Bagi Gia, Naka itu segalanya. Dia sudah seperti kakak untuk Gia. Karena Gia anak tunggal, jadi dia butuh sosok kakak seperti Naka. Gia dan Naka bertetangga. Dan Naka lah yang sering mengajak Gia kecil bermain.
"Naka, ayo tangkap ikan sama Gia," ajak Gia sembari menggandeng tangan Naka. Mereka berjalan bersama diiringi dengan celotehan dari Gia. Gia yang cerewet dan Naka yang irit bicara. Kombinasi yang bagus kan.
"Jangan sampai ke tengah Gi, bahaya!" cegah Naka.
Sekarang mereka memang telah sampai di sungai. Dan saat ini Naka sedang duduk-duduk di pinggir sungai menunggui Gia yang tengah asik mencari ikan. Sebenarnya Naka sudah melarang Gia untuk pergi ke sungai, dia menyarankan untuk menangkap ikan di kolam dekat rumah saja. Tapi Gia malah merengek dan menangis, membuat Naka tidak punya pilihan lain.
"Naka lihat, Gia dapat ikan banyak!"
Tinggi air di sungai itu memang tidak tinggi hanya sebatas pinggang Gia, tapi arusnya cukup kuat. Dan benar saja, Gia yang tidak memperhatikan langkahnya terpeleset batu di dasar sungai dan membuat tubuhnya ikut terbawa arus.
"Gia!!"
Naka bingung harus apa, dia tidak bisa berenang. Bagaimana dia menyelamatkan Gia? Naka berteriak meminta pertolongan berharap ada penduduk sekitar yang mendengar teriakannya dan menyelamatkan Gia. Naka terus berteriak sambil menangis. Dia takut Gia tidak selamat. Bagaimana dia harus menjelaskan ke orang tua mereka nanti. Naka pasti akan dihukum habis-habisan oleh Papanya.
Untunglah Gia berhasil diselamatkan oleh penduduk sekitar. Orang tua mereka juga sudah berada di lokasi. Gia terlihat menangis di gendongan Maminya. Dan kini Naka melihat Papanya menatap tajam dirinya. Tapi ini kan bukan salah Naka. Gia jatuh sendiri dan Naka juga sudah melarang Gia untuk main di sungai, tapi gadis itu malah tidak mau dengar.
Sesampainya di rumah, Naka dimarahi habis-habisan oleh Papanya karena Gia bilang Naka lah yang mengajak nya ke sungai. Gadis pembohong! Naka benci gadis itu!
Karena kejadian itu hubungan Gia dan Naka menjadi merenggang. Naka terus menghindari Gia. Membuat Gia menjadi sedih. Karena itu Gia mencoba segala cara agar Naka mau bicara lagi dengannya.
Gia kecil terus mengikuti Naka kemanapun Naka pergi. Hal itu membuat Naka risih dan semakin membenci Gia. Karena Gia, Naka menjadi tidak punya teman di sekolah. Gadis itu selalu menempel kepadanya, hal itu membuat teman-teman lainnya tidak mau bermain dengan Naka.
Saat di SMP pun sikap Gia semakin menjadi-jadi dia bahkan berani menyatakan cinta kepada Naka di tengah lapangan sekolah dan parahnya sampai menangis di depan Mama Naka agar ia bisa dinikahkan dengan Naka. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan otak gadis itu.
Setelah kejadian itu Naka benar-benar tidak mau berurusan dengan Gia lagi. Dia bahkan meminta orang tua nya untuk memindahkan dia ke SMP yang berbeda dengan Gia. Dan tidak lama setelah itu Gia dan keluarganya pindah. Naka tidak tau mereka pindah kemana tapi Mamanya bilang masih berada di Jakarta. Dan Naka sama sekali tidak peduli, yang penting Gia bisa pergi jauh dari hidupnya. Naka sangat membenci Gia. Gadis centil, egois, dan kekanak-kanakkan. Dia benci gadis seperti itu.
--Tbc--
Hai semuanyaa!
Maaf ya kalo masih banyak kesalahan. Ini cerita pertamaku, jadi tolong dimaklumi hehe. Saran dan kritik dipersilahkan. Tunggu kelanjutan ceritanya hari Senin besok! Dan jangan lupa vote dan komennya yaa!
Thankyou!
with love, nana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Love Me?
Teen FictionGia suka Naka. Tapi itu dulu, sebelum Naka menyakitinya sampai seperti ini. Kalian harus tau Naka itu selalu ketus, irit bicara, dan omongannya juga selalu pedas. Dia tidak pernah memikirkan perasaan Gia, selalu berlaku semaunya. Jadi Gia sudah memb...