Jungkook menjemput Jimin di rumahnya tepat pukul tujuh malam tanpa Jimin memberikan alamat rumahnya pada Jungkook. Jimin tidak sempat menyadari hal itu, dia hanya merasa ada hal yang aneh ketika dia melihat limosin sudah terhenti di depan rumahnya. Jimin yang sudah siap sepenuhnya segera turun dan menghampiri sugar daddy-nya yang sama sekali belum dia ketahui wajahnya. Satu-satunya yang dia ketahui hanyalah marganya. Tepat setelah dia membuka pintu, sosok gagah telah berdiri membelakanginya menghadap limosin hitam yang tampak seperti masih baru.
"Pak?" panggilnya dengan suara sedikit bergetar. Pasalnya Jimin memikirkan banyak hal menakutkan perihal sugar daddy-nya itu. Bagaimana jika sugar daddy-nya berpenampilan sangar dan menakutkan? Atau bagaimana jika wajahnya tidak setampan yang dia bayangkan? Namun ketika yang dipanggil membalikkan badannya, semua kekhawatiran Jimin lenyap seketika. Bukan lenyap hilang tanpa bekas, justru kekhawatirannya berganti menjadi kekhawatiran lain.
"L-loh, ini temennya kak Jin, kan?"
"Sudah siap, Jimin?"
"Loh sebentar sebentar, ih ini maksudnya gimana kak? Ngapain di sini? Disuruh kak Jin? Aku lagi mau keluar, jadi jangan bilang kakak disuruh kak Jin jagain aku ya."
"Keluar sama sugar daddy-mu?"
"Kok tau???"
"Saya, sugar daddy-mu, Jimin. Kamu tau kan saya benci menunggu? Ini pakaianmu, sekarang masuk mobil dan ganti pakaianmu."
"E-anu, mmm gimana maksudnya k-pak eh- daddy.."
"Kamu belum hafal peraturan dari saya, ya?"
"Siapa juga yang bakal hafal, peraturannya sepanjang jalan kenangan gitu."
"Karena ini tugas pertamamu, I'll let it slide for now."
"Sebentar pak saya ganti baju dulu-" baru saja Jimin akan kembali masuk ke dalam rumahnya, lengannya sudah diraih Jungkook.
"Mau ke mana?"
"Ganti baju."
"Di mobil saja, saya sudah terlambat ini."
"Kok di mobil?"
"Di mobil."
Dengan bibir yang maju karena rasa kesal, Jimin terpaksa masuk ke dalam mobil limosin milik teman sang kakak. Tepat ketika Jimin akan membuka pakaiannya yang sedang dia kenakan, pintu mobil itu kembali terbuka dan masuklah sosok Jungkook yang kemudian duduk di sebelah Jimin.
"Loh, saya belum ganti baju."
"Ya sudah ganti baju sekarang."
"Ih keluar dulu dong?"
"Kita sudah terlambat, Jimin. Kamu ganti baju saja, Pak Lee tidak akan bisa melihat ke belakang."
"Hmm.. oke, tapi ada syaratnya."
"Syarat?"
"Iya syarat. Kita tentuin dulu saya harus panggil bapak pakai sebutan apa. Kita ini kan sugar daddy sama sugar baby, tapi aku dilarang panggil daddy, gak boleh panggil nama juga. Terus panggil apa?"
"Apapun, terserah kamu."
"Mmmm kak?"
"...bukannya agak aneh kamu panggil saya kak?"
"Aneh kenapa?"
"Ganti."
"Yaudah panggil pak aja deh."
Jungkook hanya menggelengkan kepalanya dan menyandarkan tubuhnya ke belakang sebelum memejamkan matanya. Air mukanya terlihat jelas bahwa dia sedang dilanda lelah yang sangat menyiksa. Mungkin lebih baik Jimin tidak memperburuk suasana. Jadi dia memutuskan untuk mengganti pakaiannya dalam diam. Duduk di sanding Jungkook, membuka pakaiannya yang sedang dia pakai perlahan berusaha untuk tidak membuat suara apapun. Di samping tidak ingin memperburuk suasana hati Jungkook, Jimin tidak ingin Jungkook membuka matanya dan mereka berdua harus berada dalam kondisi canggung di mana tubuh bagian atas Jimin sedang tidak terbalut sehelai kain pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Wrong? [M] ㅡ Kookmin FF
Fanfiction[ on-going ] Di mana Park Jimin sangat putus asa mencari sugar daddy untuk memenuhi kebutuhan hidup (mewah) nya. Dan ketika dia menemukannya, Jimin baru menyadari satu hal. Bukan dia yang menemukan sugar daddy, justru dia 'ditemukan' oleh sugar dadd...