Di pagi buta, ponsel Jimin berdenting menandakan sebuah notifikasi masuk. Tidak, Jimin bukan masih tidur. Jimin sama sekali belum tidur. Semalaman suntuk dia sibuk mencari barang-barang yang sudah lama dia inginkan. Dalam rangka merayakan hari di mana dia resmi mendapatkan seorang sugar daddy, pikirnya.
"Ah ganggu aja nih, lagi asik cari barang buat disetor ke daddy nanti padahal."
Meskipun mengeluh, tangannya tetap meraih ponselnya. Matanya seketika berbinar ketika melihat siapa yang mengirimkan notifikasi itu padanya. Tentu, sugar daddy-nya.
"Enaknya punya sugar daddy peka gini, baru juga mau setor barang-" kalimatnya terputus di tengah ketika dia membuka notifikasi yang dia terima. Satu pesan langsung dia terima di Twitter.
Jimin, sebagai tugas pertamamu, nanti malam jam 7 tepat saya jemput. Saya ada acara formal. Kamu siap-siap saja, saya yang menyiapkan pakaianmu dari atas sampai bawah."
Seperti itu isi pesan yang dia terima. Benar-benar hanya sebuah perintah. Tidak kurang dan tidak lebih. Sepertinya Jimin mulai mendapatkan gambaran apa yang akan dia hadapi setiap saat mulai detik ini. Berbagai perintah yang sepertinya tidak dapat atau lebih tepatnya tidak boleh dia tolak. Merasa terintimidasi hanya dari pesan yang dia terima itu, Jimin memutuskan untuk segera membalas pesan tersebut. Memastikan bahwa dia tidak salah menangkap maksud dari pesan sang sugar daddy. Setelah memastikan hal itu, Jimin baru saja hendak beristirahat ketika ponselnya berdenting sekali lagi. Tentu, masih pesan dari sugar daddy-nya. Setelah memeriksa isi pesannya, Jimin memiringkan kepalanya. Sedikit merasa aneh karena sugar daddy-nya justru menanyakan nomor ponselnya, bukan alamat rumahnya. Tidak ingin ambil pusing, dia segera mengetikkan nomor ponselnya dan segera pergi tidur. Hari ini akan menjadi hari yang panjang baginya karena dia akan menjalankan tugas pertamanya sebagai sugar baby.
|
⋆◈ ━━━━━━━ ⸙⸙ ━━━━━━━ ◈
Seperti biasa, tepat pukul 7 pagi alarm Jimin memenuhi seluruh ruangan. Hari ini tidak ada kelas yang harus dihadirinya, namun Jimin tetap akan pergi ke kampusnya hanya untuk menyegarkan otak dan matanya. Tentu dia tidak akan mendatangi kelas-kelas, dia akan mengunjungi cafe-cafe yang berada di lingkungan kampusnya. Cukup untuk sekedar membunuh waktu. Setidaknya lebih baik daripada harus mendekam di dalam rumah dan hanya akan mendapatkan berbagai macam perintah dari sang kakak."Jimin?"
"Eh Tae?"
"Kamu yakin peraturanmu itu cukup? Kamu tau kamu harus ngelakuin semua yang disuruh sugar daddy-mu nanti?"
"Iya aku tau, lagian aku juga udah dikasih gambaran sama kak Jungkook kok."
"HAH?! MAKSUDMU????"
"Iiihh pelan dong, rusak nih nanti kupingku."
"Maksudnya apa, Park Jimin???"
"Ih, iya sabar. Jadi waktu itu kak Jungkook ke rumah dan waktu dia tau aku mau cari sugar daddy, dia ngasih tau aku apa aja yang bisa diminta sama sugar daddy."
"Terus? Dia bilang apa aja?"
"Dia gak bilang apa-apa, dia praktekin langsung."
"HAH??? KAMU GILA YA JIMIN???"
"Ih apa sih Tae? Lebay banget."
"LEBAY BANGET???? Yang ada kamu yang gak ngotak banget."
"Apa sih orang aku ngotak."
"Yaudah jadi intinya kamu diapain aja sama dia?"
"Sama siapa?"
"Sama Jungkook Jungkook itu."
"Heh! Kak Jungkook!"
"Bodo, kamu diapain?"
"Gak diapa-apain ih apa sih Tae ribet banget."
"Gak mungkin, kamu bilang dia praktekin apa yang bisa dilakuin sama sugar daddy, kan?"
"Iyaaa tapi dia tuh cuma pegang tanganku terus meluk aku."
"Udah? Cuma meluk kamu?"
"Iya di kasur."
"APA???"
"Ih kupingku sakit!!"
"Apa maksudnya di kasur?"
"Yaudah cuma meluk aku di kasur aja. Apa bedanya sih di kasur sama enggak? Orang cuma meluk aja."
"Yakin cuma meluk aja?"
"Ya iyalah!"
"Yaudah, awas aja kalo aneh-aneh, aku laporin kak Jin."
"Ember banget."
Bibir Jimin mengerucut. Dia tidak pernah berpikir teman baiknya itu akan menjadi PR besar baginya. Mungkin mulai detik ini dia harus menyaring apapun yang akan dia beri tahu kepada sang teman. Jika dia selalu memberitahukan segala hal pada Taehyung, mulai detik ini dia akan menjaga banyak sekali rahasia dari Taehyung. Itu sangat diperlukan demi kelangsungan hidupnya. Dia tidak dapat mengambil resiko kehilangan sugar daddy-nya yang merupakan harta karun terbesarnya saat ini.
|
⋆◈ ━━━━━━━ ⸙⸙ ━━━━━━━ ◈
"Pak, saya ingin meminta konfirmasi terkait Grand Opening hotel terbaru JS Group."
"Saya akan datang."
"Baik. Sendiri atau berdua? Akan saya siapkan isi limosin untuk dua orang jika-"
"Dua orang."
"Baik, Pak."
Setelah mendapatkan jawaban yang dia butuhkan, sosok paruh baya itu bergegas meninggalkan ruangan Jungkook. Jungkook yang sejak tadi menimbang-nimbang haruskah dia menelepon Jimin atau tidak, berakhir dengan menelepon kakak dari Jimin. Tepat di dering kedua, suara Seokjin dapat terdengar di seberang sana.
"Halo? Ada apa?"
"Gue udah kelarin masalah si Baek sialan itu."
"Oh ya? 100%?"
"100% aman."
"Berarti gue gak perlu mikirin apa-apa lagi nih ya?"
"Iya, udah gue urus tuntas. Nanti malem dateng?"
"Dateng dong. Siapa tau dapet partner kerja sama baru."
"Oke, tapi jangan kaget nanti waktu ketemu gue."
"Kaget kenapa emang?"
"Lo liat aja nanti."
"Hah?"
Sebelum sang teman melayangkan pertanyaan, Jungkook telah memutuskan sambungan telepon mereka. Biar saja dia menyaksikan sendiri apa yang Jungkook maksud nanti malam.
"Yang penting gue udah kasih peringatan di awal."
|
⋆◈ ━━━━━━━ ⸙⸙ ━━━━━━━ ◈
- to be continued -
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Wrong? [M] ㅡ Kookmin FF
Fanfiction[ on-going ] Di mana Park Jimin sangat putus asa mencari sugar daddy untuk memenuhi kebutuhan hidup (mewah) nya. Dan ketika dia menemukannya, Jimin baru menyadari satu hal. Bukan dia yang menemukan sugar daddy, justru dia 'ditemukan' oleh sugar dadd...