hingga ke twitter.

"Dih, enak aja aku digibahin. Dasar pelit."

Dengan kalimat itu terucap, Jimin kemudian meluncurkan aksinya dan membalas cuitan Seokjin.

Dengan kalimat itu terucap, Jimin kemudian meluncurkan aksinya dan membalas cuitan Seokjin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Am I Wrong? [M] ㅡ Kookmin FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang