The Warning

889 89 3
                                    

The ignored warning.

|

◈ ━━━━━━━ ⸙⸙ ━━━━━━━ ◈

Jimin yang telah mendahului Taehyung untuk masuk, hanya melewati Hoseok yang merupakan teman sang kakak. Dia memang selalu tidak peduli dengan teman-teman kakaknya. Jangankan menyapa, melihat mereka saja sangat jarang. Padahal teman-teman Seokjin terbilang cukup sering bermain di rumahnya. Tangan kanannya membawa kantong plastik penuh dengan camilan, tangan kirinya sibuk menarik lengan Taehyung yang sedang hilang akal. Melewati ruang tamu, kini keduanya melangkah menuju ruang tengah di mana seseorang dengan duduk dalam diam menunggu temannya kembali untuk bermain dengannya lagi.

"Kamu nginep ya malem ini, Tae? Kita kan harus berburu yang banyak."

"Banyak? Uang dari mana coba, Jimin?"

"Itu urusan belakangan, yang penting kita harus berburu banyak-banyak malem ini."

Keduanya terus berjalan bahkan tanpa menyadari satu hal. Ada sepasang mata yang sedang memperhatikan langkah mereka dan sepasang telinga yang menangkap percakapan mereka dengan jelas.

"Pokonya aku mau tas LV, sepatu Gucci yang tadi juga, jewelry box yang aku pesen kemarin juga baru dateng tadi, Tapi isinya masih kosong, aku mau beli banyak jewelry juga, terutama cincin."

"Itu apa gak kebanyakan?"

"Kan emang mau beli banyak!"

Di detik ini, langkah kaki keduanya telah sampai di anak tangga terakhir sebelum akhirnya menghilang masuk ke satu kamar. Sepasang mata dan telinga itu masih terus memperhatikan sebelum suaranya terdengar lirih.

"Dasar anak jaman sekarang."

"Jungkook? Jungkook!"

"Hm?"

"Ngelamun terus, dipanggil-panggil dari tadi juga. Eh iya, itu tadi Jimin adiknya Jin. Terus ternyata gue bener, ternyata gue jodoh sama Taehyung. Gue bilang gue pasti bakal ketemu dia hari ini dan ketemu beneran kan. Keren gak sih? Kebetulannya terlalu sempurna, berarti gue jodoh."

"Terserah. Itu tadi Jimin?"

"Iya. Kenapa? Naksir? Gak apa-apa kalo Jimin, asal jangan Taehyung."

"Dia memang begitu, ya?"

"Maksudnya?"

"Tadi lo denger gak obrolan mereka? Katanya mereka mau berburu barang yang banyak. Kayanya Jin emang terlalu manjain dia deh."

"Ya namanya juga anak orang kaya."

"Kaya seratus turunan juga bakal bangkrut kalo lawan dia."

"Lo mah gak bakal bangkrut, saking bingungnya buang uang aja lo sampe sumbangin ke sana-sini."

"Itu bukan buang uang, pinter."

"Haha yaudah ayo lanjut."

Baru saja mereka akan melanjutkan permainan, dua suara menyapa mereka.

"Loh, makanannya mana?"

"Bukan makanan yang dateng, dua anak bandel yang dateng." ketus Jungkook, masih merasa kesal dengan fakta bahwa dua temannya itu meninggalkannya dan Hoseok.

"Siapa? Jimin? Berdua?" Jin bertanya, tidak menyadari nada ketus temannya.

"Iya sama Taehyung. Anjir Jin gue bener kan, gue jodoh sama dia. Gue bilang gue bakal ketemu dia."  kali ini Hoseok yang menjawab pertanyaan Seokjin.

"Iya terserah, ayo deh main."

Baru saja mereka akan melanjutkan permainan, sebuah suara kembali terdengar ketika Seokjin dan Namjoon telah duduk.

"Jin." Jungkook menatap yang dipanggil dengan tatapan serius.

"Kenapa lagi?"

"Kalo lo gak bisa disiplinin adek lo, bisa-bisa adek lo nanti didisiplinin sama orang lain. Jadi cepet disiplinin dia biar gak foya-foya terus gitu. Lo mau bangkrut terus gila muda?"

"Apa sih lo, ngelantur banget. Nanti juga dia pasti paham kalo udah lulus kuliah. Dia masih belum tau aja susahnya cari uang gimana."

Jungkook yang mendengar jawaban temannya hanya menyeringai, tidak percaya bahwa temannya meremehkan peringatannya.

"Yaudah, yang penting gue udah ngingetin lo, ya."

Ketika mereka akan melanjutkan permainan, pintu kembali diketuk. Kali ini mereka yakin makanan mereka telah sampai. Jin mebukakan pintunya dan kembali dengan banyak makanan di tangannya.

|

◈ ━━━━━━━ ⸙⸙ ━━━━━━━ ◈

- to be continued -

Am I Wrong? [M] ㅡ Kookmin FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang