9.

27K 1.5K 13
                                    

Adellina menyiapkan bekal sekolah untuk Justin. Tidak seperti biasa, karena akan ada kegiatan outdoor study maka setiap anak harus membawa bekal hari ini. Pun demikian dengan Justin.

Adellina sadar kegiatannya didapur sedang diamati oleh seseorang.  Tuan Arthur semenjak tadi memperhatikan membuat gadis itu sedikit salah tingkah.

Adellina berusaha mengulas senyum dan menganggukkan kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Adellina berusaha mengulas senyum dan menganggukkan kepala. Saat Adellina beranjak melewati James Arthur, tiba-tiba tangannya dicekal. Memaksa Adellina menghadap ke arah pria itu.

"Ada apa, tuan?"
Adellina tak bisa menutupi rasa gugupnya.

"Aku akan mengantar kalian"

Bukankah biasanya juga begitu?
Mengapa harus mencekal tanganku?  Pikir Adellina penuh tanya.
Apa Tuan Arthur selalu sedekat ini dengan para maidnya? Saat mata mereka beradu ada rasa yang tak bisa dijelaskan. Adellina pun cepat-cepat berpaling dan menjauh.

Kini mereka bertiga sudah berada di mobil. Ya hanya mereka bertiga. Karena James Arthur memilih mengantar Justin dalam kegiatan outdoor study dari pada ke kantor hari ini. Bahkan James lah yang membawa mobil sendiri. Tentu Justin sangat senang akan hal itu kontras dengan perasaan Adellina. Ia merasa canggung dengan kondisi ini.

Adellina berusaha menekan perasaan asing yang tiba-tiba dirasakannya. Mengapa jantungnya masih berdebar? Masih terbayang tatapan lembut menghanyutkan pria itu. Apa ia menyukai tuannya?  Tidak!  Ini tidak pantas! Siapa dia berani menyukai Tuan Arthur. Pria itu terlalu tinggi. Kalaupun James Arthur pernah mencium Adellina, semata-mata karena memang haknya sebagai pria yang telah membayar mahal. Berkali-kali gadis itu meyakinkan dirinya sambil menepuk pelan dadanya. Sungguh tidak pantas! Jangan pernah berharap! .... .Tak sadar bila sepasang mata mengawasinya dari kaca spion depan.

---------------------
Adellina Pov

Justin langsung  berhambur dengan teman-temannya. Ia terlihat sangat gembira. Kini tinggal aku dan Tuan Arthur dengan segala kecanggunganku. Aku benar-benar terjebak dengannya. Oh  Tuhan....

Dan saat ini terpaksa aku mengikuti usulnya untuk menunggu di sebuah resto kecil didekat tempat outbond.

Dan saat ini terpaksa aku mengikuti usulnya untuk menunggu di sebuah resto kecil didekat tempat outbond

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hening.

Kami sibuk dengan pikiran masing-masing.  Kulihat Tuan Arthur masih sibuk menyeruput kopinya sambil sesekali memandang ke arah jendela.
Sementara aku sibuk mengamati sekitarku. Dan sesekali tertunduk saat Tuan Arthur memandangku. Aku tidak berani bertatapan langsung dengannya.

"Apa kau tahu?  Aku berusaha mencari keberadaanmu selama 4 bulan ini... "
Akhirnya dia memecah keheningan.

Aku tersenyum kecut dalam hati. Tentu saja ia akan mencari penipu yang telah membawa lari uangnya. Pikirku.

"Maafkan saya,  tuan.... Saya.... "
Aku tidak bisa berkata-kata. Tak berhak bagiku untuk membela diri.

"Kau gadis jahat. "

Aku semakin tertunduk. Ia benar. Aku memang jahat dan picik. Aku malu terlihat seperti itu dimatanya. Andai waktu dapat diputar. Dan nasib bisa diubah menjadi lebih baik. Mungkin aku tak perlu menjalani kehidupan buruk selama ini.

"Kau tahu?  Kau sangat jahat...."
Ia kembali menghujatku.
"Kau tidak hanya mencuri uangku, tapi kau juga mencuri hatiku... !" Bisiknya penuh penekanan.

Tapi... Apa?  Aku mencuri hatinya? Apa ia menggodaku?
Sontak aku menengadah menatapnya. Ia tidak terlihat sedang bercanda.

Dia mengulas senyum.
"Aku menyukaimu,  Adellina. "
Katanya lembut,  dan sorot matanya tepat ke arahku.

Kalimatnya seperti panah yang menghujam kedadaku. Jantungku berdetak cepat. Apakah ini pengakuan cinta seorang pria?  Aku belum pernah mengalami hal ini sebelumnya. Dan aku membeku. Tidak tahu harus berkata apa.  Oh Tuhan.... Apa.. Apa yang harus kulakukan?

"Jadilah kekasihku, Adellina... "

Aku tidak percaya mendapatkan pengakuan cinta dari seorang pria tampan dan kaya. Dan kini orang sempurna ini memintaku jadi kekasihnya?  Apa ini mimpi?
Aku masih melongo dengan kenyataan ini.

"Adellina! "

Tuan Arthur berusaha menyadarkanku.

"Tuan... Saya pikir saya tidak pantas tuan.... "
Jawabku gelagaban.

"Apanya yang tidak pantas? "

"Anda terlalu sempurna untuk saya.  Saya hanya... "

CUP!

Tiba-tiba ia mengecup bibirku. Dan itu membuatku kembali gelagaban.

"Tuan.. Anda... "

CUP!

"Aku akan terus menciummu kalau kau berkata omong kosong lagi."
Ancamnya.

"Saat kau sudah membuatku menderita 4 bulan ini karena memikirkanmu,  apanya yang masih membuatmu tidak pantas?  Hem...? "

Aku benar-benar membatu. Antara terlena dan tak percaya. Apakah ini nyata.......?

Love You Forever (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang