Adellina bangun pagi sekali menuju ruang yang kemarin sudah ditunjukkan oleh Barbara. Kepala maid dirumah besar itu. Sebuah ruangan tempat anak yang akan diasuhnya berada.
Pelan-pelan Adellina memutar handle pintu.
Terlihat seorang anak kecil tidur bergulung di badnya. Mungkin umurnya sekitar 5 tahun. Ia masih terlelap tidur dan tampak begitu damai.
Adellina memandang lekat lelaki kecil itu. Wajahnya sangat tampan dengan kulit bersihnya. Bulu mata hitam dan lentik, serta hidung mancung menghiasi wajah tampannya. Tampak kalau keturunan orang kaya.
Adellina masih lekat memandang wajah tampan itu, begitu dekat, hingga...
"Aaaaaaaaaaaaa! "
Tiba-tiba terdengar suara teriakan histeris dari mulut bocah kecil itu.
"Tenang.... Tenang... Aku pengasuh barumu. " Kata Adellina mencoba menenangkan sambil mengkode dengan kedua tangannya. Ia berjalan pelan mengitari bad menuju cendela besar ditepi ruangan.
Disibaknya tirai membuat cahaya masuk dan menyilaukan mereka.
"Come on... Wake up, little boy.. Hari sudah siang. Kau lihat kan? Matahari sudah terbit dari tadi. Hem? "
Adellina berusaha membujuk anak kecil itu. Tapi tampaknya tak berhasil. Anak itu malah memperlihatkan wajah marahnya."I am not a little boy !" Jawabnya penuh penekanan dengan wajah marahnya yang justru membuat Adellina tertawa geli. Anak ini lucu. Pikir Adellina.
"Baik... Baik. Siapa namamu sayang?"
Adelline berjongkok di pinggir ranjang mensejajarkan dirinya dengan dengan anak kecil didepannya. Ia menopangkan kedua tangan di pipinya. Menunggu jawaban dari anak itu.
"Justin! "
Akhirnya keluar sebuah nama dari bibir mungil anak itu.
"Ok Justin. Namaku Adellina. Aku berasal dari Indonesia. Dalam satu tahun ini aku akan mengasuhmu. Bisa kita berteman? "
Jelas Adellina panjang lebar kemudian menyodorkan jari kelingking dan jempolnya mengajak anak kecil didepannya melakukan janji pertemanan dengan saling mengaitkan dua jari tersebut.Justin tetap diam menatap lekat Adellina. Tampaknya ia masih ragu dengan gadis didepannya. Sementara Adellina tersenyum sambil menggoyang-goyangkan kedua jarinya untuk menarik perhatian pria kecil didepannya.
Hingga Jastin akhirnya menyodorkan jari kelingking dan jempolnya mengait jari Adellina.
Mereka sama-sama tersenyum.
"We are friend now"
Mereka juga sama-sama mengangguk mantab.Adellina lega. Anak asuhannya bukan pria kecil nakal. Tapi anak cerdas yang friendly.
------------------
Sesuai jadwal yang disodorkan Barbara. Jam 09.00 Adellina mengantar Justine ke playgroup tempat anak itu belajar. Mereka diantar oleh supir keluarga. Adelline harus menunggu sampai Jastine selesai.Menunggu ditaman ternyata sangat menyenangkan. Ia bisa menikmati sejuknya udara Sidney. Tampak didepannya seorang ibu mengayunkan ayunan pelan untuk anaknya. Pemandangan yang membuatnya iri. Sejak kecil ia tak pernah merasakan kasih sayang seperti itu. Pikirannya kembali menerawang. Andai orang tuanya masih ada, mungkin ia tak harus merantau sampai ke negeri kangguru ini.
Takdir seseorang sudah diatur oleh-Nya. Tak ada yang bisa mengubah. Pun kenyataan dirinya yang sudah yatim piatu dari kecil. Itu juga takdir dariNya. Tak perlu disesali. Namun tetap saja wajah sendu Adellina nampak kentara. Tiba-tiba ia terlihat sedih.
Hingga...
"Adellina!!! "
Teriakan anak kecil mengagetkannya.
