Too much Jealous

2.1K 293 20
                                    

Happy reading
(*'∀'*)
.
.
.
.
.
.
.
Maapken typonya ya gaess

***

Seorang pemuda menghempaskan tubuhnya ke kasur dengan keras. Memandang langit-langit kamarnya. Berguling ke kanan. Merasa tak nyaman. Meremas dadanya yang terasa sesak.

"It's feel so wrong, right ?" gumamnya bermonolog. "Ck. What happen to me ?"

Lalu tiba-tiba duduk. Mengacak rambut merahnya yang sejak tadi memang sudah berantakan. Menatap dirinya di pantulan cermin. Tersenyum masam.

"You the stupid one."

___,,,____

Di tempat lain, Sakura tengah duduk di rumah Naruto. Tepatnya di meja makan. Dengan dua orang yang memandanginya dengan heran. Kushina dan tentunya Naruto.

Bukan apa-apa. Hanya saja, melihat Sakura makan seperti gelandangan yang tak makan seminggu bukan pemandangan yang membuatmu berselera makan juga kan.

Menelan ludah susah payah, Naruto mencoba untuk bertanya, karena sejak pulang tadi, dia tak punya keberanian untuk itu. Lagipula, kenangan pukulan palu godam yang selalu di terimanya saat membuat Sakura kesal membayanginya sampai tak bisa bernafas dengan benar.

"Sakura-"

"Aku tak tahu, Naruto."

Naruto kicep ketika Sakura bicara lebih dulu. Memandang ibunya. Lalu nyonya Uzumaki itu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Kau akan mati karena diabetes kalau makan sekotak kue itu sendirian." Gerutu Naruto yang melihat Sakura memasukkan potongan kue kesepuluh.

"Kkhauuhh lhihaat aakkhu phehdhulihh ?"

"Terserah kau." Cicit Naruto setengah heran melihat Sakura.

"Aku tak pernah memikirkan sesuatu hal dengan keras. Tak pernah mau memikirkan resiko dari apa yang ku perbuat. Berfikir adalah hal yang melelahkan bagiku. Apalagi tentang sesuatu yang namanya perasaan dan hubungan yang lebih jauh dari sekedar berteman." Ucapnya setelah menelan makanannya.

"Ya, kapasitas otakmu kan memang sebesar biji jagung." Sahut Naruto santai. Entah kenapa ejekan itu keluar begitu saja dari mulutnya.

Bukannya marah, Sakura malah tertawa. "Ahaha... Kau benar. Jadi, aku tak bisa memasukkan Sasuke dan kak Gaara di dalamnya dalam waktu bersamaan kan ? Biji jagung itu kecil. Lebih kecil dari hatiku kan."

Naruto menumpukan kepalanya pada tangannya di atas meja dan menatap Sakura. "Sesuatu yang baru memang terasa benar-benar asing. Apalagi dihadapkan sebuah pilihan yang sebelumnya kita bahkan tak tahu itu ada. Aku tak akan membela Sasuke karena dia sahabatku. Gaara temanku juga. Dan kau Sudah seperti adikku- meskipun lucknut dan gak punya akhlak-jadi aku hanya bisa menyuruhmu berfikir. Kau yang menjalaninya. Bukan aku."

Sakura mengernyit. "Itu terdengar bijak. Apa otakmu baru saja tumbuh lebih besar dari punyaku ?"

Sudut bibir Naruto berkedut. "Otakku lebih besar darimu 2inci. Jangan bandingkan aku denganmu yang otakmu kau transfigurasikan jadi otot. Dongo kan jadinya."

"Kok nyolot ?" seru Sakura menggebrak meja.

"Nape lu ? PMS ? Jadinya lu yang sewot malah. Dari tadi juga gak kenapa-kenapa." Tukas Naruto sedikit kesal juga.

Sakura menggeleng. "Gak tuh. Tau ah."

Beberapa menit saling diam. Sakura melanjutkan makan dan Naruto hanya scroll ponselnya sambil ngupil.

THE SWEET REBEL (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang