6. Sesak

175 69 5
                                    

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ

"Perihal jodoh tidak ada yang tahu. Saya akan sematkan nama Ruqayyah di dalam doa saya. Biarlah doa dan takdir beradu di langit"

-Muhammad Zahir Al-ghofir-

☁☁☁

"Apa latar belakang yang menyebabkan perang Riddah? Dan siapa yang memimpin perang itu?"

Satu detik,

Dua detik,

Tiga detik, bahkan sampai lima detik belum juga ada yang menjawab pertanyaannya. Membuat suasana di ruangan semakin tegang. Hingga pada akhirnya suara tombol pun berbunyi.

'Tet'

Seorang laki-laki tampan dan jangan lupa wajah imutnya yang membuat siapa saja yang melihatnya akan terpana. Iya, laki-laki itu adalah Zahir dengan sedikit senyuman ia pun mulai menjawab pertanyaan juri tersebut.

"Perang Riddah adalah perang melawan orang-orang murtad. Penyebab perang Riddah karena suku-suku bangsa Arab pada saat itu tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan Abu Bakar di Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Rasulullah, dengan sendirinya batal setelah Rasulullah wafat. Perang Riddah sendiri di pimpin oleh Kholid bin Walid." jelas Zahir.

"Iya jawaban yang benar. Selamat tim Al-Farouq mendapatkan 600 point." ucap juri dengan lantang. Seketika suara tepuk tangan bergemuruh di dalam ruangan itu, membuat Zahir dan kedua temannya tersenyum bangga.

"Selamat untuk Madrasah Aliyah Al-Farouq, karena telah memenangkan Olimpiade ini." ucap juri itu lagi.

Ruqayyah tak henti-hentinya mengucapkan syukur, ia memang sangat mengakui dan mengagumi jika Zahir memang santri yang cerdas. Ia akan berencana akan memberikan hadiah kepada tiga anak itu yang sudah membanggakan pesantren milik abahnya.

Kini tiba saatnya Zahir, Yusuf dan Zaki maju kedepan untuk meraih sebuah piala penghargaan. Senyum Zahir mengembang di saat Ruqayyah sedang tersenyum kearahnya. Senyum yang sangat manis.

Juri memberikan sebuah piala kepada Zahir, lalu berpotret beberapa kali. Hatinya saat ini sangat senang, akhirnya ia bisa membuat bangga untuk pesantren-nya.

"Kamu memang anak yang berbakat. Apa nama kamu, Zahir?" tanya juri yang berjenis perempuan yang tampaknya seumuran dengan Ruqayyah.

Zahir menganguk mantap. "Iya, Muhammad Zahir Al-ghofir." ucap Zahir seraya menyebutkan nama lengkapnya, dengan tersenyum ramah, membuat siapapun yang melihat Zahir pasti akan meleleh dengan pesonanya.

"Nama yang bagus. Perkenalkan nama saya Sabila. Apa kamu kenal Suci?" tanya juri itu yang bernama Sabila, mendengar nama Suci seketika Zahir menganggukkan kepalanya dengan cepat bahwa dirinya sangat kenal dengan gadis manis itu.

"Suci itu,, " belum sempat Sabila meneruskan kalimatnya, sebuah teguran sudah memotong pembicaraannya, membuat Sabila tersenyum kikuk.

"Maaf, Bil. Sekarang saatnya sesi foto bersama dengan para gurunya." ucap juri lainnya yang berjenis kelamin laki-laki, yang tampak seumuran dengan Sabila. Sabila pun mempersilakan-nya.

Assalamu'alaikum Ning Ruqayya[SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang