9. Zahir & Ruqayya

141 60 0
                                    

Pengumuman! Diharapkan sebelum baca di vote dulu baru coment!

Vote!

Astaghfirullah vote!

Ih ngeyel di bilang vote juga!

Nah kalo udah vote, next ke cerita..

••oOo•••
H a p p y
R e a d i n g
••oOo•••

☁☁☁

Di sela-sela mereka tertawa tiba-tiba ada seseorang yang memanggil nama Suci. Membuat keduanya kompak menoleh kesumber suara.

Orang itu mendekat kearah Suci sambil membawakan coklat. "Coklat ini buat ukhty. Syukron sudah mau mendengarkan curhat saya kemarin." ucap orang itu dengan senyuman yang sangat manis. Membuat siapa yang melihat senyuman itu akan terbius.

"Akhi Zahir?"

Iya, orang itu adalah Zahir. Pemuda yang selama ini Suci cintai.

"Tolong ambil coklat ini ukh." ucap Zahir tulus. Suci pun mengangguk dan meraih coklat yang di berikan oleh Zahir. Jangan di tanyakan kondisi jantung Suci, karena saat ini jantungnya sedang tidak baik-baik saja. Siapa saja tolong bawa Suci kerumah sakit! Sekarang!

"Syukron ya akhi." ucap Suci dengan tersenyum manis.

Zahir mengangguk "Kalo begitu saya pamit. Assalamu'alaikum." pamit Zahir.

"Waalaikumsalam."

Pandangan Suci tak lepas dari sosok Zahir, ia memandang punggung Zahir yang kian menghilang tertelan jarak. Sampai sosok itu tak terlihat oleh pandangannya lagi, Suci pun beralih menatap sebungkus coklat yang berada di tangannya, seketika kedua sudut bibirnya melengkung menciptakan senyuman manis.

"Ciee yang abis di kasih coklat sama pangerannya." Fania tersenyum sembari meledek.

"Ih apaan sih? Aku nggak boleh baper, dia itu ngasih karena kemarin aku dengerin curhatannya. Nggak lebih!" elak Suci.

"Mulut berkata nggak baper, tapi pipi lo berkata lain, karena saat ini pipi lo kayak kepiting rebus tau nggak? Merah banget ya ampun, ngakak gue!"  Fania tertawa penuh kemenangan, sedangkan yang di tertawakan hanya mendengus kesal. Teman macam apa ini? Sahabatnya mau moveon malah di ledek? Dasar Fania!

"Udah ah ketawanya, udah mau masuk nih." ucap Suci.

Fania menghentikan tawanya. "Yaudah ayok."

☁☁☁

Seorang pemuda saat ini tengah menghafalkan ayat suci Al-Quran. Taman belakang pesantren adalah tempat ternyamannya. Satu persatu surah sudah ia hafal. Ia bercita-cita untuk menjadi seorang Hafidz Qur'an, agar kelak ia dapat memberikan mahkota dan jubah kebesaran untuk kedua orang tuanya. Ya, mungkin itu salah satu bakti dari seorang Zahir kepada kedua orang tuanya.

Dari Buraidah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang menghafal Al Qur'an, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari."

"Zahir!"

Di sela-sela Zahir sedang melantunkan Alquran, tiba-tiba seseorang memanggilnya, membuat dirinya menoleh kesumber suara.

Assalamu'alaikum Ning Ruqayya[SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang