12. Hati yang mulai Goyah

124 58 0
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote ya!

•••oOo•••
H A P P Y
R E A D I N G
•••oOo•••

Pagi ini suasana pondok pesantren tampak ramai. Semua santri di sibukan dengan tugas mereka masing-masing untuk persiapan acara kelulusan besok.

Ada yang sibuk mendekorasi panggung, mempersiapkan konsumsi untuk jamuan besok dan masih banyak lagi.

Saat ini Zahir dan Suci sedang latihan di ruang musik di temani oleh Fania, Yusuf dan Zaki. Keduanya sudah latihan selama seminggu membuat nasyid yang di bawakan oleh Suci yang di padukan petikan gitar sudah terdengar pas di telinga.

Di saat mereka menikmati alunan musik tiba-tiba pintu terbuka menampilkan sosok gadis yang anggun, siapa lagi jika bukan anak dari Kiyai pemilik pesantren ini?

"Ning Ruqayya?" ucap Zahir.

Ruqayya tampak tersenyum "Ternyata ini adalah suara musik kamu. MasyaAllah bagus banget!" puji Ruqayya.

Zahir yang di puji Ruqayya tampak mengembangkan senyumannya "Syukron Ning." ucap Zahir.

Mata Ruqayya beralih menatap Suci yang saat ini sedang menundukkan kepalanya "Nama kamu siapa? Suara kamu juga merdu banget, saya suka!"seru Ruqayya.

Suci mendongakkan kepalanya menatap Ruqayya yang saat ini tersenyum ke arahnya " Suci, Ning." balas Suci dengan tersenyum tipis.

"Nama yang cantik, sama seperti orangnya. Baiklah kalian bisa melanjutkan latihannya lagi, saya mau ngecek persiapan acara untuk besok, maaf ya saya mengganggu. Semangat!" ucap Ruqayya, dan hendak meninggalkan ruang musik.

"Ning tunggu!" ucap Zahir, ia berlari kecil kearah Ruqayya.

"Kenapa Zahir?" tanya Ruqayya.

"Zahir udah selesai kok Ning latihannya, Zahir mau bantu Ning nyiapin persiapan buat besok acara, boleh?" ucap Zahir.

Ruqayya mengembangkan senyumannya, entah kenapa hatinya sangat senang "Tentu saja boleh!" balas Ruqayya.

Tanpa pamit dengan teman-temanya, Zahir keluar ruangan itu bersama Ruqayya. Zahir tidak tahu sikapnya itu membuat hati seseorang tergores.

"Si Zahir teh kalo ngeliat Ning Ruqayya gercep pisan, sampe kita semua di lupain." ucap Yusuf.

"Teman antum tuh, Sup." ucap Zaki.

"Teman antum juga itu, Zak!" ucap Yusuf.

Fania yang peka dengan situasi Suci langsung menarik pergelangan tangan Suci lalu membawa keluar dari ruang musik tanpa mengucapkan satu kata pun kepada Yusuf dan Zaki.

"Mereka berdua kunaon?" tanya Yusuf.

Yusuf mengedikkan bahunya acuh "Nggak tau dan nggak pengen tau." ucap Zaki acuh.

Di lain sisi Ruqayya dengan Zahir sedang pergi ke aula tempat untuk acara besok.

Semua tampak sudah siap dengan panggung yang megah dengan dekorasi yang cantik.

"MasyaAllah dekorasinya bagus!" puji Ruqayya.

"Syukron Ning, kalo Ning Ruqayya suka sama dekorasinya." ucap salah satu santri.

"Semangat ya!" ujar Ruqayya.

"Pasti Ning!"

Setelah cukup mengecek panggung, Ruqayya dan Zahir keluar dari aula, untuk mengecek persiapan konsumsi besok.

"Ning," panggil Zahir memecahkan keheningan.

"Iya?"

"Kalo nanti Zahir lulus, Ning mau nggak nanti Zahir khitbah? Dan Zahir mohon untuk kali ini jangan anggap ini hanya candaan Ning karena perasaan nggak bisa di sandingkan dengan kata bercanda. Dan saya serius Ning mengungkapkan ini." ucap Zahir "Dan saya mencintai Ning Ruqayya sejak pertama kali saya melihat Ning." ungkap Zahir. Sesaat Ruqayya terpana dengan ungkapan Zahir ada rasa senang menyelimuti dirinya tetapi mengingat Hanan yang akan mengkhitbahnya membuat raut wajahnya berubah menjadi sendu.

"Zahir, kamu tau kan sebentar lagi saya akan di khitbah dengan Hanan?" tanya Ruqayya.

"Saya tau Ning, tapi jika belum terucap kalimat sakral dari mulutnya saya akan tetap memperjuangkan cinta saya." ucap Zahir dengan tersenyum tipis "Tapi jika kalimat sakral itu sudah terucap apa boleh buat? Saya akan mundur dan menghapus nama Ning Ruqayya dari hati saya." ucap Zahir.

Kenapa perasaan ku ke kamu goyah, Han? batin Ruqayya.

Di lain sisi Suci dan Fania sedang berjalan menuju kobong, keheningan terjadi di antara keduanya. Suci yang memikirkan Zahir, Fania yang memikirkan perasaan Suci.

Sampai suara lembut membuyarkan lamunan keduanya.

"Assalamu'alaikum Suci, Fania." ucap orang itu tak lain adalah Raka.

"Waalaikumsalam."

"Eh kak Raka, kakak habis darimana?" tanya Fania.

"Dari perpustakaan, saya mau habiskan sehari ini buat nostalgia. Kan besok saya sudah lulus." ucap Raka.

"Tapi kan kakak masih bisa kesini kalo kakak rindu sama pesantren ini." ucap Fania.

"Heheh iya." balas Raka.

"Oh iya, saya dengar besok kamu mau nampilkan nasyid ya? Wah saya nggak sabar pengen liat tampilan kamu." ucap Raka.

"Iya kak." balas Suci.

"Saya setelah lulus ini akan ke cairo. Nanti pasti saya akan rindu sama kamu, Suci." ucap Raka.

"InshaAllah kita akan bertemu lagi ya kak." ucap Suci tulus.

"Aamiin, dan saya ingin kamu menjadi takdir hidup saya." ucap Raka.

"Kalo itu biar takdir yang menjawab kak." balas Suci.

"Iya, kamu benar. Saat ini saya hanya perlu mengetuk pintu langit agar seorang Suci di takdirkan menjadi milik saya." ucap Raka senyuman dari pemuda tampan itu tak pernah pudar barang sekejap.

"Kalo begitu saya pergi dulu. Assalamu'alaikum Suci, Fania!" pamit Raka.

"Waalaikumsalam."

Kenapa perasaan ku ke kamu sekarang goyah, Zahir? batin Suci.


☁☁☁

Assalamu'alaikum jangan lupa baca Al-quran!

Yey detik-detik end!!!!

Kalo pengen cepet-cepet up jangan lupa vote dan spam 'Next'

NidaaSyahidah
Bekasi 09 Juli 2021

Assalamu'alaikum Ning Ruqayya[SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang