Uncomfortable

1.7K 270 24
                                    

Happy reading
(*'∀'*)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Warning typos

***

Sakura menghembuskan nafasnya keras.

"Ck. Sudah ke 60 kalinya sampai siang ini. Kau benar-benar tak waras, Sakura."

Si yang diceramahi hanya melirik tanpa minat. Menatap mangkok baso dihadapannya seakan baso bulat seperti bola pingpong itu lebih menarik daripada si pirang.

"Jadi, bagaimana kau dengan Sasuke ?" giliran si cerewet bercepol yang bicara.

Sakura mengendikkan bahu. "Gatau. Sudah tiga hari kita gak hubungan."

"Putus dong."

Sakura menatap dua orang itu malas. "Tau deh."

Dalam situasi begini, dia mengharapkan sesuatu yang ajaib terjadi. Seperti, kak Gaara mungkin.. Heh ?

Matanya melebar saat mendapati Gaara yang berjalan ke arah kantin. Sakura berdiri dengan tergesa, sayang sekali dia terlambat, Gaara menemukannya lebih cepat.

Ugh.

Gaara berlari dan mencengkeram tangan Sakura yang bersiap untuk pergi.

"Kita harus bicara."

.
.
.
.
.
.
.

Sasuke mendengus jengkel. Pasalnya, teman seperbobroknya, Naruto masih tak memperbolehkannya untuk bertemu Sakura. Padahal pikirannya sudah gatal sekali ingin berjumpa. Apalagi tangan dan mulutnya, tidak menyentuh dan mencium Sakura sehari saja rasanya tak nyaman bin kesemutan.

"Dobe, aku yakin tidak seperti ini caranya. Kau membuat si merah akan lebih leluasa mendekati Sakura." Gerutu Sasuke dengan wajah kesalnya.

Bukannya dia tidak ingin menghubungi Sakura, hanya saja, Naruto yang memintanya begitu. Katanya 'beri waktu biar hubunganmu dingin dulu'. Cih, apaan. Dan lucunya, sejak kapan Sasuke mau-mau saja menurut.

"Ck. Kau tahu, Sakura masih merasa tak nyaman jika bertemu denganmu. Apalagi dengan Gaara. Aku yakin dia bahkan terus menghindarinya tiga hari ini."

Tentu saja. Bagaimana tidak. Sakura adalah seseorang dengan tingkat kepekaan yang minim terhadap ketertertarikan dari lawan jenisnya. Jika dipikirkan, pasti Sakura juga menghindari Gaara, seperti dia menghindariku waktu itu.

Ahh. Bangke..

Tau lah..

.
.
.

Sakura masih diam menghitung rumput yang bergoyang. Menunggu Gaara yang tak kunjung bicara.

Jujur saja, situasi sekarang membuatnya tak nyaman. Hanya saja, tak sopan jika dia pergi begitu saja.

Sementara itu, Gaara masih sibuk dengan lamunannya yang mana menatap lapangan basket lebih menarik dari Sakura, atau lebih tepatnya menghindari untuk menatap Sakura.

Yah, ini sebenarnya yang dia harapkan. Sakura akan tahu perasaannya, tapi, entah kenapa rasanya begitu aneh dan menyesakkan di waktu yang bersamaan.

Dulu, dia bisa sepuas hati memandanginya, dan tak akan bosan. Kini menatap matanya saja, dia merasa bersalah, entahlah. Semacam itu. Tak enak, tak nyaman, tak sedap, kurang gula, kurang garam, kurang micin, ooohh... Asmara.

"Ra."

Sakura menoleh ketika akhirnya Gaara membuka suaranya setelah sekian purnama menghitung butiran debu.

THE SWEET REBEL (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang