11. Penugasan

32 2 0
                                        

"Jadi gimana sekarang? Kita mulai bikin daftar pertanyaannya?" tanya Rama.

Di jam istirahat ini Gia dan Rama sedang berada di perpustakaan. Mereka sedang mendiskusikan tentang tugas jurnalistik yang diberikan Kak Dewa kemarin.

"Ehm―maaf Ram, sebenernya Gia nggak seberapa ngerti soal jurnalistik." Sekarang Gia jadi merasa sangat tidak enak pada Rama. Tapi mau bagaimana lagi, dia memang sama sekali tidak mengerti masalah jurnalistik. Selain itu saat ini otaknya juga sedang buntu, dia tidak tau mau membuat pertanyaan apa.

"It's okay. Tapi kalo boleh tau kenapa lo ikut jurnalistik, padahal lo sama sekali nggak tau soal itu," tanya Rama sambil bertopang dagu.

Ditatap seperti itu oleh Rama membuat Gia menjadi agak kikuk, "Ehm― cuma bingung aja mau ikut apa, jadinya pilih jurnalistik."

"Oh, jadi cuma coba-coba aja ya," ucap Rama sambil terkekeh geli.

Ah, sekarang Gia pasti terlihat bodoh di mata Rama!

Melihat wajah Gia yang berubah cemberut dengan cepat Rama menambahkan, "Nggak masalah kok Gi, lo bisa belajar pelan-pelan. Gue bisa bantu lo juga. Jadi nggak usah terlalu dipikirin."

Mendengar kalimat menenangkan dari Rama membuat Gia menjadi lebih percaya diri lagi. Dia kira Rama akan menganggapnya bodoh.

"Gimana kalo ntar sore kita coba tanya-tanya ke anak basket? Mereka kan sibuk, nanti kita coba negosiasi dulu mereka kosongnya kapan. Dan gue udah bawa kamera juga sih, jaga-jaga kali aja mereka bisa hari ini," ujar Rama dengan lugas.

Gia bisa melihat bagaimana hebatnya Rama di bidang jurnalistik. Sepertinya itu memang sudah passion Rama.

"Terus daftar pertanyaannya?" tanya Gia bingung.

"Sebenernya gue juga udah buat-buat daftar pertanyaan di rumah kemarin. Kalo lo nggak keberatan, gimana kalo kita pake punya gue aja? ―atau lo mau liat dulu?" tanya Rama pengertian.

"Eh―Nggak usah. Gia percaya kok sama kamu, kamu sekarang udah keliatan kayak jurnalis beneran," jawab Gia yang dibalas dengan tawa berderai dari Rama.

*****

"Gia sayanggg kita jalan yuk hari ini?" ajak Nasya sambil memeluk Gia dari samping. Kelakuan Nasya benar-benar membuatnya malu, pasalnya sekarang sebagian teman kelasnya yang belum pulang mulai menatap aneh mereka.

"Ih, Nasya! Lepasin, bikin malu tau nggak!" perintah Gia sambil melepas pelukan Nasya. Kalian tidak usah kaget, kelakuan Nasya itu memang sulit sekali ditebak. Terkadang dia menjadi sok cuek, terkadang bisa menjadi manja juga― ya, seperti sekarang ini.

"Main yuk Gi, gue udah lama banget nggak main sama lo," ajaknya lagi.

"Nggak bisa hari ini Sya. Gia mau wawancara anak basket bareng Rama."

"Rama siapa?" tanyanya dengan wajah kaget.

"Eh, Gia belum cerita ya? Jadi Gia kan dapet penugasan dari jurnalistik dan Rama itu teman satu timnya Gia."

"Dia anaknya nggak aneh-aneh kan? Baik nggak orangnya?!" Lagi-lagi sifat berlebihan Nasya muncul, membuat Gia memutar bola matanya malas.

"Baik kok. Kamu mau ikut nggak? mungkin mau sekalian ketemu Bastian," ajak Gia sambil tersenyum menggoda.

"Enggak ah, males!"

"Ehm― kalian berantem?" tanya Gia khawatir, pasalnya nggak biasanya Nasya menolak bertemu Bastian.

"Udah ah Gi, males banget ngomongin dia." Sepertinya benar dugaan Gia. Nasya dan Bastian pasti sedang bertengkar.

"Yaudah kalo gitu kamu pulang duluan aja. Kita mainnya besok aja, gimana?"

"Bener ya, awas aja kalo lo bohong!" ancam Nasya.

"Iya beneran. Udah sana pulang!" usir Gia sambil melihat Nasya yang sudah mulai keluar dari kelas mereka.

Sekarang dia tinggal menunggu pesan dari Rama. Gia dan Rama memang sudah janjian akan pergi ke lapangan basket. Katanya hari ini anak basket sedang latihan untuk persiapan turnamen bulan depan, oleh karena itu dia dan Rama harus segera mewawancarai tim basket sebelum mereka benar-benar tidak bisa diganggu.

From: Rama

Gue udah ada di deket lapangan basket.

15.30


Oh, rama udah disana?

Dengan segera Gia pergi menyusul Rama. Karena jarak kelasnya dengan lapangan basket lumayan jauh, jadi dia agak berlari kecil agar Rama tidak menunggunya terlalu lama.

-Tbc-

Jangan lupa vote dan komennyaaa

with love, nana.


Do You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang