Sebelum baca di wajibkan vote!
Tau gak sih, Nida tuh lama update karena kesel sama kalian yang baca tapi gak tinggalin jejak. Jujur Nida kecewa banget!
Kalian tau gak, satu vote itu berharga banget untuk para author, apalagi author pemula seperti Nida.
So, hargai penulis ya cantik, ganteng, dengan cara vote!!!!
Kalo vote-nya ada 10 aja, Nida langsung double update deh. Ets bukan 10k ya! Nida hanya minta 10 orang. Klo lebih huwaaaa Nida seneng banget😭!
Sesenang itu kan Nida? Buat orang bahagia dapat pahala loh!
Oke next kecerita!
☁☁☁
Happy Reading
•oOo•
Seorang gadis tengah duduk di kamar dengan tangan memeluk lututnya, sesekali ia menyeka air matanya agar tidak kembali tumpah.
Terdengar suara pintu yang kamar terbuka, tampaklah seorang gadis yang ternyata adalah Fania, yang terkejut melihat pemandangan di depannya. Dimana seorang gadis cantik yang sedang menangis yang terlihat sangat menyedihkan.
"Assalamu, ya ampun Humaira lo kenapa?!" pekik Fania yang langsung memeluk sahabatnya yang tak lain ada Suci Humaira Al-husna.
Fania memang sengaja memanggil Suci dengan sebutan Humaira. Katanya biar beda sendiri dengan orang lain, agar lebih spesial. Padahal ada seseorang yang sejak dulu sudah memanggilnya dengan sebutan Humaira. Ah, sudahlah memikirkan itu hanya membuat luka kembali terbuka.
Fania melepaskan pelukannya, dan menatap selidik kearah Suci yang saat ini juga sedang menatap manik mata hitam pekat Fania dengan tatapan kosong.
"Lo kenapa nangis, Humaira?" tanya Fania dengan lembut.
"Zahir." jawab Suci pelan, suaranya serak karena terlalu banyak menangis. Iya, selepas pulang dari taman dan mendengarkan curhat dari Zahir, hatinya sangat sesak. Bagaimana tidak sesak, orang yang ia cintai ternyata sudah mencintai orang lain, bahkan menceritakan semuanya dengan dirinya, yang bahkan saat itu ia mati-matian untuk tidak sampai meneteskan air mata di hadapannya.
Suci menceritakan kepada Fania sebab kenapa ia menangis, dari awal sampai akhir tidak ada satupun yang ia lewatkan, Fania pun menjadi pendengar yang baik. Dalam persahabatan Suci dan Fania ada peraturan dimana mereka berdua saling terbuka satu sama lain. Jadi, tidak masalah jika Suci menceritakan hal ini kepada Fania.
"Gue boleh ngatain lo nggak sih, Humaira?!" ucap Fania, yang sudah selesai mendengarkan cerita Suci. Ia merasa kesal kenapa sahabatnya ini bodoh sekali jika dalam urusan cinta. Terlalu bucin menurut Fania.
"Boleh." jawab Suci enteng, pandangan matanya sayu. Sampai Fania mengurungkan niatnya untuk mengatai sahabatnya itu. Ia hanya tidak tega!
"Humaira, coba lo liat mata gue." perintah Fania, Suci pun menurutinya, ia menatap mata hitam pekat milik Fania.
Fania memegang kedua pundak Suci. "Gue nggak mau ngajarin lo munafik, Humaira. Yang nyuruh lo seperti Zulaikha yang dulunya mengejar cinta nabi Yusuf lalu nabi Yusuf menjauhinya. Lalu Zulaikha mengejar cinta Allah, dan Allah mendatangkan nabi Yusuf kepadanya. Dan gue yakin lo lebih paham kisah ini daripada gue." Fania menatap manik mata coklat milik Suci dengan pekat. "Tapi gue nggak mau nyuruh lo deketin Allah hanya karena seorang Zahir. Gue nggak mau ngajarin lo munafik, Humaira. Jadi saran gue mending lo fokus belajar dulu, jangan main cinta-cintaan, jujur gue bingung kalo ngomong soal percintaan. Pala gue kayak mau pecah tau nggak!" Fania sangat prustasi sampai ia pura-pura menangis, yang membuat Suci tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum Ning Ruqayya[SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Sudah Terbit] Sebagian Chapter sudah di hapus! "Ning Ruqayya!" panggil salah satu santri, membuat langkah Ruqayya terhenti. "Ada apa de, memanggil saya?" tanya Ruqayya. "Jangan panggil saya de dong Ning, panggil Zahir aja. Saya kan calon imam Ni...