بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
"Hanya mengagumi, bukan mencintai. Ingat mengagumi!"
-Ruqayya Al-ghifariah-
☁☁☁
Hampir seminggu sudah Zahir, Yusuf dan Zaki latihan untuk lomba cerdas cermat, kini tiba saatnya mereka akan mengikuti lomba tersebut.
Saat ini ketiganya sudah rapih dengan seragam sekolah Al-Farouq tak lupa almamater kebanggaan melekat di badanya.
Zahir tak henti-henti menyisir rambutnya di depan cermin, karena hari ini ia harus berpenampilan sebaik mungkin, agar Ning Ruqayya terpikat olehnya. Astaghfirullah Zahir!
Setelah sekian abad lamanya akhirnya Zahir telah selesai merapihkan rambut. Perfect!
Tampak olehnya Yusuf dan Zaki yang sedang menunggu dirinya. Yusuf yang bersender di ambang pintu kamar sedangkan Zaki sedang berjongkok sambil memutar-mutarkan pulpen di tangannya. Tak lupa mereka memberikan sorot mata tajam ke arah Zahir, seolah-olah sedang mengintimidasi dirinya.
"Sudah selesai dandanya?" sindir Zaki, yang memang sudah sangat gabut!
Zahir cengegesan. "Udah, nih lihat udah keren kan?" Zahir berkata seolah-olah tanpa rasa bersalah.
Zaki memutar bola matanya malas. "Ganteng mah bebas!" ucapnya.
"Udah atuh yuk, nanti Ning Ruqayya nungguin kita." ucap Yusuf.
Ketiganya pun langsung pergi menuju ndalem. Tapi di tengah perjalanan tiba-tiba ada yang memanggil nama Zahir, membuat Zahir, Yusuf dan Zaki menghentikan langkahnya.
Terlihat oleh mereka seorang ukhti yang cantik dengan lesung pipi di wajah manisnya, siapa lagi jika bukan Suci Humairah Al-husna.
Suci nampak berlari kecil menuju kearah Zahir. "Fii amanillah akhi, Saya berdoa semoga kalian menang!" ucap Suci dengan senyuman yang merekah di wajahnya.
"Syukron ukhti Suci. Kalo begitu kita pamit dulu." ucap Zahir.
"Aduh-aduh kayaknya ada cinta bersemi di pesantren nih." celetuk Yusuf, membuat Suci tersipu malu sedangkan Zahir hanya tersenyum tipis.
"Yaudah yuk kita pergi, nanti takut telat." ucap Zaki yang di setujui oleh Zahir dan Yusuf.
Mereka pun berpamitan kepada Suci. Suci menatap kepergian Zahir, senyuman tak pernah pudar dari wajahnya.
Suci menghela nafas. "Apa aku bisa seperti Fatimah yang mencintai Ali dalam diamnya? Tapi tak jarang aku juga ingin seperti Khodijah yang ingin mengutarakan perasaannya kepada Rasulullah." lirih Suci. "Saya mencintai kamu, Zahir." sambungnya.
☁☁☁
Zahir, Yusuf dan Zaki saat ini sudah berada di dalam mobil untuk menuju tempat perlombaan bersama Ruqayya dan juga Hanan.
Zahir duduk berada di belakang di pertengahan antara Yusuf dan juga Zaki, sedangkan Ruqayya duduk di depan tentu saja di samping Hanan, yang saat ini sedang mengemudi mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum Ning Ruqayya[SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Sudah Terbit] Sebagian Chapter sudah di hapus! "Ning Ruqayya!" panggil salah satu santri, membuat langkah Ruqayya terhenti. "Ada apa de, memanggil saya?" tanya Ruqayya. "Jangan panggil saya de dong Ning, panggil Zahir aja. Saya kan calon imam Ni...