James merasakan sakit kepala yang amat sangat. Kelopak matanya pelan terbuka menyesuaikan cahaya terang yang masuk ke retina. Sudah pagi rupanya. Ia memijat kening berusaha mengurangi pening. Dengan berat James berusaha duduk mengumpulkan tenaganya. Mengapa bad-nya berantakan sekali? Pikirnya.
James berusaha sedikit merapikan bad cover seperti biasa. Walau sisanya akan dikerjakan para maid. Itu adalah kebiasaan yang melekat padanya. Tiba-tiba perhatiannya tersita pada noda merah yang menempel hampir di posisi tengah bad cover. Terlihat sangat kontras dengan warna putih bad cover.
James memejamkan mata. Ia berusaha mengumpulkan ingatannya. Akhirnya bersliweran potongan -potongan ingatan di kepalanya. Seperti tv rusak yang menampilkan deretan kisah-kisah sekilas.Rahangnya kini mengetat. Ia marah pada dirinya sendiri.
Adelina!!!! Rasa bersalah menyergapnya tiba-tiba.
Pria itu berlari menuju kamar Adelina. Dengan tergesa ia memutar handle pintu. Ia harus segera meluruskan segalanya, memastikan Adelia baik-baik saja.
Sepi.
Itu yang dirasakan James ketika pertama kali memasuki kamar Adelina.
"Adelina.... "
Panggil James hati-hati. Ditelitinya bagian kamar satu-satu.Nihil.
Kini harapannya tinggal kamar mandi. James berusaha mengetuk pelan.
"Adelina?.... Apa kau didalam? "
Lama tak ada jawaban, James memutar handle pintu kamar mandi. Dan hasilnya nihil.
Ia mulai frustasi.
Kamar Justin. Ya... Pikirnya.
Namun sampai dikamar Justinpun ia hanya melihat anak itu masih bergulung tidur, padahal sudah jam setengah tujuh. Biasanya Adelina sudah membuatnya siap berangkat sekolah.
James mulai panik. Ia berlari turun ke lantai satu
"Barbara... Barbara..!! Apa kau melihat Adelina!!?" Teriak nya sebelum sampai di tangga terakhir.
Yang ditanya sontak menjadi bingung.
"Bukankah dia diatas menyiapkan tuan Justin? "---------------
Kepanikan melanda mansion. Semua maid dan penjaga disuruh mencari keberadaan Adelina. Semua ruang yang jumlahnya begitu banyak di mension luas itu disisir satu- satu. Rumor cepat beredar. Ada hubungan apa antara tuan Arthur dengan Adelina?James terlihat sangat frustasi dan bingung. Berkali-kali ia menghubungi beberapa orang lewat handphonenya. Entah bandara, pihak imigrasi, maupun pihak keamanan. Ia mencatatkan Adelina dibagian kasus orang hilang.
Bahkan tiga orang anak buahnya ditugasi untuk stanby di bandara. Memastikan Adelina tidak keluar dari Sidney. James benar-benar tampak kacau. Berkali-kali ia menjambak rambutnya sendiri saat mengkonfirmasi beberapa pihak dan hasilnya nihil.
Shitt..!!! Double shittt...!!
Serapah dan sesal berkali meluncur dari bibirnya. Kini posisinya duduk di sofa. Kedua sikunya bertumpu pada lutut, sementara kedua tangannya meremas rambut kepala. Matanya terpejam. Giginya terkatup dengan bunyi gemerutuk. Menahan marah dan sesal secara bersamaan. Andai ia tidak kehilangan kontrol tadi malam....
-----------
Kemarin pukul 11.35.
Berawal saat James menerima pesan dari Daniel yang meminta ijin padanya karena mengajak Adelina dan Justin. Pesannya biasa, namun foto yang menyertainya cukup memprovokasi James.
Ia tak lagi fokus.
Ia marah dan kesal, serta.... Cemburu. Sebuah perasaan kacau yang tak berujung. Dan itu benar-benar merusak mood-nya.
Mengapa Adelina tidak mendengarkannya?
Dan ia memilih mampir ke Club milik Willy, temannya, setelah tahu dari informasi Barbara bahwa Adelina belum pulang sampai petang.
Dengan perasaan kalut James menerima tawaran wiskey dari William. Bahkan ia habis beberapa botol. Dan seperti biasa, ia akan mendengar cerita -cerita konyol William tanpa jeda. Walau ia tak begitu perduli, namun ia cukup tertarik dengan cerita William yang konon dikejar-kejar gadis kenalannya yang berasal dari Filiphina hanya karena pernah 'one night stand'.
"Bukankah itu gila? Aku disuruh bertanggung jawab. Dia minta dinikahi...!! " Cerita William dengan mimik bodoh yang dibuat-buat.
"Aku tidak paham dengan gadis-gadis itu. Bagaimana bisa dia menangis hanya karena keperawanannya hilang? Apa dia takut tidak bisa punya suami kalau sudah tidak perawan? Itu aneh bukan?.... Dan kenapa...... "
Belum selesai mendengar ocehan William, sontak James seperti tersadar akan sesuatu. Ia segera beranjak dengan tubuh sempoyongan. Beruntung sopir James telah siap disekitarnya.
Dan saat itu muncul satu ide dikepalanya. Bagaimana ia bisa mengikat Adelina disisinya.
Tiba-tiba satu sudut bibir James terangkat keatas. Sebuah senyum smirk terlihat...
=========
Aku kasih pic ya..
Saat Adelina dan James sama-sama terlihat seksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Forever (END)
Romance(Warning 18+) Jika dengan menjual diriku aku bisa menyelesaikan masalah, akan kulakukan ! Kupikir nasib seperti ini hanya dialami gadis mengenaskan di dalam novel, ternyata akupun harus mengalami. Terluka? Jelas! Marah? Tentu! Tapi apa dayaku...