2. Ruqayya

270 88 36
                                    

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ

"Cemburu adalah satu kata yang mewakili betapa besar cintaku padamu."

~Muhammad Zahir Al-Ghofir~

☁☁☁

"Alhamdulillah, syukron ya nak. InshaAllah nanti kamu akan di bimbing oleh anak kiyai. Ruqayya."

Ucapan kiyai Rahman masih saja terngiang di kepala Zahir, sungguh senang hatinya saat ini. Rasanya tak sabar ia bertemu dengan ning Ruqayya dan di bimbing olehnya.

Semesta kali ini berpihak kepadanya, dan tak mustahil jika ia meminta ning Ruqayya untuk menjadi jodohnya.

Sepanjang perjalanan Zahir senyum-senyum sendiri, ia mengabaikan orang di sekitarnya yang berfikir dirinya aneh. Bodoamat yang penting hatinya senang.

"Assalamu'alaikum Ning Ruqayya, Zahir datang!" teriak Zahir, ia tak kuasa menahan kesenangan hatinya.

Zahir tersenyum kikuk, ia baru sadar jika banyak santri dan santriwati melihat keanehan dirinya, segera ia menetralisir jantungnya dan bersikap biasa. Bisa gawat kalo ia di bilang orang gila!

Zahir pun berlari kecil, sambil menutupi wajahnya, lihatlah belum juga mengenal ning Ruqayya sikapnya sudah seperti orang gila, apalagi jika ia sudah bertemu langsung, bisa sesak nafas Zahir nanti.

"Akhi Zahir!" panggil seseorang. Membuat Zahir menghentikan langkahnya dan berbalik melihat orang yang memanggil-nya, yang ternyata adalah salah satu santriwati, yang sepertinya habis dari luar.

"Ada apa ukhty Suci?" tanya Zahir. Santriwati itu adalah Suci.

Suci adalah salah satu santriwati diSuci pondok pesantren Al-Farouq, ia juga seumuran dengan Zahir. Diam-diam ia juga mencintai seorang Zahir, mengirimkan surat cinta di dalam setiap sepertiga malamnya, memohon kepada sang kholik agar Zahir di satukan olehnya.

Suci memiliki wajah yang cantik, hal yang membuat dirinya semakin manis adalah terdapat lesung pipi di pipi kanannya. Banyak para santri menyukainya, tak jarang ia mendapatkan surat cinta dari para santri, tetapi tak satupun surat itu ia balas karena hanya satu laki-laki yang dapat memikat hatinya, yaitu seorang Muhammad Zahir Al-ghofir.

Suci nampak malu-malu, membuat Zahir menjadi bingung sendiri akan sikap Suci.

"Ukhty,"

"Akhi,"

Keduanya memanggil dengan bersamaan, membuat pipi Suci memanas. Lihatlah pipi gadis itu sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Emm, ukhti Suci ngomong duluan." ucap Zahir.

"Akhi Zahir aja yang ngomong duluan." balas Suci, yang masih dengan malu-malu.

"Oke dah. Ukhti Suci ngapain manggil saya?" tanya Zahir to the point.

"Anu emm, ini saya habis ke supermarket, dan beli cokelat. Saya beli dua, satunya lagi buat akhi ya." Suci menyodorkan satu cokelat silverqueen kepada Zahir. Bukan Zahir namanya jika tidak menerima makanan gratis. Yap, Zahir tanpa malu-malu langsung mengambil cokelat dari tangan Suci, rezeki tidak boleh di tolak, itulah pikirnya.

"Makasih ya." ucap Zahir.

"Sama-sama akhi, semoga kamu suka." balas Suci dengan senyum tak lepas dari bibirnya.

"Yaudah kalo gitu saya pergi lagi, udah sana kamu masuk kedalam, jangan di luar, apalagi ini udah mau masuk wilayah ikhwan, takutnya nanti kamu ketauan pengurus bisa di hukum." ucap Zahir.

Assalamu'alaikum Ning Ruqayya[SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang