Jungkook yang berjalan masih dengan pikiran kosong, terus melangkah ke bawah menuju ruang tengah di mana teman-temannya masih berkumpul di sana. Sepasang mata tertuju padanya.
"Dari mana? Sini main."
Pandangannya terangkat, menangkap sosok Namjoon yang lengannya bersandar di kursi tepat di belakang punggung sang kekasih sekaligus sang tuan rumah. Pemandangan yang menjijikkan bagi Jungkook.
"Gue pulang duluan deh, kalian lanjut aja diabisin itu makanannya."
"Lah cepet amat, main seronde lagi lah ayo lawan Hoseok nih."
"Lo aja deh Jin, gue pulang duluan kepala gue pusing. Kapan-kapan deh kita main lagi ya."
"Gak asik lo ah, yaudah hati-hati di jalan."
"Yok."
Dengan percakapan singkat itu, mereka mengakhiri pertemuan mereka hari ini. Oh, hanya bagi Jungkook, karena sisanya tentu masih lanjut bermain hingga larut seperti biasanya.
|
⋆◈ ━━━━━━━ ⸙⸙ ━━━━━━━ ◈
Melempar pintu mobilnya tanpa ampun ketika mesin mobilnya berhenti, melangkah berat setelah mengacak surai legamnya sendiri. Kini Jungkook telah berada di kediamannya. Hening seperti biasa, namun jantungnya jauh dari kata hening. Berisik karena sesaknya penantian, pun menyiksanya sebuah penasaran. Jungkook ingin segera mendarat di kasurnya dengan ponsel di tangannya. Enggan menunggu lebih lama lagi untuk memeriksa aktivitas akun sugar baby milik Jimin. Untuk apa pula Jungkook terusik oleh niat Jimin untuk mencari seorang sugar daddy, tidak ada yang tahu bahkan dirinya sendiri.
Setelah perjalanan pendek yang terasa sangat panjang itu, Jungkook berhasil menaklukkan jarak hingga tiba di kamarnya sendiri. Meraih ponselnya dengan bibir bergerak menghasilkan suara lirih serupa permohonan, berharap Jimin mengurungkan niatnya untuk mencari seorang sugar daddy. Bukannya dia ingin mencampuri hidup orang asing, namun orang asing ini tak sepenuhnya asing baginya mengingat dia adalah adik dari teman karibnya. Apa yang dilakukan Jimin bisa saja berdampak langsung pada temannya. Tentu itu adalah hal terakhir yang ingin Jungkook saksikan. Dia begitu enggan menyaksikan temannya jatuh hingga dia sendiri yang harus turun tangan menangani adik Seokjin yang cukup memberikan beban di hidup Seokjin.
Terkenal dengan hidupnya yang nyaris sempurna, tampaknya takdir menentang dirinya untuk sekali ini. Harapannya yang dihaturkan beberapa detik lalu tidak berbuah. Tepat ketika dia membuka akun twitter khusus miliknya yang baru saja dia buat, satu cuitan memaksa kedua alisnya bertautan. Cuitan dimana Jimin sedang mendeklarasikan bahwa dirinya membutuhkan seorang sugar daddy. Terlihat cuitan tidak berdasar itu telah mendapatkan beberapa respon yang jumlahnya tidak bisa dibilang sedikit. Menyadari hal ini, Jungkook tanpa pikir panjang segera melakukan aksinya. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, yang dia tahu hanyalah dia tidak dapat membiarkan Jimin memiliki seorang sugar daddy. Tentu jika dia adalah seseorang itu, maka itu menjadi sebuah pengecualian.
Usai memberikan respon yang sekiranya dapat menarik perhatian Jimin, Jungkook meletakkan kembali ponselnya untuk menunggu sebuah pesan langsung dari Jimin. Baru saja dia hendak meninggalkan ponselnya dan menuju kamar mandi, sebuah dentingan menerobos pendengarannya. Mengurungkan niatnya untuk membersihkan diri, Jungkook segera kembali mengambil ponselnya. Memeriksa notifikasi yang beruntungnya itu adalah pesan langsung dari Jimin.
"Finally." singkatnya sebelum membuka pesan itu dan membalasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Wrong? [M] ㅡ Kookmin FF
Fanfic[ on-going ] Di mana Park Jimin sangat putus asa mencari sugar daddy untuk memenuhi kebutuhan hidup (mewah) nya. Dan ketika dia menemukannya, Jimin baru menyadari satu hal. Bukan dia yang menemukan sugar daddy, justru dia 'ditemukan' oleh sugar dadd...