1. Zahir

628 103 50
                                    

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ

"Bukankah cinta tidak mengenal kasta? Cukup satu keyakinan, itu sudah tidak ada lagi penghalang bagiku untuk mencintaimu."

☁☁☁

Suasana pondok pesantren Al-Farouq yang biasanya sepi dan tenang tiba-tiba menjadi riuh. Pagi ini di pesantren di hebohkan dengan sebuah berita baru. Bahkan seluruh penjuru pesantren membicarakan berita itu.

Pondok pesantren Al-Farouq pagi ini di hebohkan dengan kabar bahwa anak pemilik pesantren ini akan segera pulang dari mesir. Setelah empat tahun lamanya study di mesir kini ia akan segera kembali.

Anak pendiri pesantren ini di kenal dengan keshalihan dan kecantikannya, siapapun yang melihatnya akan jatuh cinta pada pandangan pertama.

Di sebuah ruangan yang cukup sederhana, dengan tiga kasur tertata rapi, terdapat tiga orang yang juga membicarakan anak pendiri pondok pesantren itu. Seketika anak pendiri pondok pesantren menjadi trending di pagi ini.

"Saya teh kangen pisan sama ning Ruqayya." ucap Yusuf.

"Iya, ning Ruqayya orangnya sholihah banget." timpal Zaki.

"Nama anak kiyai Rahman, Ruqayya?" tanya Zahir, yang sedari tadi hanya diam menyimak cerita kedua sahabatnya itu.

"Iya Hir, beuh ning Ruqayya teh geulis pisan!" ucap Yusuf dengan menggebu-gebu.

"Antum kalo lihat ning Ruqayya bakal jatuh cinta dah!" timpal Zaki.

"Wih, saya jadi penasaran sama ning Ruqayya. Siapa tahu saya jodoh kan sama dia?" ucap Zahir dengan penuh percaya diri. Membuat kedua sahabatnya tertawa terbahak-bahak.

"Antum teh Zahir, kalo mimpi nggak usah ketinggian nanti kalo jatuh sakit." ucap Yusuf.

"Ada-ada aja antum Zahir, dia kan seorang ning, anak kiyai Rahman pemilik pesantren ini. Pasti ning Ruqayya jodohnya seorang Gus Lah." timpal Zaki.

"Nggak ada yang tau soal jodoh! Bukannya jodoh itu urusan Allah ya? Kok kalian udah mendeskripsikan kalo ning Ruqayya bakal berjodoh sama seorang gus? Emang kalian tau darimana? Emangnya kalo seorang ning harus menikah dengan seorang gus?" tanya Zahir, membuat kedua sahabatnya terbungkam.

"Anu, emmm, Nggak juga sih. Udah atuh bahas ning Ruqayya nya, mending kita sholat dhuha aja. Nggak baik bicarain lawan jenis terus, nanti jadi Zina hati." ucap Yusuf, yang di setujui kedua sahabatnya.

Ketiganya pun menyudahi percakapannya, dan pergi ke mushola untuk melaksanakan sholat dhuha. Begitulah awal kisah perjuangan cinta seorang Zahir, untuk mendapatkan hati seorang ning. Baginya tidak ada yang mustahil di dunia ini, bukankah di dalam islam menikah itu tidak mengenal kasta dan status? Cukup satu keyakinan itu sudah cukup. Bukankah seperti itu?

Muhammad Zahir Al-Ghofir, salah satu santri di pondok pesantren Al-Farouq, yang berada di kota bogor, ia menuntut ilmu di pondok ini baru dua bulan, jadi karena itu ia tidak mengenali seorang ning Ruqayya. Tetapi entah kenapa mendengar namanya saja sudah membuat hati Zahir meleleh, apakah itu yang dinamakan cinta? Entahlah Zahir belum tahu apa itu cinta.

Zahir sekarang duduk di bangku Madrasah Aliyah kelas sebelas, di MA Al-Farouq. Zahir mempunyai wajah yang tampan, imut, dan lucu, siapapun akan gemas kepada dirinya.

Zahir mempunyai dua sahabat karin yang sudah akrab dengan-nya. Yaitu Yusuf dan Zaki. Yusuf yang asli bandung, sehingga setiap kali dia bicara akan ia selipkan bahasa sunda. Berbeda dengan Zahir dan Zaki, keduanya asli orang jakarta.

Assalamu'alaikum Ning Ruqayya[SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang