Unexpected Lesson

981 89 69
                                    

Yang Tidak Diundang.

|

◈ ━━━━━━━ ⸙⸙ ━━━━━━━ ◈

Bosan mulai menyapa ketika Jungkook tengah menggulir ponselnya di laman yang memuat profil Jimin. Ibu jarinya berhenti bergerak, napasnya sempat terhenti sejenak sebelum akhirnya dilepaskan kasar. Jungkook menyerah, tubuhnya bangkit dan melangkah pergi dari kamar sang teman. Mungkin Jimin belum mulai mencari masalah di akun twitternya. Pilihan terakhirnya adalah kembali ke tengah-tengah teman-temannya yang berisik di lantai bawah.

Baru saja beberapa langkah dia menjauhi kamar Seokjin, kedua netranya menangkap sosok Taehyung yang sedang berlari kecil di tangga menuju ke lantai bawah. Membuatnya menaikkan sebelah alisnya. Satu kesimpulan terbentuk dalam pikirannya. Jimin sedang sendirian. Entah mengapa wujud kesimpulan yang didapatkannya itu terlihat begitu indah hingga seulas senyum singgah di bibirnya. Meskipun sesaat, namun senyuman itu menyiratkan makna yang sangat kuat. Tanpa diminta, kedua kakinya mendekati pintu kamar Jimin yang terlihat cukup tenang. Setidaknya begitu sebelum akhirnya pintu itu secara tiba-tiba terbuka dengan satu gerakan kasar, menampilkan sosok mungil Jimin yang nyaris menabraknya. Rasa kesal sempat menghampiri Jungkook. Bukan karena tubuh bagian depan Jimin hampir menabrak tubuh bagian depannya, justru sebaliknya. Betapa dia ingin menarik tubuh mungil itu agar menekan tubuhnya yang entah mengapa terasa sedikit tegang berada sedekat itu dengan Jimin.

Jimin yang sama sekali tidak menyadari di kondisi apa dia sedang berada kali ini, mendongakkan kepalanya dengan kerucut mungil menghiasi bibirnya. Air mukanya seolah sedang meneriakkan satu protes yang panjang. Alis Jungkook yang tadi terlihat santai dengan terpaksa ditautkan, menunjukkan wajah tidak suka ketika sebenarnya hatinya sedang melompat bersemangat. Kepalanya dimiringkan beberapa derajat, netranya terpaku lurus pada milik Jimin. Enggan untuk berpaling barang sedetik pun. Jimin yang dibuat sedikit terkejut dengan aura mendominasi yang dipancarkan tanpa usaha oleh sosok di hadapannya itu sedikit melangkah mundur, tidak tahu harus berbuat apa.

"Teman kak Jin, ya?"

Sebesar apapun Jimin menginginkan dan menunggu sebuah jawaban, sepertinya sosok di hadapannya itu sama sekali tidak memiliki niat untuk menjawabnya. Sedikit kesal, giliran Jimin tiba untuk menautkan alisnya.

"Mau apa? Cari kamar mandi? Kamar mandi tamunya bukan di sini, ada di ujung san-"

"Di kamarmu ada?"

Tidak mengerti dengan apa yang dimaksudkan, Jimin mengangkat kedua alisnya sebelum sebuah "Hm?" terdengar lirih dari bibirnya. Jimin yang memperkirakan sebuah kalimat sebagai jawaban harus segera mengembalikan kesadarannya ketika tubuh Jungkook yang tidak bisa dibilang kecil itu melangkah maju, dengan sengaja menabrak tubuh mungil miliknya. Tanpa usaha untuk melawan, Jimin melangkah mundur hingga tubuh keduanya melewati batas pintu kamar Jimin.

"Kamar mandi. Di kamarmu ada, kan?"

"Oh.. iya ada tapi kan bukan buat tamu-"

"Ada beberapa alasan dan kemungkinan yang membuat saya tidak pantas disebut sebagai tamu, Jimin." Suara Jungkook masih terdengar tegas setegas langkahnya yang terus mendorong tubuh Jimin hingga mereka benar-benar berada di dalam kamar Jimin di detik ini.

'Klek' Jimin yang menyadari pintu kamarnya telah tertutup di belakang tubuh Jungkook, mengintip ke balik tubuh Jungkook. Sedikit tidak mengerti mengapa teman kakaknya itu masuk ke dalam kamarnya dan harus menutup pintu kamarnya ketika mereka berdua sedang berada di dalamnya.

"Jadi maksudnya kakak ini mau pakai kamar mandiku? Tapi kan kakak tamu di sini. Ya jelas disebutnya tamu dong?"

"Saya dengar tadi kamu sedang mencari sugar daddy?"

Am I Wrong? [M] ㅡ Kookmin FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang