Adelina melangkah tergesa sambil menarik koper ditangannya. Dibelakang ada Lili yang mengekor sambil menggendong Al. Ini keputusan yang harus diambilnya. Pergi sejauh mungkin dari pria berbahaya itu.
Kejadian yang tak pernah diinginkan akhirnya terjadi. Dan itu sangat memalukan. Adelina merasa bersalah, bahkan pada dirinya sendiri.
Setelah kejadian kemarin ia langsung terbang ke New York menjemput Lili dan Al yang memang sudah bersiap seperti instruksinya melalui hp.
Walau banyak hal yang membingungkan toh Lili tetap tak berani bertanya pada Adelina. Maka ia hanya bisa mengekor diam dari belakang. Padahal ada banyak hal yang ingin diceritakannya pada Adelina.Masih ada satu jam sebelum pesawat take off. Mereka masih berada diruang tunggu bandara. Beruntung salju di New York tidak separah di Texas kemarin. Sehingga tak penutup penerbangan hari ini.
Adelina berjalan mencari toilet untuk membasuh mukanya yang masih tampak kusut. Sebelumnya ia berpesan pada Lily untuk tidak neninggalkan tempat sampai Adelina kembali. Sementara Al masih tertidur pulas dalam dekapan Lily.
Lily dulunya adik tingkat Adelina waktu sekolah menengah atas di Jakarta. Perawakannya gempal dengan kulit coklat gelap. Sifatnya periang dan banyak omong. Maka tak heran jika semua orang cepat akrab dengannya. Termasuk Al.
Nasib membawanya ke Amerika dan akhirnya bertemu Adelina. Ceritanya pun tak kalah mengenaskan dengan apa yang pernah dialami Adelina.Adelina berjalan di lorong. Ada sesuatu yang tak biasa. Dari tadi Adelina tak berpapasan dengan seorangpun dikoridor ini. Perasaan tak nyaman tiba-tiba menyerangnya. Lorong ini begitu sepi untuk ukuran bandara sebesar John F Kennedy.
Sunyi.
Membuat pikirannya waspada.
Ia membasuh mukanya diwastafel. Matanya membulat kaget saat melihat bayangan pria dibelakang melalui pantulan cermin. Saat Adelina berusaha berbalik, pria itu sudah membekap hidungnya dengan sapu tangan dan seketika kesadarannya menghilang...
Gelap............
---------------------------
Adelina mengerjap berusaha menyesuaikan sinar masuk keretina. Begitu kesadarannya terkumpul ia berusaha menegakkan tubuhnya yang terbaring di kasur. Diedarkan pandangan ke seluruh ruangan yang asing baginya. Dimana ini? Pikirnya.
Aldo !!
Adelina segera beranjak begitu mengingat putranya. Namun belum sampai ke pintu, seseorang masuk ke kamarnya.
Angela ?
Wanita itu melangkah santai mendekati Adelina. Namun sikap tenangnya justru membuat Adelina waspada.
Ya ! Tentu saja. Pikir Adelina.
Wanita mana yang tidak akan marah mengetahui fakta bahwa tunangannya menghabiskan malam panas dengan perempuan lain.Tapi ...
kenapa ia yang jadi sasaran?
Bagaimana dengan James?
Adelina menggelengkan kepala tak terima dengan pikirannya sendiri.
"Angela... Aku bisa jelaskan! Itu adalah kecelakaan. Kau bisa menghukumku, tapi lepaskan anakku !!!! " Adelina berusaha menjelaskan sesuatu yang justru membuat Angela bingung.
" Aku berjanji... Aku.. Aku akan menjauh dari kalian. Aku tak akan mengganggu hubungan kalian. Tak ada apapun diantara kami... Percayalah Angela....!"
Tambah Adelina berusaha meyakinkan wanita didepannya dengan potongan penjelasan tak lengkap.
Sementara Angela yang sedari tadi mengitari dan menelisik penampilan Adelina hanya manggut-manggut tanpa ekspresi. Seakan pikirannya justru fokus pada hal lain. Sama sekali tak menggubris apa yang dibicarakan Adelina.
Tangan kirinya bersedekap didada menopang tangan kanannya yang menutup bibir masgulnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Forever (END)
Romance(Warning 18+) Jika dengan menjual diriku aku bisa menyelesaikan masalah, akan kulakukan ! Kupikir nasib seperti ini hanya dialami gadis mengenaskan di dalam novel, ternyata akupun harus mengalami. Terluka? Jelas! Marah? Tentu! Tapi apa dayaku...