Justin berlari ke arah Adellina. Gadis itupun merentangkan kedua tangannya dengan senyum lebar. Tahu kalau Justin akan menyerbu ke arahnya. Dan benar..Brukkk!!!!
Justin menabrak perut yang otomatis membuat Adellina sedikit mundur.
"Kau sudah selesai, jagoan? "
Adellina jongkok mensejajarkan dirinya dengan anak kecil itu. Dan pertanyaannya hanya dijawab dengan anggukan."Mau bermain ditaman dulu? "
Tawarnya.Dan lagi -lagi hanya dijawab dengan anggukan.
Maka Adelline mengandeng Justin mencoba semua permainan yang ada ditaman. Dari ayunan, mandi bola, sampai bermain pasir. Anak itu tampaknya sangat menikmati kebersamaan mereka. Terlihat dari tawa riang yang berkali-kali muncul diantara keduanya.
Pulangnya pun Adellina mengajak Justin berjalan kaki. Ia ingin lebih mengenal tempatnya tinggal. Dan anak itupun sangat menikmatinya. Ia berjingkrak disepanjang perjalanan.
"Apa kau tidak pernah berjalan kaki ke sekolah, Justin? "
Adelline mencoba menanyakan ini kepada Justin. Karena jarak sekolah sebenarnya sangat dekat."Tidak. Uncle melarangnya! "
Jawaban jujur Justin."Apa uncle - mu galak? "
Goda Adellina sambil menahan senyum."No! " anak itu berteriak
"Uncle-ku baik dan juga tampan. Kau pasti akan suka saat melihatnya! "
Bela anak itu sambil bersedekap tangan dan memasang wajah congkaknya yang justru membuatnya terlihat lucu.
Sontak Adellina tak bisa menahan tawa."O.. Ya? Aku sungguh penasaran. "
Timpal Adellina masih dengan tawanya.Adellina merapikan sepatu yang dicopot Justin ke dalam raknya. Ia membantu anak itu berganti pakaian,membersihkannya, lalu mengajaknya turun untuk makan.
-----------------------
"Adellina, saat tuan muda sudah pulang kau jangan mengajak Justin berjalan kaki ke sekolah. Dia akan marah bila melihatnya... "
Barbara memulai percakapan saat mereka hanya berdua di dapur.
Tak terasa sudah lebih dari 3 bulan Adellina bekerja disini. Dan selama itu pula ia selalu mengajak Justin berjalan kaki ke sekokah. Karena itu sungguh menyenangkan bagi keduanya."Satu minggu lagi ia akan pulang dari Amerika. Dan akan menetap disini selama empat bulan sebelum pindah lagi ke Indonesia."
Dari jadwal yang dijelaskan, tampak sekali bahwa majikan disini adalah orang yang sangat sibuk.
Tanpa ditanya Barbara menjelaskan panjang lebar tentang kehidupan majikannya. Mungkin agar Adellina bisa memposisikan dirinya.
Bahwa majikannya adalah seorang tuan muda berumur 28 tahun. Masih lajang. Ia harus sibuk mengurus perusahaan milik keluarganya yang berada di tiga negara. Australia, Indonesia dan Amerika.
Mengapa harus dia sendirian?
Karena hanya dia satu-satunya putra dari keluarga Mc. Arthur yang masih ada. Orang tuanya meninggal karena kecelakaan bersama kedua orang tua Justin, tepatnya kakak tuan muda. Otomatis Justin menjadi tanggung jawab tuan muda sampai sekarang.Dari cerita tentang Justin mengingatkan Adellia akan dirinya. Bedanya, Justin memiliki paman yang sangat menyayanginya. Adellina jadi penasaran, sosok seperti apa paman Justin itu. Bagaimana bocah kecil itupun sangat mengagumi dan membelanya.
----------------------------
Vote dulu ya untuk lanjut!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Forever (END)
Romance(Warning 18+) Jika dengan menjual diriku aku bisa menyelesaikan masalah, akan kulakukan ! Kupikir nasib seperti ini hanya dialami gadis mengenaskan di dalam novel, ternyata akupun harus mengalami. Terluka? Jelas! Marah? Tentu! Tapi apa dayaku...